Potensi Wisata Avitourism di TN Gunung Merbabu

Kamis, 04 April 2019

Potensi satwa burung di TNGMb

Keanerakagaman burung di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) termasuk kategori tinggi dengan persebaran individu merata dari perbatasan hutan sampai ke puncak Gunung Merbabu, terdiri atas 81 jenis yang tergolong dalam 27 famili yang ditemukan. Jenis burung dilindungi dan endemik antara lain Elang jawa, Elang hitam, Alap-alap sapi, Kipasan ekor merah, Cekakak jawa, Kerak kerbau, dan Opior jawa (Aditya, 2018). Kegiatan monitoring potensi dalam sistem Grid oleh Balai TNGMb selaku pengelola taman nasional selama tahun 2018 dijumpai sebanyak 58 jenis burung yang tersebar sebagian besar di lereng selatan Gunung Merbabu. Kegiatan ini menghasilkan tambahan jenis langka yaitu Celepuk jawa, Bondol hijau dada-merah, dan Anis kuning.

 

Gambar 1. Kegiatan monitoring Raptor

 

Kelompok elang dan alap-alap (Raptor) di TNGMb berperan sebagai top predator dalam rantai makanan yang memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem hutan. Burung berperan penting dalam membantu regenerasi hutan secara alami seperti penyebar biji, penyerbuk bunga, dan pengontrol serangga hama (Oktiana & Antono, 2015). Raptor mempunyai jenis mangsa (sumber pakan) yang beragam mulai dari mamalia, reptil dan burung. Jenis pakan tersebut, antara lain: Tikus, Tupai, Kadal, Ayam hutan, Tekukur biasa, Dederuk jawa dan Gemak loreng (Balai TNGMb, 2015).

 

Syarat kegiatan Avitourism

Avitourism adalah bentuk konservasi burung yang dikemas dalam paket wisata pengamatan _watching burung _bird (disebut birdwatching) di habitat aslinya atau on the spot. Avitourism selain berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya kehadiran burung di alam juga bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi sekitar kawasan konservasi tersebut. Referensi yang mendukung seperti negara Amerika Serikat, Avitourism menciptakan 1 milyar pekerjaan di tahun 2001. Selama satu tahun, seorang birdwatcher (pengamat burung) dapat menghabiskan $ 32 juta untuk melihat burung meliputi makanan, penginapan, transportasi, bahan bakar, alat-alat outdoor, buku panduan lapang, tour guide dan peralatan fotografi (Caciki & Harman, 2007)

Ada 3 kriteria burung yang dapat dijadikan sebagai objek daya tarik avitourism. Pertama adalah burung endemik yaitu burung yang persebaranya terbatas dalam suatu tempat sehingga kecenderungan wisatawan asing dan luar daerah tertarik untuk melihat burung tersebut. Kedua adalah burung migran (melakukan migrasi antar benua/negara) merupakan ‘satwa milik bersama’ dari wilayah yang dilalui burung selama hidupnya yang merupakan lintas negara. Ketiga adalah burung berstatus konservasi tinggi yaitu yang dilindungi oleh otoritas terkait (Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999, Peraturan Menteri LHK No. 92 Tahun 2018, RedList IUCN dan Appendix CITES). Namun dari segi daya tarik, burung langka terkadang menarik bagi turis untuk mencari tahu, karena jarang ditemukan.

 

Daya tarik wisata Avitourism di TNGMb

Raptor termasuk jenis burung yang karismatik dengan morfologi yang menarik. Kelompok elang biasanya digunakan sebagai simbol kekuatan, keberanian dan kebebasan serta sering muncul dalam bendera, dunia militer dan logo instansi sehingga menjadikan kesan bagus untuk dunia Avitoursm. Elang jawa memiliki status konservasi yang tinggi yaitu Endangered IUCN RedList, jenis endemik di pulau Jawa, dan termasuk burung yang dilindungi Pemerintah RI, serta dapat menjadi maskot hutan Gunung Merbabu. Elang Jawa merupakan burung langka dan menarik sebagai objek daya tarik Avitourism karena memiliki status konservasi yang tinggi tersebut dan sebagai lambang negara Indonesia (Keppres No. 4 Tahun 1993 dalam Prawiradilaga, 2006).

Perilaku jenis Elang dan Alap-alap sangat menarik dan mempunyai beberapa manuver dalam terbang, seperti soaring, gliding, coursing dan hovering. Terbang bertahan (melayang) saat angin berhembus kencang dan posisi sayap terbentang tanpa kepakan (disebut hovering) sering dilakukan oleh Alap-alap sapi. Selain itu, terdapat 7 jenis burung migran yang sudah tercatat di TNGMb yaitu Sikep-madu Asia, Elang-alap Cina, Elang-alap Nipon, Kangkok ranting, Sikatan mugimaki, Kicuit batu dan Anis Siberia. Perjumpaan yang menarik perhatian pemerhati burung regional Jawa adalah Bondol hijau dada-merah dan Celepuk jawa, kedua jenis ini menjadikan tambahan jenis baru juga di wilayah pulau Jawa yang sebelumnya minim data atau informasi perjumpaan.

 

Pengembangan Avitourism di TNGMb

Wisata pengamatan burung memiliki tantangan dan nilai konservasi cukup tinggi bagi kawasan TNGMb maupun masyarakat sekitara hutan. Potensi kegiatan Avitourism sangat potensial dikembangkan di TNGMb yang didukung oleh potensi satwa burung yang tinggi dan sebagian besar memenuhi 3 kriteria yang disyaratkan di Avitourism tersebut. Beberapa ide lapangan dalam pengembangan Avitourism di TNGMb antara lain :

Paket pengamatan sarang Raptor seperti Elang hitam dan Elang jawa, wisatawan dapat mengamati perkembangan dan perilaku burung di sarangnya secara langsung. Paket penjelajahan burung malam (nokturnal) seperti Celepuk jawa dan Serak jawa. Paket pengamatan burung khas penghuni habitat basah (dekat sumber air) seperti Kicuit batu, Sepah gunung, Sikatan ninon, dan lainnya. Paket pengamatan burung khas penghuni perbatasan hutan dan kebun seperti Kerak kerbau, Elang hitam, Sikep madu asia, Kapasan kemiri, Ayam hutan hijau dan Kepudang kuduk hitam. Paket pengamatan burung khas spot jalur pendakian seperti Anis gunung, Anis sisik dan Ciung batu kecil sunda.

 

Dokumentasi jenis-jenis Burung di TNGMb yang dapat mendukung wisata Avitourism

 

Gambar 2. Raptor Elang hitam dan Sikep-madu asia di lereng selatan Gunung Merbabu

 

 

Gambar 3. Temuan baru di lereng timur Gunung Merbabu (Celepuk jawa dan Bondol dada merah)

 

 

Gambar 4. Anis kuning dan Ciung batu kecil sunda di lereng selatan Gunung Merbabu

 

 

Gambar 5. Kepudang kuduk hitam dan Kapasan Kemiri di perbatasa hutan Gunung Merbabu

 

 

Gambar 6. Ayam hutan hijau (betina) dan Kicuit batu di sumber air Tuk Pakis Gunung Merbabu

 

Sumber: Jarot Wahyudi, S.Hut (Pengendali Ekosistem Hutan TNGMb) - Balai TN Gunung Merbabu

Referensi:

Aditya, 2018. Keanekaragaman Burung di Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah. Laporan penelitian KMM UNS. Surakarta.

Balai TNGMb, 2015. Monitoring Elang Jawa di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Laporan kegiatan Balai TNGMb. Boyolali.

Caciki, A.C. and S.Harman. 2007. Importance of Destination Attributes Affecting Destination Choice of Turkish Birdwatchers. Journal of Commerce & Tourism Education Faculty, 1(1):113-145.

Oktiana, D., dan W. Antono. 2015. Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(5): 1045-1049.

Prawiradilaga, D. M. 2006. Ecology and conservation of endangered Javan Hawk-eagle Spizaetus bartelsi. Ornithological Science, 5(2), 177-186.

Wahyudi, Jarot. 2018. Menilik biodiversitas Burung di wilayah Resort Selo Taman Nasional Gunung Merbabu. Berita website KSDAE-KLHK. http://ksdae.menlhk.go.id/berita/4878/menilik-biodiversitas-burung-di-wilayah-resort-selo.html

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini