Rabu, 18 Juli 2018
Kuningan, 18 Juli 2018. Seminggu yang lalu ketika melakukan survei ke blok Kirisik, wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), dengan tujuan pemantauan satwa primata endemik Jawa Barat yaitu Surili (Presbytis comata), tiba-tiba di perjalanan tepatnya di blok Leumah Neundeut melihat satwa memanjat pohon Akasia (Acasia decurens) bolak-balik. Setelah sejenak diperhatikan di atas pohon tersebut ada gundukan ranting rupanya sedang membuat sarang.
Satwa tersebut sekilas mirip luwak, tapi warna rambutnya belum cukup kenal karena posisinya jauh di atas pohon yang tinggi besar. Untuk memastikan jenis yang sesungguhnya akhirnya diputuskan untuk mengambil gambarnya. Kebetulan membawa kamera DSLR beserta lensa telenya. Momen langka tersebut berhasil diabadikan dalam beberapa gambar foto, meski sulit dilakukan karena berada di atas pohon yang cukup tinggi.
Setelah diidentifikasi ternyata seekor bajing raksasa atau lebih dikenal dengan sebutan “Jelarang”. Jelarang dengan nama latin Ratufa bicolor atau dalam bahasa Inggris “Black Giant Squirrel” dari suku Viverridae termasuk anggota bajing pohon (“tree squirrel”) yang mempunyai ukuran besar. Panjang tubuhnya antara 35- 60 cm.
Sobat Ciremai, secara umum keberadaan jelarang saat ini sangat menghawatirkan sepeti yang dilansir surat kabar Jawa Barat “Pikiran Rakyat” edisi Selasa, 17 Juli 2018. Bahwa diduga populasi jelarang (Ratufa bicolor) telah mengalami penurunan yang signifikan. Selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan populasi sekitar 30%. Bahkan dalam IUCN Redlist , jelarang dikategorikan dalam status “Hampir Terancam” (NT) karena laju penurunan populasi yang terus terjadi dan perdagangannya pun diatur oleh CITES *dan masuk dalam daftar dalam Apendiks II.
Keberadaan jelarang di Taman Nasional Gunung Ciremai sendiri sudah tidak mudah untuk dijumpai hanya di beberapa tempat saja. Ini bisa jadi karena gangguan langsung terhadap populasi, seperti perburuan, maupun gangguan terhadap habitatnya. Perlu kita teliti lebih lanjut. Ayo kita selalu berpartisipasi dalam konservasi alam melalui bentuk sekecil apapun. Karena disadari atau tidak, partisipasi tersebut akan selalu membantu menjaga keseimbangan alam, dan akan berdampak terhadap kehidupan di muka bumi yang lebih luas. [teks & foto © Iwan Sunandi - BTNGC | 072018]
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 4.5