Kisah Gua Ibrani dari Patroli Resort Ravenirara

Senin, 03 September 2018

Jayapura, 3 September 2018. Kepala Balai Besar KSDA Papua, Ir. Timbul Batubara, M.Si. melakukan kunjungan ke Resort Ravenirara, bagian timur laut Cagar Alam Pegunungan Cycloop pada Kamis (30/8). Hari itu Kepala Resort Ravenirara, Andi Yance Rumbrapuk bersama tim Masyarakat Mitra Polhut (MMP) baru tiba dari patroli. Timbul Batubara bersama rombongan dan perwakilan USAID Lestari, Herumina Wakum, menyambut kedatangan tim patroli di Pantai Pasir 6, Jayapura. Di antara kisah yang dapat dituai dari perjalanan patroli Resort Ravenirara adalah hal-ihwal Gua Ibrani.

Secara administratif, Gua Ibrani terletak di Kampung Ormu Wari, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, sebuah kampung eksotis di sebelah utara Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Konon, berdasarkan cerita turun-temurun yang diwariskan secara adat, Gua Ibrani merupakan tempat tinggal Suku Nari.

Salah satu anggota MMP dari Suku Nari menjelaskan, sukunya merupakan salah satu suku tertua di Ormu Wari selain Suku Yakadewa dan Ikari. Tetapi Suku Nari sendiri terbagi dua, yaitu Nari Tua dan Nari Muda. Suku Nari Tua merupakan pemilik hak ulayat terbanyak di wilayah hutan. Sebab itulah mereka disebut suku pengusa wilayah hutan, dan memiliki wewenang mengatur perekonomian.

Di antara hal-hal terkait ekonomi yang diberlakukan secara adat adalah mengenai denda. Apabila seseorang di Kampung Ormu melanggar aturan adat, hukumannya adalah berburu babi dengan tangan kosong, tanpa dilengkapi senjata apa pun. Lalu hasil buruan tersebut harus dimasak untuk dimakan bersama warga satu kampung. Selain babi, seseorang yang melanggar adat juga harus menyerahkan manik-manik, tomako batu (kapak batu sebagai alat tukar resmi masyarakat Ormu dan Sentani, dan biasanya digunakan untuk membayar maskawin), juga sejumlah uang. Harta benda dari pembayaran denda adat tersebut kemudian dikelola secara adat pula. Hal ini masih berlaku di Kampung Ormu, sejak zaman nenek moyang dahulu hingga sekarang.   

Suku Nari dan Gua Ibrani memiliki keterikatan adat yang kuat. Sebagai penguasa, hanya Suku Narilah yang berhak mengizinkan atau menolak orang di luar suku mereka untuk memasuki Gua Ibrani. Siapa pun yang ingin pergi ke sana harus seizin Suku Nari. Merekalah yang berhak membuka jalan menuju Gua Ibrani, sekaligus menjadi pemandu perjalanan hingga tiba di sana.

Gua Ibrani dihiasi tetesan stalaktit yang memukau pada dinding-dindingnya. Tentu keindahan dan keunikan Gua Ibrani dapat menarik minat para peneliti untuk mengetahui proses alam. Karena lokasinya di dalam kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, Gua Ibrani hanya dapat dikunjungi untuk keperluan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kiranya sepenggal kisah Gua Ibrani semakin melengkapi kekayaan yang dikandung Cycloop. Seperti sumber-sumber air yang mengalir dari jajaran puncaknya, semakin kita rawat, kekayaan Cycloop akan semakin berlimpah. (Dzikry & Pandu)

Sumber : Balai Besar KSDA Papua

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 2.7

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini