Pemanfaatan Limbah Plastik dan Bahan Daur Ulang Di Kampung Wisata dan Kampung Iklim Aisandami

Kamis, 20 Mei 2021

Beberapa tahun terakhir permasalahan sampah di Indonesia terus meningkat. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, terlebih isu-isu yang sedang hangat kini adalah isu sampah yang mengotori lautan dan menyebabkan banyak biota laut mati. Salah satu kasus, tanggal 1 Mei 2020, seekor Penyu Hijau (Chelonia mydas) mati dan ditemukan terdampar di sekitar perairan Serangan, Denpasar. Hasil pembedahan atau nekropsi di klinik hewan Kedonganan Veterinary pada 4 Mei 2020 menunjukkan pada usus penyu ditemukan benang pancing, plastik, keong kecil, serta sisa makanan. Dari kasus tersebut kita dapat belajar dan mewaspadai ancaman sampah plastik di dalam kawasan dan daerah penyangga sekitar Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, yang juga hampir seluruh kawasannya adalah lautan.

Penggunaan plastik sudah menjadi kebiasaan umum yang dilakukan oleh masyarakat, tidak terkecuali masyarakat di sekitar kawasan Teluk Cenderawasih. Sampah plastik seperti kantong plastik dan botol plastik biasanya dibakar atau dibuang begitu saja tanpa dipilah terlebih dahulu. Masyarakat sadar bahwa bahan plastik tersebut secara alami sulit untuk terurai, tetapi mereka tetap menggunakan plastik karena mudah didapatkan, murah, praktis dan belum tergantikan oleh bahan lainnya. Mereka masih sering menggunakan plastik untuk berbelanja, membungkus makanan dan menjadi bungkus es untuk menjaga kesegaran ikan hasil tangkapan nelayan.

Sebagai upaya mengurangi limbah plastik yang terus meningkat, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemanfaatan limbah plastik dan bahan daur ulang kepada kelompok binaannya, yaitu Kelompok Ekowisata Wadowun Beberin di Kampung Aisandami, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 8-9 Mei 2021. Anggota kelompok yang berdatangan tampak sangat antusias, dan turut membawa barang-barang bekas, seperti botol plastik, tutup botol plastik, koran dan baju bekas. Ada dua narasumber dalam kegiatan ini, narasumber yang pertama adalah Ibu Poppy Sawasemariay, yang merupakan salah satu pengrajin limbah plastik dan bahan daur ulang di Kota Manokwari. Narasumber yang kedua adalah Bapak Christian Mambor, selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama.

 

Ibu Poppy Sawasemariay salah satu narasumber yang merupakan pengrajin limbah plastik dan bahan daur ulang

Di awal, Ibu Poppy bersama dengan tim kegiatan yang terdiri dari Polisi Kehutanan dan Penyuluh Kehutanan, memberikan sedikit paparan tentang bagaimana cara memanfaatkan limbah plastik dan kemudian dilanjutkan ke sesi praktek. Pertama-tama, anggota kelompok diberi demonstrasi cara membuat tas dari tutup botol plastik, untuk membuat satu tas ukuran sedang, membutuhkan sebanyak 104 buah tutup botol plastik. Selanjutnya anggota kelompok pun menghitung jumlah tutup botol sesuai dengan yang disebutkan, dan menyusunnya menjadi bagian-bagian tas.

 

Anggota kelompok mulai menyiapkan tutup botol plastik untuk dibuat menjadi tas

Kemudian tutup botol tersebut diberi lubang pada keempat sisi nya, kemudian diikat dengan kawat satu sama lainnya hingga menyerupai tas. Selanjutnya tas dari tutup botol tersebut diberi tambahan sumbu kompor sebagai pegangannya, dan diberi hiasan bunga dibagian sisi depan tas untuk mempercantik tampilan.

 

Salah satu anggota kelompok antusias merangkai tutup botol plastik

Selanjutnya Ibu Poppy memberi contoh cara membuat sapu dari botol plastik dan pel dari baju bekas. Para anggota kelompok pun menyiapkan botol plastik dan baju bekas, untuk kemudian mereka potong kecil-kecil dari ujung dan menyisakan bagian pangkal. Bagian pangkal tersebut kemudian dipaku pada sebuah batang kayu untuk menjadi pegangan sapu/pel tersebut. Hari berikutnya, bahan daur ulang yang dipakai adalah koran bekas. Koran bekas dipotong dengan ukuran 11x24 cm untuk kemudian digulung dengan lidi menjadi gulungan kecil. Kemudian gulungan koran tersebut dilipat menjadi lingkaran maupun persegi, lalu di kaitkan pada kawat (hook) anting.

Metode demonstrasi dipilih karena dianggap paling cocok untuk mempraktekan dan memberi contoh secara langsung kepada anggota kelompok. Seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 77 Tahun 2016 tentang metode dan materi penyuluhan kehutanan, demonstrasi merupakan peragaan suatu teknologi (bahan, alat atau cara) dan/atau hasil penerapannya secara nyata dilakukan oleh pemandu kepada pelaku utama dan pelaku usaha.

Adapun langkah-langkah dalam menerapkan demonstrasi adalah:

  1. Awali dengan kegiatan yang merangsang audiens/peserta untuk membayangkan dan berpikir. Misalnya melalui quiz dan pertanyaan sehingga menarik minat peserta untuk memperhatikan demonstrasi.
  2. Buat suasana yang menyenangkan dan penuh dengan kekeluargaan, tidak perlu terlalu kaku. Sisipkan beberapa humor lucu dan santai.
  3. Tumbuhkan kepercayaan dalam diri bahwa audiens/peserta dapat mengikuti demonstrasi dengan baik.
  4. Dekati audiens/peserta, tanyakan apakah ada kendala dan masalah dalam mengikuti demonstrasi.
  5. Berikan motivasi dan kebebasan para audiens/peserta untuk berkreasi dengan ide mereka.

Kegiatan kemudian dilanjutkan paparan dari Bapak Christian Mambor. Beliau memberikan paparan bahwa kegiatan pelatihan ini sangat mendukung pengelolaan Kampung Wisata yang ramah lingkungan. Lebih daripada itu, kegiatan pemanfaatan limbah ini juga mendukung penilaian di bidang mitigasi perubahan iklim di Kampung Aisandami dalam Program Kampung Iklim (Proklim). Proklim dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya sehingga seluruh pihak terdorong untuk melaksanakan aksi nyata yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim.

Keseluruhan inti dari kegiatan pelatihan ini merupakan bagian dari peningkatan kapasitas serta pengembangan kelompok masyarakat. Diharapkan timbul proses peningkatan kesadaran dari kelompok masyarakat itu sendiri. Salah satu aspek dari peningkatan kesadaran adalah terbukanya peluang-peluang baru yang memacu gerakan menuju perubahan. Kelompok secara mandiri mampu memanfaatkan potensi dan kemampuan yang ada untuk dapat dimanfaatkan demi kemajuan masyarakat sekitarnya.  

Diakhir kegiatan hasil-hasil kerajinan yang sudah dibuat oleh kelompok dikumpulkan menjadi satu, kemudian hasil kerajinan tersebut mendapatkan penilaian dan tanggapan dari Ibu Poppy. Kelompok sangat senang dan berharap ke depan, akan ada lagi kegiatan seperti ini. Kelompok mengaku kegiatan ini sangat bermanfaat serta menambah kemampuan dan ketrampilan para anggota kelompok, karena limbah-limbah plastik tersebut bukan hanya diolah menjadi kerajinan tangan, tetapi juga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi anggota kelompok.

 

Hasil karya kerajinan yang dibuat oleh anggota kelompok

 

Sumber: Balai Besar TN Teluk Cenderawasih

Penulis: Rusthesa Latritiani, S.Pi – Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 1

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini