Kader Konservasi “Manjago Harangan”

Senin, 14 September 2020

Belajar pengenalan potensi SDA hayati

 

Batangtoru, 14 September 2020 - Ekosistem Batang Toru seluas ± 150.000 Hetar terletak di 3 (tiga) kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Lansekap Batang Toru terdiri dari beberapa fungsi hutan mulai dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi hingga areal peruntukan lain (APL).

Keberadaan kawasan ekosistem Batang Toru berperan penting pada kelangsungan hidup masyarakat di sekitarnya yaitu sebagai sumber air utama serta perlindungan dari banjir dan erosi. Masyarakat di sekitar ekosistem Batang Toru sebenarnya selama ini telah melakukan aktifitas pelestarian hutan yang mereka sebut dengan ‘Manjago Harangan”, namun belum ada pihak yang memberi perhatian khusus dengan menjadikan mereka sebagai Kader Koservasi Alam.

Untuk itulah, pada tanggal 9-11 September 2020, bertempat di Desa Marancar Godang Kecamatan Marancar Kabupaten Tapanuli Selatan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan  melaksanakan pendidikan/pelatihan serta pembentukan kader konservasi alam (KKA), diikuti 106 orang peserta yang berasal dari 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Sipirok, Kecamatan Marancar dan Kecamatan Batang Toru.

Dengan mengusung tema “Manjago Harangan” atau Menjaga Hutan, nantinya usai pelatihan dan pembentukan KKA diharapkan masyarakat dapat berperan dalam upaya-upaya konservasi di ekosistem Batang Toru.

Adapun pelaksanaan pelatihan ini telah berkoordinasi dengan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Tapanuli Selatan dimana lokasi acara berada di Zona Hijau, dan dalam pelaksanaan pelatihan tetap menerapkan protokol kesehatan. Untuk itu panitia pelatihan memberikan perlengkapan peserta berupa masker, face shield, hand sanitizer dari bahan alkohol dan serai wangi, mengatur jarak kursi peserta, menyediakan air dan sabun untuk cuci tangan.

Bupati Tapanuli Selatan H. Syahrul Martua Pasaribu, SH yang hadir pada pembukaan Pelatihan dan Pembentukan KKA menyampaikan, bahwa “Manjago Harangan” merupakan kearifan lokal di wilayah Tapanuli Selatan yang telah diwariskan dari para leluhur terutama bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup seperti tidak menebang kayu di hutan agar tata kelola air dapat berlangsung dengan baik untuk mengairi lahan persawahan dan perladangan masyarakat.

Sementara itu Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Dr. Ir. Hotmauli Sianturi, M.Sc.For., dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pemerintah tidak dapat menjalankan sendiri tugas dan fungsinya dalam upaya konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. Masyarakat terutama yang berada di sekitar kawasan konservasi ataupun pada wilayah yang kaya potensi keanekaragaman hayatinya perlu diikutsertakan/dilibatkan, sehingga hutan lestari dapat dipertahankan dan  memberi manfaat bagi lingkungannya.

Pelatihan dan Pembentukan KKA “Manjago Harangan” dilaksanakan dengan metoda pembelajaran teori dan praktik yang disampaikan oleh  narasumber dari Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Universitas Sumatera Utara (USU) dan Wildlife Conservation Society (WCS). Materi yang diberikan berupa Dasar-dasar Konservasi, Dasar-dasar Kepemimpinan, Dasar-dasar Ekologi, Flora dan Fauna, Bina Cinta Alam, Wisata Alam, Konservasi Orangutan, Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar, Mitigasi Konflik Satwa dan Manusia dan lain sebagainya.

Penutupan kegiatan Pelatihan dan Pembentukan KKA ‘Manjago Harangan” dilaksanakan oleh Kepala Bidang Teknis KSDA BBKSASU Ir. Irzal Azhar, M.Si didampingi oleh Kepala Bidang KSDA Wilayah III Gunawan Alza, S,Hut dengan memberikan sertifikat dan kartu anggota KKA bagi peserta pelatihan.

 

Sumber: Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Dede S. Tanjung, SP. PEH Pertama

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini