Jumat, 11 Juli 2025 BBKSDA Jawa Timur
Sumenep, 9 Juli 2025. Di pagi yang masih menyimpan embun dan desir ombak yang menyentuh pasir Pantai Dungkek, seekor penyu hijau jantan meluncur pelan dari tangan para penjaga alam ke habitat asalnya. Ia tidak membawa nama, tetapi membawa cerita tentang luka yang sembuh, tentang kepedulian, dan tentang harapan.
Kisah ini bermula pada hari Minggu, 6 Juli 2025. Call Center Seksi KSDA Wilayah IV Pamekasan menerima laporan dari warga Desa Panagungan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Seorang warga bernama Khairil menyatakan niatnya untuk menyerahkan seekor penyu hijau (Chelonia mydas) yang telah dirawatnya selama dua pekan.
Ditemukan oleh seorang pemancing di laut sekitar Madura, penyu tersebut sempat mengalami luka ringan di sirip kiri. “Waktu itu masih ada goresan, tapi setelah dirawat di rumah, lukanya sembuh dan sekarang sehat,” ujar Khairil.
Ia menyadari pentingnya mengembalikan satwa tersebut kepada pihak berwenang agar bisa dilepasliarkan kembali ke laut. Tim Matawali (Penyelamatan Satwa Liar) SKW IV segera melakukan identifikasi. Hasilnya, satu ekor penyu hijau jantan, dengan panjang karapas 33 cm dan lebar 31 cm. Berdasarkan pengamatan morfologis dan perilaku, kondisi satwa tersebut dinyatakan sehat dan menunjukkan perilaku liar, indikator utama bahwa penyu tersebut siap kembali ke habitat alaminya.
Dua hari berselang, pada Selasa, 8 Juli 2025, tim dari BBKSDA Jatim Bersama masyarakat lokal menuju Pantai Dungkek, Kabupaten Sumenep. Pantai ini dikenal sebagai salah satu lokasi alami pendaratan penyu di Madura. Dengan penuh kehati-hatian, penyu hijau itu dilepas perlahan ke air laut yang telah lama merindukannya.
Pelepasliaran ini bukan sekadar pengembalian satwa ke alam. Ia menjadi symbol kepedulian warga terhadap kelestarian spesies yang terancam punah. Penyu hijau termasuk dalam daftar Appendix I CITES dan dilindungi secara penuh oleh Undang-Undang 5 Tahun 1990, Undang-Undang 32 Tahun 2024 sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri LHK No. P.106/2018.
Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., menyampaikan apresiasinya terhadap partisipasi aktif warga.
“Penyerahan secara sukarela ini mencerminkan kesadaran ekologis masyarakat yang semakin tinggi. Upaya kecil dari satu warga hari ini adalah bagian dari upaya besar menyelamatkan spesies langka di masa depan,” ujarnya.
Pelepasliaran yang dilakukan di titik paling timur Pulau Garam ini menambah daftar panjang kontribusi konservasi dari Madura bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Saat tubuh sang penyu menghilang di balik gelombang, alam pun seolah berbisik, Selamat datang kembali, Penjaga Samudra. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik - Balai Besar KSDA Jawa Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5