Balai Besar TaNa Bentarum fasilitasi bertemunya Saudara Suku Dayak Kayan yang terpisah

Senin, 11 November 2019

Datah Diaan, 8 Oktober 2019. Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS) telah memfasilitasi kunjungan dari Balai Taman Nasional Kayan Mentarang bersama Kepala Desa Data Dian beserta staf jajarannya dari Malinau Kalimantan Utara terkait Adat dan Budaya Suku Dayak Kayan di Rumah Adat Pagu Desa Datah Diaan Kecamatan Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.

Suku Dayak Kayan merupakan 1 (satu) dari 151 Sub Suku Dayak di Kalimantan Barat (Lung,2011:3) yang mendiami Sungai Mendalam Kecamatan Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. Suku Dayak Kayan merupakan masyarakat yang kehidupannya relatif dengan adat istiadat.

Ada hal unik terkait kunjungan ini karena nama desa yang ada di salah satu desa penyangga di wilayah kerja BBTNBKDS dan BTNKM sama, yaitu Desa Datah Dian. Selain itu, Suku yang ada di Desa tersebut sama juga, yaitu Suku Dayak Kayan. Sehingga perlu dipertemukan antara kedua Kepala Desa Datah Dian dari Sungai Mendalam dan dari Malinau tersebut.

Suku Dayak Kayan di Desa Datah Dian di Putussibau terdiri dari 3 (tiga) Sub Suku yaitu: 1) Kayaan Umaa’Pagung; 2) Kayaan Umaa’ Suling; 3) Kayaan Umaa’Aging. Meskipun sama Suku Dayak Kayan tetapi bahasanya pun agak sedikit berbeda, namun tidak menyulitkan mereka untuk berkomunikasi karena mereka saling memahami. Mereka saling bercengkrama dan bercerita tentang nenek moyang, keluarga dan keturunannya masing-masing.

Salah satu hal unik dan menarik yang diceritakan yakni mengenai terpisahnya rombongan perahu yang mengakibatkan masyarakat Suku Dayak Kayan ada yang tinggal di Sungai Mendalam da nada yang tinggal di Sarawak Malaysia. Mereka menceritakan karena ada suara anjing menggonggong kemudian dari salah satu rombongan memberikan petunjuk dengan lantang dan berkata “Payaw” dalam bahasa kayan yang artinya “rusa”, namun rombongan yang lain mendengar petunjuk dari perahu yang bunyinya “Ayow” dalam bahasa kayan artinya “musuh” dengan demikian jembatan yang ada disana diputuskan sehingga rombongan merekapun akhirnya terpisah, ada yang ke Sarawak Malaysia dan ada yang ke Sungai Mendalam.

Cerita tersebut sejalan dengan pendapat yang lain, bahwa perjalanan suku dayak terjadi dalam 3 gelombang, yaitu: 1) Gelombang 1 (abad ke-15): Apo Duat (Mat Murut dan Baram Sungai) dan Usun Apau (Balui dan Tinjai); 2) Gelombang 2 (abad ke-16 hingga abad ke-18): Apau Kayan, Kayan River dan Bahau Sungai; 3) (abad ke-18 hingga abad ke-20); Malinau, Sesayap, Segah, Kelinjau, Telen, Wehea, Belayan, Sungai Mendalam dan Sungai Mahakam. Beberapa ke Sarawak Malaysia (Balui, Tinjai, Baram dan Sungai Baleh).

Markus Jaraan, S.H selaku Kepala Desa Datah Dian di Putussibau mengapresiasi kegiatan pertemuan ini. “saya berterimakasih kepada BBTNBKDS dan BTNKM atas dipertemukannya kami, karena masih keluarga dan satu keturunan Suku Dayak Kayan meskipun dari jarak sangat jauh”.

Theresia Kiho yang merupakan masyarakat Desa Datah Dian d Putussibau menambahkan” bahwa jarak untuk sampai bertemu keluarga yang ada di Mahakam saja dapat ditempuh dalam waktu 1 (satu) minggu berjalan kaki melewati bukit, apalagi untuk sampai ke Malinau lumayan jauh, ujarnya”.

 

Sumber : Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini