Serunya Kunjungan Edukasi Sebagai Upaya Bina Cinta Alam TN. Gunung Leuser

Senin, 28 Agustus 2017

Aceh Selatan, 28 Agustus 2017. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) mendapat kunjungan edukasi (School Visit) dari pelajar SD Negeri Seunebuk Keuranji, Kota Bahagia, Aceh Selatan ke Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Kluet Utara, Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN) Wilayah I Tapaktuan. Kunjungan tersebut di fasilitasi oleh BCCP-GLE KfW yang merupakan kerjasama antara pemerintah Jerman dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam melaksanakan Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Iklim di Ekosistem Gunung Leuser.

Para pelajar diperkenalkan jenis-jenis penyu yang ada di Indonesia dan bagaimana cara membedakannya. Selain itu mereka juga ikut langsung mempraktekkan cara mengidentifikasi jenis penyu yang dimiliki Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang. Aktivitas menarik lainnya adalah pelepasan beberapa anak penyu (tukik) secara bersama-sama ke pantai Rantau Sialang.

Keceriaan nampak terpancar dari raut wajah para pelajar. Ini merupakan pengalaman pertama mereka melihat dan melepas penyu secara langsung. Anisa, mengaku senang dengan adanya kegiatan kunjungan edukasi ini. “Kegiatannya seru dan bermanfaat, dapat menambah pengetahuan baru seputar penyu”, ujarnya berbinar-binar.

Sedangkan Jibril, guru pendamping yang hadir pada acara tersebut berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan ke sekolah-sekolah lainnya yang belum mendapatkan kesempatan yang sama. Pelestarian penyu harus terus digaungkan kepada generasi muda mengingat spesies ini masuk ke dalam daftar merah IUCN (Red List International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), artinya keberadaannya di alam sudah semakin terancam punah.      

“Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang merupakan tempat pelestarian populasi penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea),” jelas Soloon Syahruddin Tanjung, S.Hut, Kepala Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang. Ketiga jenis penyu tersebut secara rutin mendarat di sepanjang pantai Singgahmata Rantau Sialang kala musim bertelur tiba. “Selain sebagai lokasi pembinaan populasi penyu, tempat ini difungsikan juga sebagai arena edukasi dan kunjungan wisata berbasis penyu”, imbuhnya kemudian.

Kepala SPTN Wilayah II Kluet Utara, Teuku Irmansyah, S.Hut juga menuturkan, “Kunjungan edukasi seperti ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan kepedulian generasi muda terhadap konservasi alam,”. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk Bina Cinta Alam ala TNGL yang selama ini secara berkala dilakukan petugas di lapangan.

Ditemui di kantornya, Kepala BPTN Wilayah I Tapaktuan, Buana Darmansyah, S.Hut.T menambahkan, selain kunjungan edukasi berupa School Visit kami pun mengadakan kunjungan ke sekolah yang dilakukan petugas TNGL (Visit to School). Kali ini kegiatan digelar di SMP Negeri 1 Kluet Selatan. Kegiatan tersebut juga masih dalam rangka Bina Cinta Alam yang dilakukan petugas TNGL pada pendidikan formal.

“Kunjungan sekolah dilakukan pada semua jenjang pendidikan formal mulai dari SD hingga SMA Sederajat dengan harapan generasi muda memiliki semangat menjaga hutan sebagai benteng terakhir habitat satwa liar dan sebagai penjaga keseimbangan ekosistem”, jelasnya.

Saat kegiatan kunjungan ke sekolah berlangsung, Raihana salah satu siswi SMP Negeri 1 Kluet Selatan bertanya, “ Apa manfaat hutan bagi kami?”. Pertanyaan ini dijawab PEH TNGL Arif Saifudin, S.Si yang menjelaskan bahwa hutan merupakan paru-paru dunia yang dapat memberikan manfaat bagi keberlangsungan makhluk hidup di bumi. Seperti contoh, tumbuhan di hutan menghasilkan Oksigen yang digunakan manusia dan hewan untuk bernafas. Selain itu, hutan juga dapat mencegah longsor dan banjir. Jika hutan musnah, maka bencana alam akan datang.

Ibu Amna, S.Pd selaku guru di SMP Negeri 1 Kluet Selatan menyarankan agar kegiatan serupa dapat terus dilakukan secara berkala dan berkelanjutan ke generasi muda sebagai agen perubahan di masa mendatang. Sehingga terbangun paradigma konservasi alam sejak dini bagi generasi muda Aceh.    

Mari Jaga Hutan dan Satwa Liar untuk Generasi Selanjutnya !

Sumber : Arif Saifudin, S.Si - PEH Balai Besar TN Gunung Leuser 
Foto : Ulul Azmi

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini