Menyingkap Tabir Misteri Cycloop: Catatan Pertemuan Kepala Balai Besar KSDA Papua dengan MMP Moy

Jumat, 24 Agustus 2018

Jayapura, 23 Agustus 2018. Penetapan Cycloop sebagai cagar alam telah menorehkan sejarah sangat panjang. Kepala Balai Besar KSDA Papua, Ir. Timbul Batubara, M.Si. sering menyampaikan statemen bahwa keutuhan Cycloop yang dapat dilihat saat ini adalah berkat kearifan lokal masyarakat di sekitarnya. Mereka masih sangat erat menjaga adat dan nilai-nilai yang diwariskan nenek moyang.

Atas dasar itu, Ir. Timbul Batubara, M.Si. menunjukkan totalitas menggali nilai kearifan lokal untuk diterapkan dalam pengelolaan C.A. Cycloop, beriring dengan penerapan ilmu konservasi modern. Salah satu yang dilakukan adalah bertemu dengan masyarakat untuk saling bercerita, memetakan segala potensi yang terkandung di tubuh Cycloop, serta menyentuh hati mereka agar tetap semangat melakukan kerja-kerja konservasi di lapangan yang senyatanya tidak cukup mudah.

Pada Kamis (23/8), Ir. Timbul Batubara, M.Si. mengundang Kepala Resort bersama MMP Moy untuk makan siang bersama di ruang rapat Balai Besar KSDA Papua. Dalam suasana kekeluargaan diselingi kelakar yang hangat, sangat banyak informasi dari lapangan yang dapat tertampung dan menjadi data penting bagipegelolaan C.A. Cycloop. Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Samjar Manobi, Kepala Resort Moy, Tete Embun, tokoh adat wilayah Moy, serta ketua dan anggota MMP Moy.

Hanya dari satu kawasan Resort Moy, betapa banyak misteri Cycloop yang merupakan kekayaan tiada tara. Bila semua itu dikelola dengan baik, sangat besar kemungkinan Cycloop menjadi incaran mata dunia. Sepenggal cerita yang memungkinkan diugkap dalam tulisan ini adalah mengenai sejumlah gua di kawasan Resort Moy, C.A. Cycloop. Hingga saat ini dapat diidentifikasi delapan gua di kawasan Resort Moy. Semua gua tersebut mengandung cerita mitologi, juga fungsi-fungsi adat yang dipegangi oleh masyarakat di lingkup Dewan Adat Suku Moy

Dapat kita ambil satu contoh, Gua Dmudewari. Dalam bahasa Moy, dmu berarti batu, sedangkan dewariadalah burung rangkong (Rhyticeros plicatus). Dahulu kala Gua Dmudewari berfungsi sebagai tempat penyimpanan hewan buruan. Hutan Cycloop yang demikian lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati merupakan lumbung pangan, juga obat-obatan bagi masyarakat trdisional di sekitarnya. Masyarakat dahulu melakukan perburuan dengan mempertimbangkan segala sisi kelestarian. Misalnya, perburuan besar hanya dilakukan saat mejelang pesta adat, pengangkatan kepala suku, atau pernikahan anak kepala suku. Masyarakat menyimpan hewan-hewan buruan yang telah tertangkap itu di Gua Dmodewari sebelum membawanya ke perkampungan.

Sepenggal cerita itu merupakan gambaran, betapa Cycloop merupakan puzzle surga yang membentang dari Kota Jayapura hingga Distrik Depapre, tak kurang dari 100 km panjangnya. Sangat banyak hal yang dimiliki Cycloop, yang memungkinkannya menjadi permata ilmu pengetahuan bagi dunia. []  

Sumber : Dzikry el Han - Balai Besar KSDA Papua

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini