Legenda Batu Asahan

Kamis, 01 November 2018

Kuningan, 1 November 2018. Batu Asahan terdapat di kaki gunung Ciremai desa Bantaragung, Sindangwangi, Majalengka, Jawa Barat. Lokasi batu ini berdekatan dengan bumi perkemahan Awi Lega dan Camp Fire Care Bukit Batu Semar. Istilah Batu Asahan menurut bahasa Sunda yaitu batu yang digunakan untuk mengasah atau menajamkan peralatan yang terbuat dari besi seperti Golok, Pisau, Kujang, Anak Panah dan Mata Tombak.

Dua tahun lalu Pemerintah Desa setempat menetapkan Batu Asahan sebagai situs sejarah karena banyak cerita lisan terkait batu tersebut terutama kisah heroik.

"Zaman Pajajaran, ada seorang petani sakti yang hidup di salah satu kampung dekat Batu Asahan berada. Boko Palung namanya", tutur Kasduri (55) warga Bantaragung. Menurut Kasduri, Boko Palung menggeluti profesi penyadap Aren yang dulu sangat banyak tumbuh di sekitar tempat ini. Nira dari Aren tersebut diolah menjadi gula merah. Kesaktian Boko Palung terlihat dari cara dia menyadap puluhan Aren dalam waktu singkat. Hisapan sebatang "kolobot" (rokok kretek dari Aren, red) ialah waktu bagi Boko Palung untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sebilah "Bedog" (golok, red) amat tajam dimiliki Boko Palung menemani kerjanya sehari-hari. Konon, Bedog itu kerap diasah pada bongkahan batu besar yang terlempar akibat erupsi gunung Ciremai. Suatu hari, rahasia ketajaman Bedog itu terendus "Kumpeni" yang sedang butuh kayu untuk bahan bangunan markas mereka di Cirebon.

Singkat cerita, pepohonan besar raib ditebang "Walanda" (Belanda, red) dengan Bedog yang ditajamkan pada batu yang sering dipakai Boko Pulung. Melihat kejadian itu, Boko Pulung murka dan menghabisi antek penjajah yang sedang mengangkut kayu itu. Kisah berbeda dituturkan seorang warga lainnya dari desa Bantaragung. "Gabungan pasukan Mataram dan Cirebon yang akan menyerbu benteng Belanda di Batavia juga mengasah senjata mereka di batu ini", ungkap Raya (47) warga setempat. "Pedang, Tombak, Golok, Parang dan senjata lain ditajamkan Batu Asahan", Raya melanjutkan ceritanya.

Jika ceritanya benar, berarti peristiwa ini terjadi pada 1628 hingga 1629 ketika Sultan Agung menggalang kekuatan kerajaan-kerajaan Jawa untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Tak kalah menariknya, Abah Wa Dwi (60), "Kokolot" (tetua, red) warga desa setempat juga bercerita. "Ada kemungkinan Batu Asahan ini juga dipakai untuk menajamkan senjata pusaka dari kerajaan terdekat seperti Kasepuhan Cirebon, Talaga Manggung dan Pajajaran", selorohnya. Sungguh mengejutkan apa yang dituturkan mereka.

Benar atau tidaknya cerita tadi masih perlu penelitian ahli sejarah dengan bukti-bukti yang otentik. Meski demikian, ada makna yang layak kita renungkan. Ternyata gunung Ciremai memiliki banyak rahasia yang belum terungkap. Kehidupan sosial budaya masyarakat setempat pada masa lalu, kini dan nanti merupakan kekayaan yang tiada tara. Semua itu harus kita jaga dengan baik dan benar [teks & foto © Gandi - BTNGC | 102018].

Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 1

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini