Jejak Langkah Kembalinya Harimau Sumatera

Senin, 31 Juli 2017

Harimau adalah simbol kelestarian ekosistem. Keberadaan Harimau hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitat Harimau terjaga. Harimau memiliki daya jelajah yang luas hingga 300 km2. Keadaan Harimau dapat menyeimbangkan populasi herbivora dan omnivora yang menjadi mangsanya sehingga keseimbangan ekosistem bisa terjaga.

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satwa dilindungi yang populasinya di alam terancam punah, pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam RPJM tahun 2015- 2019 termasuk jenis yang perlu ditingkatkan populasinya, hal ini sejalan dengan komitmen global melalui 13 negara yang memiliki Harimau yang pada tahun 2010 di St. Pietersburg Rusia telah sepakat untuk bersama-sama melakukan upaya meningkatkan populasi satwa Harimau di alam.

Indonesia pada awalnya memiliki 3 spesies Harimau, namun saat ini dua spesies Harimau telah dinyatakan punah yaitu Harimau Bali (tahun 1940 an) dan Harimau Jawa (tahun 1980an) dan saat ini hanya tinggal Harimau Sumatera yang populasinya di alam sesuai kajian terbaru diperkirakan tinggal sekitar 600 ekor.

Berdasarkan UU no 5 tahun 1990, konservasi sumber daya Hayati merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. PT Tidar Kerinci Agung (PT.TKA) sebagai unsur dari masyarakat turut serta melakukan upaya konservasi dengan membangun Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PRHSD) sebagai upaya untuk merehabilitasi kembali Harimau Sumatera.

Harimau Sumatera “Leony” merupakan satwa sitaan dari masyarakat yang dititipkan kepada Pusat Penyelamatan Satwa ASTI di Bogor sejak Februari 2010 dan telah mempunya kekuatan hukum yang tetap.   

“Leony” harimau Sumatera betina saat ini berumur sekitar 8 tahun dengan berat sekitar 70 kg baru-baru ini telah dipindahkan dari ASTI ke PRHSD untuk direhabilitasi sebelum dilepasliarkan ke habitat alaminya.

Peresmian PRHSD PT. TKA menjadi bagian dari rangkaian kegiatan dalam peringatan Global TIGER DAY yang diperingati setiap tanggal 29 Juli, yang pada tahun ini diperingati di 8 (delapan) kota di Pulau Sumatera dan 2 (dua) kota di Pulau Jawa. Perayaan ini untuk mengingatkan kita semua bahwa populasi Harimau saat ini di alam sudah menurun dan terus mendapatkan tekanan sehingga perlu upaya dan dukungan masyarakat agar tidak punah.

Acara peresmian PRHSD ini juga bertepatan dengan rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang ditetapkan oleh UNEP dengan tema “Connecting People with Nature, Menyatu dengan Alam ”, dengan tujuan untuk membangkitkan masyarakat dalam meningkatkan global dalam menyelamatkan Harimau.

Sumber: Direktorat KKH

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini