Dua Ekor Lembu Warga Dimangsa Harimau

Senin, 27 Maret 2023

Lembu yang menjadi korban harimau

Dusun Sumber Waras, 27 Maret 2023. Untuk kesekian kalinya konflik warga dengan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) terjadi di Dusun Sumber Waras, Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat. Kali ini, berdasarkan laporan warga, pada Rabu (22/3) malam, 2 ekor ternak lembu milik Putra, pekerja di hutan restorasi yang dikelola oleh lembaga mitra kerjasama YOSL-OIC,  menjadi korban dimangsa harimau. Terlihat bagian paha belakang yang luka akibat dimakan oleh satwa liar  ganas ini. Namun sampai petugas Balai Besar KSDA Sumatera Utara melalui Seksi Konservasi Wilayah II Stabat melakukan mitigasi, harimau tidak terlihat kembali ke lokasi untuk memakan ternak mangsanya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari masyarakat, peristiwa dimangsanya ternak lembu milik warga sejak Desember 2022 kerap terjadi, diantaranya : bulan Desember 2022 ditemukan 2 ternak lembu dan 4 ternak kambing yang dimangsa, bulan Januari 2023 dua ekor ternak lembu mati dimangsa, dan bulan Februari 2023 satu ekor ternak lembu kembali dimangsa.

Upaya mitigasi yang dilakukan oleh petugas berupa penjagaan dan penghalauan untuk menenangkan warga dan memberikan sosialisasi agar mengandangkan ternak-ternak peliharaannya. Warga berharap  ada solusi permanen dari pemerintah, dalam hal ini Balai Besar KSDA Sumatera Utara dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, untuk mencegah jatuhnya korban ternak peliharaan warga.

Lokasi konflik harimau dengan warga berjarak 450 m dari batas hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan berdasarkan ploting koordinat pada peta fungsi Kawasan Hutan sesuai dengan SK. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : 6609 tahun 2022 tentang Peta Perkembangan Kawasan Hutan di Propinsi Sumatera Utara, lokasi kejadian berada di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

Kejadian seperti ini dengan korban ternak lembu peliharaan warga cukup sering terjadi di Kecamatan Batang Serangan. Salah satu pemicunya adalah budaya beternak warga yang jarang mengandangkan ternak lembunya, hanya mengangon di lokasi kebun yang berbatasan dengan hutan TN Gunung Leuser. Bahkan pemilik ternak banyak yang bukan penduduk dusun setempat, hanya menitip rawat dengan pola bagi hasil dengan masyarakat setempat. Pola beternak ini yang menjadi pemicu tingginya potensi terjadinya konflik.

Sumber : Herbert BP. Aritonang, S.Sos., MH. (Kepala SKW II Stabat) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini