PEH Berkarya: Terpilih Mewakili Indonesia Pada 8th UNESCO Training Course For Island and Coastal Biosphere Reserve di Pulau Jeju, Korsel

Minggu, 30 Juli 2023 BTN Komodo

Labuan Bajo,  29 Juni 2023 - Muhammad Ikbal Putera, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Ahli Muda Balai Taman Nasional Komodo terpilih mewakili Indonesia mengikuti kegiatan 8th UNESCO Training Course for Island and Coastal Biosphere Reserve bertempatkan di Pulau Jeju, Korea Selatan, mulai tanggal 25 – 30 Juni 2023. Kegiatan ini diselenggarakan dan dibiayai penuh oleh UNESCO MAB dan Jeju Special-Governing Province, Republic of Korea dengan menghadirkan perwakilan dari 10 Cagar Biosfer dan berbagai negara, yaitu: Great Sandy Biosphere Reserve (Australia), Gouritz Cluster Biosphere Reserve (Afrika Selatan), Green Belt Biosphere Reserve (Brazil), Guanahacabibes Peninsula Biosphere Reserve (Cuba), Kein Giang Biosphere Reserve (Vietnam), Palawan Biosphere Reserve (Filipina), Komodo Biosphere Reserve (Indonesia), Fuvahmulah Biosphere Reserve (Maldives), North East Tobago Biosphere Reserve (Trinidad dan Tobago), dan Black River GorgesBel Ombre Biosphere Reserve (Mauritius). 

Kegiatan 8th UNESCO Training Course for Island and Coastal Biosphere Reserve berupaya untuk mengumpulkan para pengelola cagar biosfer dari berbagai belahan dunia untuk mendapatkan penyegaran wawasan terkait dengan konsep cagar biosfer, tren dan dinamika pengelolaan cagar biosfer, studi banding dengan pengelolaan cagar biosfer di Pulau Jeju, dan pertukaran pengalaman serta informasi tentang dinamika cagar biosfer di masing-masing wilayahnya. Kegiatan hari pertama dan kedua (27-28 Juni 2023) terdiri dari rangkaian pemaparan yang disampaikan oleh UNESCO MAB, Sekretariat World Network of Island and Coastal Biosphere Reserves (WNICBR) Jeju, Jeju Special-Governing Province, Korea National Park Service, dan para delegasi pelatihan. Sementara kegiatan pada hari ketiga (27 Juni 2023) merupakan kunjungan lapangan ke beberapa destinasi cagar biosfer dan situs warisan dunia yang ada di Pulau Jeju. Adapun lokasi yang dikunjungi antara lain: Desa Ekowisata Harae-ri, Situs Warisan Dunia Alam Seongsan Ilchulbong, dan Situs Warisan Dunia Alam Manjanggul Lava Tube.

Ikbal merasa bahwa kunjungan ke Desa Ekowisata Harae-ri cukup berkesan bagi dirinya. Pasalnya, Desa Harae-ri cukup modern layaknya perumahan/komplek yang dibangun sarana prasarananya dengan sangat rapi dan bersih. Aktivitas wisata yang dilakukan di Desa Harae-ri adalah pembuatan roti tradisional dan penelusuran jalur trekking menuju Sungai Hyodon-cheon. Pada saat mengunjungi rumah pembuatan roti tradisional, seorang perempuan yang merupakan pemiliki rumah roti tersebut tampil di depan dan mulai menjelaskan kilas histori roti tradisional ini bagi penduduk Desa Harae-ri puluhan tahun silam. “Pulau Jeju dulu merupakan lokasi pengasingan di zamannya. Laki-laki pun diminta untuk berperang dan meninggalkan para pasangan dan keluarganya sebatang kara. Perempuan-perempuan Jeju dulu adalah pejuang, meskipun berat, kita tetap berusaha menaklukan kerasnya alam agar keluarga kita tetap hidup. Roti tradisional ini adalah salah satu sejarah hidup yang menyelamatkan penduduk Harae-ri dari kelaparan. Kita memanfaatkan gandum dan hasil pertanian seadanya, dan mengolahnya menjadi roti tradisional kebanggaan kami ini. Namun, seiring berkembangnya zaman dan banyaknya alternatif makanan pokok, roti tradisional ini sudah banyak ditinggalkan. Kami tidak ingin makna sejarah dari roti ini hilang, dan kami percaya dengan mengajarkan cara membuat roti ini dengan wisatawan, akan mempertahankan kebudayaan kami”, tutur pemilik rumah tradisional di Desa Ekowisata Harae-ri.

Sambil menunggu roti dipanggang, para delegasi diajak menelusuri jalur trekking menuju Sungai Hyodon-cheon. Ikbal merasa takjub dengan kebersihan lingkungan di Desa Ekowisata Harae-ri. Air sungainya pun bersih dan jernih tanpa ada sedikitpun sampah tersangkut pada bebatuan besar di sepanjang aliran sungai. Jalur trekking-nya pun didesain menarik dengan menggunakan trotoar pejalan kaki yang sama. Penduduk Harae-ri menggambar cicak pada trotoar tersebut untuk menunjukan arah kepada wisatawan kemana harus berjalan kaki, sehingga semestinya tanpa pendampingan penduduk lokal pun, wisatawan tidak akan tersesat. Meski demikian, pemandu lokal Harae-ri menyampaikan bahwa wisatawan yang pertama kali berkunjung ke Desa Harae-ri wajib didampingi oleh masyarakat Harae-ri untuk mendapatkan penjelasan mengenai tata tertib dan beraktivitas di wilayah tempat tinggalnya. Menurut penuturan pemandu lokal, setidaknya 10.000 pengunjung datang ke Desa Hara-eri setiap tahunnya.

Destinasi berikutnya yang dikunjungi adalah Puncak Matahari Terbit (Seongsan Ilchulbong) yang merupakan gunung bawah laut yang erupsi dan naik ke atas permukaan, membentuk anak gunung dan daratan baru yang menghubungkannya dengan daratan utama Pulau Jeju. Para delegasi diajak melakukan trekking hingga menuju puncak gunung dengan memakan waktu tempuh sekitar 30-40 menit berjalan kaki. Ribuan orang mengunjungi Situs Warisan Dunia Ala mini setiap harinya dan banyak dari wisatawan yang melakukan wisata keluarga bersama anak-anak mereka. Pengelola destinasi membuat tangga berbahan semen, batu, dan kayu hingga mencapai puncak. Pada bagian puncak sudah disiapkan kursi kayu dan semen untuk wisatawan dapat menikmati sejuknya angin dan indahnya matahari terbit. Buah tangan terkenal di Pulau Jeju adalah jeruk Jeju yang sangat manis dan tidak memiliki biji. Pada saat melakukan trekking, suhu berkisar antara 15oC – 18o C dan cuaca sedikit berhujan.

Destinasi terakhir adalah Situs Warisan Dunia Manjanggul Lava Tube yang merupakan salah satu dari belasan gua bawah tanah yang ada di Pulau Jeju. Manjanggul Lava Tube menjadi satu dari dua gua bawah tanah yang dibuka untuk kunjungan wisatawan setiap harinya. Wisatawan dapat menyusuri gua dengan sangat aman dan dilengkapi dengan fasilitas penyusuran gua yang sangat modern. Di dalam gua, wisatawan tidak perlu khawatir karena terdapat lampu-lampu redup berlogokan World Heritage Site yang menerangi jalur trekking-nya. Langit-langit gua-nya pun cukup tinggi yang membuat hembusan angin dan aktivitas kelelawar tidak terganggu oleh kehadiran wisatawan. Ikbal terpukau dengan kedisiplinan dan komitmen wisatawan yang berkunjung ke Manjanggul Lava Tube. Ikbal merasa seluruh wisatawan benar-benar mengikuti ketentuan berwisata sebagaimana dijelaskan pada saat briefing di titik pertemuan. Tidak ada wisatawan yang berusaha menyalakan lampu terlalu terang, tidak ada yang berlarian atau membuat keributan, ataupun tidak ada yang merusak fasilitas atau melakukan aksi vandalisme. Wisatawan yang datang benar-benar fokus pada diri dan kelompoknya untuk menikmati kesunyian dan kesejukan udara di dalam gua Manjanggul Lava Tube.


Ikbal bangga bisa menjadi Pengendali Ekosistem Hutan yang mewakili Indonesia pada giat internasional. Ikbal mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo dan MAB Indonesia untuk mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas pegawai melalui pelatihan di Pulau Jeju ini. Kunjungannya ke Pulau Jeju merupakan kali ketiga Ikbal mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas di luar negeri dalam dua tahun terakhir, dimana pada tahun 2022, Ikbal berkesempatan mengikuti 2nd Asia Parks Congress di Kinabalu – Malaysia dan 10th Meeting of the World Network of Island and Coastal Biosphere Reserves di Wilhemshaven – Jerman. Setibanya di Labuan Bajo nanti, Ikbal ingin menceritakan ulang pengalamannya di Pulau Jeju kepada para koleganya di Balai Taman Nasional Komodo dan bersama-sama akan membuat inovasi-inovasi baru yang berdampak positif bagi pengelolaan Taman Nasional Komodo kedepannya.


Sumber : Balai TN Komodo

Penulis dan Penyunting Berita : Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S. (Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini