Anggrek Spesies Baru dari Taman Wisata Alam Sorong, Provinsi Papua Barat Daya

Selasa, 23 Mei 2023 Balai Besar KSDA Papua Barat

Sorong, 10 Mei 2023 - Selama lebih dari lima tahun tim Balai Besar KSDA Papua Barat melakukan penelitian anggrek kandidat spesies baru dari Taman Wisata Alam (TWA) Sorong, akhirnya pada tanggal 28 Maret 2023 spesies tersebut berhasil dideskripsikan dan dipublikasikan dengan nama Bulbophyllum wiratnoi, Saputra, Schuit., Mustaqim & J.Champ. Anggrek spesies baru ini dipublikasikan pada jurnal Phytotaxa Vol. 589 No. 3: 283-288 dengan judul “Bulbophyllum wiratnoi (Orchidaceae), a new species of section Epicrianthes from Indonesian New Guinea” dan telah dibuka aksesnya untuk publik (open access) pada 9 Mei 2023.

Gambar 1. Bulbophyllum wiratnoi, anggrek spesies baru dari TWA Sorong. Foto oleh Reza Saputra

Bulbophyllum wiratnoi merupakan spesies anggrek dengan habitus epifit, yakni cara hidup yang menempel pada batang atau ranting pohon tanpa merugikan inangnya. Anggrek ini ditemukan pada habitat yang teduh (tidak terkena sinar matahari langsung) di ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah dengan ketinggian 114 meter dpl. B. wiratnoi memiliki bunga berwarna kuning pucat dengan spot warna merah keunguan yang rapat, lebar bunga sekitar 2 cm, dan bibir bunga memiliki banyak papila. Keunikan spesies ini yang tidak dijumpai pada spesies lain terletak pada bagian mahkota bunga (petals) yang tereduksi menjadi rambut-rambut kaku berwarna ungu dengan stalks yang lentur.

Gambar 2. Detail lip dan petal Bulbophyllum wiratnoi. Foto oleh Reza Saputra

Pemberian nama ‘wiratnoi’ merupakan penghargaan dan ucapan terima kasih dari Keluarga Besar Balai Besar KSDA Papua Barat kepada Bapak Dr. Wiratno, M.Sc., selaku tokoh yang berkontribusi besar dalam pembangunan konservasi di Indonesia. Kehadiran Beliau yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi khususnya ketika menjabat sebagai Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem periode Juni 2017 sampai dengan Maret 2022.

Anggrek Bulbophyllum wiratnoi dan sebagian besar anggrek yang tergolong dalam Bulbophyllum section Epicrianthes merupakan spesies yang langka. Berdasarkan hasil eksplorasi periode 2018-2022, Balai Besar KSDA Papua Barat hanya menemukan 1 individu yang hidup secara in situ di daerah pinggiran Kota Sorong, yakni pada TWA Sorong. Sedangkan terdapat 8 individu lainnya yang diketahui hidup secara eks situ dan dijual secara online. Dengan jumlah populasi dan ancaman yang diketahui tersebut, status konservasi IUCN untuk Bulbophyllum wiratnoi dapat dikategorikan sebagai “Critically Endangered Species”. Namun dikarenakan 8 individu tersebut tidak diketahui asal pengambilannya, maka sementara spesies ini masuk ke dalam kategori “Data Deficient”. Dengan berhasilnya proses deskripsi dan publikasi ilmiah anggrek Bulbophyllum wiratnoi, maka sampai dengan saat ini telah teridentifikasi sebanyak 4 spesies Bulbophyllum section Epicrianthes hidup di Papua Indonesia dan 18 spesies Bulbophyllum section Epicrianthes hidup di Papua Nugini. 

Bulbophyllum wiratnoi pertama kali dilihat dan ditemukan oleh Marjito, Staf Resort TWA Sorong, yang juga tergabung ke dalam tim eksplorasi anggrek bersama Reza Saputra dan kawan-kawan di TWA Sorong pada tahun 2018. Namun pada saat itu belum dapat teridentifikasi sampai tingkat spesies karena belum berbunga, identifikasi hanya dapat dilakukan sampai tingkat section, yakni Bulbophyllum section Epicrianthes. Kemudian spesimen tersebut dibawa dan ditanam di Halaman Kantor Balai Besar KSDA Papua Barat untuk dirawat dan dilihat perbungaannya. Setelah berbunga, anggrek ini diteliti lebih lanjut dengan mencatat ukuran masing-masing bagian bunga, didokumentasikan dengan kamera, dan diawetkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya, dengan data yang ada berhasil diidentifikasi bahwa spesimen ini merupakan spesies yang belum pernah dideskripsikan secara ilmiah atau spesies baru. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Peneliti Anggrek Papua dari Kew Royal Botanic Garden, yaitu Andre Schuiteman. Namun kendala proses pendeskripsian terjadi karena kekurangan sampel. Setelah mendapatkan sampel tambahan dari Jeffrey Champion, proses deskripsi dan penulisan manuskrip dilanjutkan dan selesai pada akhir tahun 2022.

Gambar 3. Tim inventarisasi anggrek bersama dengan Marjito (urutan ke 3 dari kanan). Foto oleh Balai Besar KSDA Papua Barat

Meskipun proses penelitiannya cukup lama, namun dalam mempublikasikan spesies baru ini terdapat unsur fundamental paling penting yang telah dilalui, yaitu memastikan spesies yang ingin dipublikasikan tersebut adalah benar spesies baru. Hal tersebut dengan cara mendapatkan sampel tambahan kemudian membandingkannya dengan deskripsi protolog dan mengecek herbarium spesies terdekatnya, yaitu Bulbophyllum johanuli. Semua langkah tersebut perlu dilakukan dengan teliti dan disimpulkan dengan hati-hati. Hal tersebut perlu dilakukan agar nama yang telah diusulkan tidak digantikan atau disinonimkan dengan nama spesies yang telah ada sebelumnya. Hal ini menjadi penting agar tidak menambah beban pekerjaan para taksonom Indonesia untuk melakukan revisi atau proses sinonim nama taksa yang keliru dianggap sebagai spesies baru.

Gambar 4. Perbandingan Bulbophyllum wiratnoi (kiri, Foto oleh Jeffrey Champion) dengan spesies terdekatnya Bulbophyllum johannuli (kanan, Foto oleh Peter Jongejan)

Berdasarkan data Digital Flora Indonesia sampai dengan tahun 2022, tidak kurang dari 3.825 spesies anggrek hidup secara alami di Indonesia. Dengan penambahan spesies baru anggrek Bulbophyllum wiratnoi ini, maka kekayaan biodiversitas Indonesia juga telah bertambah. Penemuan anggrek spesies baru dari TWA Sorong ini menjadi salah satu temuan penting bagi Provinsi Papua Barat Daya dan Indonesia. 

“Masih banyak pekerjaan konservasi di Wilayah Semenanjung Kepala Burung ini. Balai Besar KSDA Papua Barat memiliki tugas dan fungsi dalam inventarisasi potensi kawasan konservasi di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya, termasuk mendata potensi spesies-spesies anggrek. Kedepannya kami akan bekerja sama dengan para stakeholder terkait dalam penggalian potensi keanekaragaman hayati di Provinsi Papua Barat Daya dan Papua Barat” tambah Kepala Balai Besar KSDA Papua Barat, Bapak Johny Santoso, S.Hut., M.Agr.

Balai Besar KSDA Papua Barat berharap, dengan adanya penemuan Anggrek Bulbophyllum wiratnoi ini dapat semakin meningkatkan kepedulian masyarakat luas akan kelestarian kawasan konservasi, yang salah satunya adalah TWA Sorong. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke TWA Sorong, yang pada akhirnya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.


Sumber : Balai Besar KSDA Papua Barat


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini