Senin, 07 Juli 2025 BBKSDA Jawa Timur
Gresik, 4 Juli 2025. Suara gaduh dan teriakan panik membelah kesunyian siang di Desa Sumput, Kecamatan Driyorejo. Seekor Monyet Ekor Panjang jantan yang selama ini dipelihara sejak kecil oleh warga setempat, tiba-tiba menunjukkan perilaku agresif dan menyerang pemiliknya serta tiga warga lain. Saat naluri liarnya muncul, jinak pun berubah menjadi ancaman.
Untungnya, masyarakat tak buta arah. Mereka segera menghubungi Balai Besar KSDA Jawa Timur. Bukan kebetulan, melainkan buah dari edukasi yang mulai berakar. Beberapa bulan sebelumnya, tim Matawali Resort Konservasi Wilayah (RKW) 09 Mojokerto melakukan evakuasi satwa serupa di wilayah tak jauh dari lokasi tersebut. Momen itu, tanpa diduga, menjadi bahan pelajaran yang membekam dalam ingatan warga.
Berbekal komunikasi intensif dan koordinasi cepat, Tim Matawali dari Seksi KSDA Wilayah III Surabaya segera meluncur ke lokasi. Proses evakuasi dilaksanakan dengan pendekatan hati-hati dan profesional, mengingat kondisi satwa yang sedang memasuki masa birahi, sebuah fase kritis yang kerap memicu perubahan perilaku drastis pada primata.
Satwa berhasil diamankan dan langsung dibawa ke Wildlife Rescue Unit (WRU) BBKSDA Jatim di Sidoarjo untuk menjalani masa observasi dan rehabilitasi. Berdasarkan identifikasi, satwa tersebut adalah Macaca fascicularis berjenis kelamin jantan, termasuk dalam Appendix II CITES dan belum masuk daftar satwa dilindungi di Indonesia, namun tetap memerlukan pengawasan ketat dalam peredarannya.
Lebih dari sekadar evakuasi, peristiwa ini menjadi cermin bahwa upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mulai menunjukkan hasil nyata. Kesadaran warga untuk tidak memelihara satwa liar, khususnya jenis primata, bukan hanya menyelamatkan ekosistem, tapi juga mencegah risiko zoonosis dan interaksi negative manusia-satwa yang mengintai.
"Kami terus mendorong masyarakat untuk tidak menjadikan satwa liar sebagai peliharaan. Satwa liar bukan hewan domestik. Saat insting alaminya muncul, mereka bisa menjadi ancaman bagi manusia dan dirinya sendiri," terang Kepala BBKSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan, saat dikonfirmasi secara terpisah.
Tindakan penyerahan secara sukarela seperti ini sangat diapresiasi. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kesadaran itu dapat menyebar lebih luas, menciptakan masyarakat yang hidup berdampingan secara harmonis dengan alam, tanpa harus mengurung liar dalam kandang. Ketika liar tak lagi dikekang, barulah mereka kembali menjadi bagian utuh dari hutan. Dan ketika masyarakat turut menjaga, konservasi tak lagi hanya tugas negara, tapi juga warisan bersama. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 2 Gresik - Balai Besar KSDA Jawa Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0