Jumat, 21 Maret 2025 BBKSDA Jawa Timur
Pacet, 19 Maret 2025. Malam semakin larut di Desa Claket, Kecamatan Pacet. Selepas berbuka puasa dan sholat tarawih, tiga orang pegiat konservasi dari Resort Konservasi Wilayah (RKW) 09 Mojokerto Seksi KSDA Wilayah III Surabaya melangkah hati-hati di jalanan hutan yang sunyi. Ferdinan Sabastian dan Tifan Nur Rizal membawa senter, menyisir rimbunnya dedaunan, berharap menemukan kehidupan liar yang tersembunyi dalam gelap.
Di antara ranting dan semak yang basah oleh embun, sesuatu yang langka tertangkap cahaya senter. Seekor ular siput Aplopeltura boa, spesies unik yang sangat jarang dijumpai. Ular ini, yang dikenal juga sebagai Blunthead Slug Snake, merupakan pemangsa siput dengan adaptasi luar biasa, rahang yang bisa mengekstraksi tubuh lunak mangsanya langsung dari dalam cangkang.
Apakah Aplopeltura boa Memang Berada di Mojokerto?
Secara umum, distribusi alami Aplopeltura boa mencakup wilayah Indonesia (Jawa, Sumatra, Kalimantan, Nias, Bangka, dan Kepulauan Natuna), Malaysia, Thailand, Myanmar, Brunei, dan Filipina. Namun, catatan spesifik mengenai keberadaannya di Jawa lebih banyak berasal dari wilayah barat.
Hingga saat ini, tidak banyak laporan ilmiah yang mencatat keberadaan spesies ini di Mojokerto. Penemuan di Hutan Claket ini bisa jadi merupakan rekaman distribusi baru yang menunjukkan bahwa jangkauan Aplopeltura boa lebih luas daripada yang diduga sebelumnya.
Berikut beberapa kemungkinan terkait temuan ini:
“Penemuan ini sangat menarik karena sejauh ini, tidak banyak laporan tentang keberadaan Aplopeltura boa di kawasan Mojokerto. Hal ini menunjukkan bahwa hutan di sekitar Claket masih menyimpan banyak misteri keanekaragaman hayati yang perlu diteliti lebih lanjut” ujar Ferdinan.
Ular Langka dengan Adaptasi Unik
Aplopeltura boa tergolong dalam famili Pareidae, sekelompok ular yang berevolusi dengan rahang asimetris untuk berburu siput. Ular ini tidak berbisa, memiliki kepala tumpul, dan lebih banyak ditemukan di pepohonan (arboreal). Meskipun namanya mengandung kata "boa", spesies ini tidak berkerabat dengan ular boa raksasa dan sama sekali bukan ular air, meskipun sempat diduga demikian oleh ilmuwan pada abad ke-19.
Malam Ramadan yang Tak Terlupakan
Bagi Ferdinan Sabastian dan Tifan Nur Rizal, penemuan ini bukan hanya sekadar momen berharga, tetapi juga bukti bahwa eksplorasi malam hari dapat mengungkap kehidupan liar yang tak terduga.
“Kami cukup terkejut menemukan spesies ini karena selama ini sangat jarang terdeteksi di kawasan ini,” tambah Tifan.
Keberadaan Aplopeltura boa di Hutan Claket bisa menjadi indikator ekosistem yang masih sehat dan perlu diteliti lebih lanjut. Apakah ini merupakan populasi alami yang tidak pernah terdeteksi sebelumnya? Atau spesies ini mulai meluas ke wilayah baru?
Di malam Ramadan yang penuh berkah ini, tim herping tak hanya menemukan seekor ular, tetapi juga membuka pintu bagi pertanyaan ilmiah yang lebih besar tentang keanekaragaman hayati di Jawa Timur.
Sumber: Fajar Dwi Nur Aji - Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda Balai Besar KSDA Jawa Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5