Mengenal Lebih Dekat Biawak Tak Bertelinga (Lanthanotus Borneensis)

Kamis, 09 November 2017

Biawak tak bertelinga adalah salah satu hewan endemik Kalimantan, termasuk dalam ordo ''Squamata'' dan termasuk suku Varanoidea. Hewan ini memiliki nama ilmiah Lanthanotus borneensis atau dalam Bahasa Inggris dinamakan earless monitor lizard. Hewan ini pertama kali di temukan di bawah sampah daun dekat dengan sungai berbatu di daerah Landak, Kalimantan pada tanggal 30 Mei 2008. Biawak tak bertelinga juga disebut dengan biawak Borneo.

Habitat, persebaran dan perilaku Biawak tak bertelinga dapat ditemukan di daerah dekat dengan sungai, Biawak tak bertelinga adalah hewan yang aktif pada malam hari atau disebut dengan nocturnal. Hewan ini termasuk dalam hewan semi-akuatik atau kadang-kadang hidup di air dan kadang-kadang juga di darat. Hewan reptil ini sangat jarang muncul sehingga perilaku atau kebiasannya kurang bisa diamati.

Satwa ini juga tidak (belum) masuk dalam daftar IUCN Redlist pada 2012, alih fungsi hutan yang menjadi habitatnya yang terus berlangsung hingga kini, mengancam populasinya.  Ciri umum biawak tak bertelinga adalah tidak ada lipatan gular, hidung tumpul dan telinga eksternal. Selain ciri tersebut, biawak tak bertelinga juga memiliki kelopak mata transparan yang lebih rendah daripada hewan lain yang masih sebangsa dengannya.

Kulit pada seluruh tubuh biawak tak bertelinga dipenuhi dengan gerigi-gerigi seperti pada buaya. Gerigi ini tersusun secara teratur berbentuk garis mulai dari bagian kepala sampai pada ekor. Warna kulit hewan ini adalah coklat tua pada bagian atas dan berwarna coklat agak muda pada bagian perutnya.

Biawak tak bertelinga memiliki ekor yang cukup panjang. Ekor hewan ini juga terdapat gerigi seperti buaya. Hewan yang mirip biawak ini memiliki empat kaki yang terletak di depan dan belakang. Setiap kaki hewan ini terdapat lima jari kaki. Biawak tak bertelinga juga disebut dengan fosil hidup karena hewan ini ada sejak hewan lain yang sudah punah ada. Biawak tak bertelinga memiliki ukuran panjang antara 42 hingga 55 cm. Badan dan ekor biawak tanpa telinga berbentuk silinder. kaki hewan tersebut termasuk memiliki ukuran yang pendek dilengkapi dengan kuku yang tajam. Berdasarkan ukuran tersebut, biawak tanpa telinga ini termasuk hewan berukuran sedang di kelasnya. Biawak tak bertelinga yang sudah dewasa, panjang 420 hingga 550 mm.

Para peneliti tidak jarang menjulukinya living fossil lantaran hewan ini tetap ada diwaktu hewan-hewan lain  telah  punah. Berbagai info yg dipublikasikan mengenai Lanthanotus borneensis cuma berdasarkan laporan observasi spesimen tunggal yg disimpan di penangkaran & sedikit saja yg didapat berkaitan perilakunya di habitat aslinya.

Para ahli memperkirakan bahwa rentang komune biawak tanpa telinga ini bisa jadi cuma ada di Serawak (Malaysia) & Kalimantan Barat. Walau demikian, kurangnya penelitian & wawasan berkaitan satwa misterius ini, termasuk juga pola penyebaran, & jumlah populasinya, menyebabkannnya sulitnya  menentukan penyebarannya. Penemuan-penemuan satwa ini di masa datang mungkin saja tdk terdokumentasikan.

Status satwa jenis reptil tersebut, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, termasuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi dengan nama Lanthanotus borneensis.

Dengan mulai maraknya peredaran satwa tersebut, upaya-upaya penyadartahuan sangat diperlukan melalui sosialisasi/penyuluhan. Harapannya, jika memang bisa dikembangbiakkan seperti satwa liar yang dilindungi lainnya, tidak akan terjadi lagi kondisi penyelundupan illegal.

Sumber: BKSDA Kalimantan Barat

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 1

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini