Menariknya Birdwatching di Konferensi Peneliti & Pemerhati Burung Indonesia

Senin, 12 Februari 2018

Semarang, 10 Februari 2018. Balai KSDA Jawa Tengah bekerja sama dengan Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP), Burung Indonesia, Yayasan Kehati, dan beberapa institusi yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan hidupan liar lainnya khususnya spesies-spesies aves (Kutilang, Raptor Indonesia, IPB, Balai TN Karimun Jawa, LIPI, Wetlands Indonesia dan banyak lainnya) menyelenggarakan kegiatan Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung Indonesia ke-4 yang bertempat di auditorium Prof. Dr. Wuryatno, kampus Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran (Unnes Sekaran), Gunungpati, Semarang. Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 8 s.d. 10 Februari 2018 yang diikuti 350 orang peserta dari seluruh Indonesia, juga dari Thailand dan Inggris.

Menariknya, kegiatan ini diawali dengan seminar dengan 11 keynote speaker dari Kementerian LHK, IPB, WCS-IP, Univ. Atma Jaya, Faculty of Forestry - Kasetsart University Thailand, LIPI dan Wildlife Photographer, presentasi paper lebih dari 100 orang peneliti dan pengamat burung Indonesia dan workshop dengan tema (a) Penelitian dan Konservasi Raptor, (b) Penandaan Burung dan (c) Standarisasi Metode Perkiraan Populasi dan Okupansi Burung. Birdwatching menjadi kegiatan penutup yang dilaksanakan di Rawa Pening, Ambarawa, Kabupaten Semarang (10/02/18). Dengan pengamatan ini diharapkan dapat diperoleh data terbaru dan akurat mengenai jenis-jenis burung yang berada di kawasan Rawa Pening sebagai salah satu kawasan lahan basah penting di Provinsi Jawa Tengah. Rawa Pening seluas 2.670 hektar merupakan kawasan budidaya ikan air tawar menggunakan karamba, juga kawasan wisata perairan.

Birdwatching dilakukan menggunakan perahu selama 4 jam dari jam 8 pagi s.d jam 12 siang. Sebanyak 9 perahu masing-masing menyusuri rute yang ditengarai merupakan jalur terbang burung maupun lokasi mencari makan dan hinggap. Setelah selesai pengamatan, masing-masing kelompok memberikan data jenis burung yang dijumpai. Kemudian dilakukan diskusi dengan narasumber Sebastian van Balen, salah seorang penulis buku “Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan”. Dalam diskusi ini dikonfirmasikan kembali hasil identifikasi jenis-jenis burung yang ditemui.

Dijumpai 46 spesies burung dalam pengamatan di Rawa Pening hari itu. Beberapa merupakan jenis migran seperti Cangak Abu (Ardea cinerea), Bambangan Kuning (Ixobrychus sinensis).

Menurut Howes (2003), kehadiran burung air telah merupakan suatu indikator penting dalam pengkajian mutu dan produktivitas suatu lingkungan lahan basah, apalagi setelah diikrarkannya Konvensi Ramsar pada tahun 1971. Gangguan terhadap burung air, fungsi yang dimilikinya serta berbagai misteri yang masih menyelimuti proses migrasi mereka, menjadikan burung air sebagai objek penelitian dan pengkajian yang panjang di seluruh dunia.

Sumber : Sisca Febrianti L, SP – PEH Balai KSDA Jawa Tengah

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini