El Nino Ancam Kawasan Konservasi, Waspadalah !

Rabu, 02 Agustus 2023 BBKSDA Sumatera Utara

Medan, 1 Agustus 2023. Cuaca panas tahun ini menyengat betul. Terik gerah mewarnai siang dan malam di awal tahun hingga kini. Hal itu seperti menggenapi prediksi, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, bahwa kekeringan tahun ini akan lebih panjang daripada tahun-tahun sebelumnya. Sejumlah pihak meminta dampak kekeringan tahun ini menjadi perhatian khusus – terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla) -- yang tahun ini jatuh pada siklus empat tahunan (“Tajuk Rencana” Harian Kompas, Sabtu 15 Juli 2023).

Keadaan ini tidak terlepas dari fenomena El Nino yang diprakirakan berlangsung mulai semester kedua tahun ini. El Nino menurut Murni (“ST.2023 Sikapi El Nino”, Harian Waspada, Rabu 26 Juli 2023) adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini  meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik bagian tengah dan mengurangi cuaca hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Dampak dari El Nino ini selain menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan, dapat mengurangi ketersediaan air, mempengaruhi persebaran penyakit dan hama baik buat tanaman/tumbuhan maupun hewan/binatang serta menyebabkan penurunan kualitas tanaman. Dampak El Nino di sejumlah daerah yang sudah mulai dirasakan adalah kekeringan (puncaknya diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus hingga September 2023) berpotensi mengakibatkan terjadinya gagal panen. 


Fenomena El Nino memicu resiko kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Berdasarkan data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total kejadian Karhutla di Indonesia mencapai 206 kejadian dan didominasi oleh Provinsi Aceh, yaitu sebanyak 53 kali hingga Juni 2023. Kemudian disusul Kalimantan Tengah 35 kali kejadian (Harian Analisa, Jumat 28 Juli 2023). 

 

Oleh karena itu, sangat urgen untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan mencegah kasus karhutla, termasuk di kawasan konservasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Antisipasi sedini mungkin tentunya dapat meminimalisir dampak yang akan timbul. Perlu dicatat bahwa kekeringan yang terjadi di kawasan konservasi sejatinya bukan hanya mengancam terjadinya karhutla, tetapi efek domino lainnya akan timbul pula dan resikonya juga cukup tinggi/berbahaya. Seperti berkurangnya ketersediaan air serta menurunnya kualitas tanaman/tumbuhan yang ada di dalam kawasan konservasi, hal ini akan mempengaruhi kehidupan satwa-satwa liar, sehingga untuk mencari pemenuhan kebutuhan akan air dan pakan, memicunya keluar dari habitat memasuki permukiman penduduk. Kondisi ini akan menimbulkan terjadinya interaksi negatif dengan warga.

Oleh karena itu, perlu ditempuh langkah-langkah strategis, seperti : mengaktifkan sistem deteksi dini pencegahan kebakaran, menyiapkan embung serta melakukan penataan kelola air yang berada di dalam kawasan konservasi, penyediaan peralatan pencegahan dan penanganan kebakaran serta distribusi pengetahuan dan kesiapsiagaan  masyarakat.

Seturut dengan itu pula, salah satu kearifan publik yang bisa kita lakukan adalah sadar alam dan lingkungan. Kita bisa menginisiasi berbagai tindakan dan perilaku ramah lingkungan yang visioner, antisipatif dan berjangka panjang. Misalnya gerakan menanam pohon disekitar lingkungan tempat tinggal (khususnya masyarakat sekitar kawasan konservasi) yang berdampak positif bagi ketersediaan air pada saat kemarau dan bisa menjaga serta mengendalikan suhu bumi (“Tajuk Rencana” Harian Analisa, Sabtu 8 Juli 2023).

Semua upaya dan langkah-langkah preventif maupun represif tidak dapat hanya dilakukan oleh instansi di jajaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saja, tetapi memerlukan gerakan massif yang melibatkan banyak pihak, seperti : instansi pemerintah terkait, TNI/Polri, lembaga swadaya masyarakat dan media massa. Dengan kolaborasi, bukan hanya dimaksudkan untuk mengatasi karhutla saat terjadi, tetapi juga mencegah sedini mungkin sehingga kebakaran dapat dihindari.

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara  


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 2

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini