Selasa, 19 Februari 2019
Pamekasan, 19 Februari 2019. Hasil hutan Bukan kayu memang semakin tenar belakangan ini, sebagai contohnya Madu, Kopi, Malam, Minyak Kayu Putih serta produk lainya. Berbagai olahan makanan dan minuman dari Buah-buahan di hutan juga mulai banyak dikembangkan oleh masyarakat khususnya kelompok tani yang ada disekitar kawasan hutan atau lebih dikenal dengan Kelomok Tani Hutan.
Mangrove Coffee atau Kopi Mangrove, merupakan salah satu hasil olahan dari Kelompok Tani Hutan Sabuk Hijau di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Sumenep. Tidak sesuai dengan namanya, Kopi Mangrove bukan berasal dari biji kopi, tapi hitam seperti kopi. Minuman unik tersebut dibuat dari bahan utama buah mangrove yaitu jenis Rhizopora stylosa yang banyak ditemui dipesisir Desa Lembung.
Pembuatan Kopi Mangrove dimulai dengan pengumpulan buah dari hutan mangrove yang dilakukan oleh anggota kelompok tani, selanjutnya buah dikeringkan dengan cara jemur atau di oven sampai benar-benar kering atau remah saat digenggam. Setelah kering barulah buah mangrove disangrai sampai berwarna kehitaman yang selanjutnya di giling hingga halus menyerupai bubuk kopi. Untuk menambah aroma dan manfaat ditambahkan sedikit Jahe dan Cabe Jamu.
Minuman yang juga dikenal dengan Kopi Malam Jum’at ini memiliki warna seperti kopi, dari segi aroma mirip dengan Kopi Jahe khas Madura namun sedikit ada aroma jamunya. Saat diteguk rasanya agak berbeda dengan kopi pada umumnya karena lebih terasa pahit jamu.
Kopi Mangrove telah mengantongi sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga dari Dinas Kesehatan setempat sehingga dipastikan Aman untuk dikonsumsi. Kopi ini hanya dipasarkan ketika ada pesanan saja. Setiap bulannya tak kurang 15 – 50 kg kopi mampu dijual oleh Kelompok Tani Sabuk Hijau. Secara rutin kopi juga dikirim ke Jawa Barat dan diekspor ke Jepang melalui OISCA (Organization for Industrial and Cultural Advancement).
Menurut ketua kelompok tani, Salaman, yang juga merupakan Kader Konservasi Jawa Timur, Kopi mangrove diproduksi sejak tahun 2010. Namun produksi skala lebih besar baru dimulai pada tahun 2012 hingga sekarang. Selain Kopi Mangrove produk lain dari hutan mangrove di Desa Lembung adalah madu hutan mangrove.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga mangrove kini membuahkan hasil, yang dahulu kayunya ditebang untuk kayu bakar, kini masyarakat berbondong-bondong untuk turut serta menanami kembali hutan mangrove yang dahulu dirusak. Selain karena ada hasil olahan yang sudah mampu diproduksi dan dijua,l alasan lainya yaitu hutan mangrove menjadi pelindung Desa Lembung dari ancaman ombak. (Didik Sutrisno, Penyuluh Kehutanan pada Seksi Konservasi Wilayah IV Pamekasan).
Sumber : Balai Besar KSDA Jawa Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0