Malnutrisi, Orangutan Tapanuli Dievakuasi di Aek Nabara

Senin, 27 Maret 2023

Sebelum dievakuasi dilakukan pemeriksaan kondisi kesehatan

Aek Nabara, 27 Maret 2023. Penampakan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) pertama kali terlihat di perladangan warga yang berbatasan dengan Cagar Alam (CA) Sibual-buali, tepatnya di Desa Aek Nabara, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan dilaporkan warga kepada Balai Besar KSDA Sumatera Utara melalui Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok pada Rabu (23/3). Hasil evakuasi Tim Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok bersama dengan lembaga mitra HOCRU OIC bahwa kondisi fisik orangutan dalam keadaan sangat kurus (malnutrisi) dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan ataupun cacat pada tubuhnya. Untuk perilakunya tidak normal seperti orangutan umumnya yang di alam liar, indikasi sakit dengan keadaan sangat lemas dengan pergerakannya sangat lamban. Dari hasil pemeriksaan, dokter menyimpulkan bahwa orangutan tersebut butuh pemeriksaan lebih lanjut di tempat yang lebih memadai (dalam hal ini, tempat karantina/ rehabilitasi) untuk mendapatkan perawatan dan pemantauan intensif dengan  segera mungkin. Upaya evakuasi sementara yang dilakukan adalah dengan membawa orangutan tersebut ke kantor Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok guna diobservasi serta  diberi asupan makanan dan minuman di kandang transport.

Proses evakuasi berawal saat petugas Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok bersama dengan lembaga mitra HOCRU OIC datang ke lokasi dan terpantau Orangutan Tapanuli di posisi sarang siang dengan kondisi kurus dan pergerakannya lambat serta sudah turun ke tanah. Di hari berikutnya, Jumat (25/3) Tim bersama dokter hewan (drh) Ihkwan, kembali melihat keberadaan orangutan tersebut dengan kondisi yang memprihatinkan, badan kurus, pergerakan lambat tidak selincah orangutan lainnya yang ada di alam liar, banyak istirahat di sarang dan makan dengan sangat lambat. Melihat kondisi satwa yang mengarah keadaan sakit dan butuh segera tindak lanjut, dokter hewan menyimpulkan perlunya melakukan tindakan evakuasi untuk tindak pemeriksaan. 

Tepat pukul 16.30 Wib, Jumat (25/3), dengan cara menembakkan obat bius kombinasi Ketamine dengan Medetomidine, hanya dengan 1 kali tembak orangutan berhasil dievakuasi. Selanjutnya dilakukan satu kali injek tangan top up dosis, separuh dari dosis pertama (selama proses perjalanan ke kandang transport). Dari hasil pemeriksaan drh. Ihkwan, diketahui orangutan berjenis kelamin betina, perkiraan umur lebih kurang sekitar 20 tahunan (M3 atas bawah), berat badan lebih kurang sekitar 30 kg.

Orangutan dievakuasi Tim usai di bius

Sumber : Refdi Azmi, SH. (Kepala SKW V Sipirok) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara

 

 

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini