Anak Sang Pemangsa (Elang brontok / Nisaetus cirrhatus)

Rabu, 23 Agustus 2017

Cibodas – 23 Agustus 2017, Elang brontok bisa ditemukan di semua wilayah resort Bidang PTN Wilayah III Bogor TNGGP. Salah satunya yang terpantau sarang dan perkembangbiakannya adalah di Resort Tapos. Pertama kali temuan sepasang elang brontok di sarangnya pada tahun 2015. Sampai pada akhirnya pada tahun 2016 pasangan elang tersebut beranak, namun perkembangan anaknya sampai dewasa tidak terpantau. Tahun 2017 pasangan elang tersebut masih terpantau, namun di lokasi sarang yang berbeda, karena pohon sarang yang pertama telah tumbang. Pada awal Juli 2017 kembali terpantau pasangan tersebut sudah beranak, dan perjumpaan terbaru “sang anak” sudah belajar terbang.

Elang brontok (Nisaetus cirrhatus) salah satu burung pemangsa (raptor) yang bisa ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Persebarannya cukup luas, meliputi Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, India, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Elang brontok berkerabat dekat dengan elang jawa (Nisaetus bartelsi) yang menjadi menjadi salah satu jenis bendera di TNGGP.

Status elang brontok menurut IUCN adalah Least Concern (Berisiko Rendah) yaitu kategori untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun. Dengan status tersebut, bukan berarti keberadaannya aman. Dengan potensi ancaman perburuan liar serta kerusakan habitat, maka bisa saja statusnya menjadi rentan atau bahkan terancam punah. CITES memasukan jenis ini ke dalam Apendiks II (daftar spesies yang tidak terancam kepunahan), tapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Dalam lingkup nasional, elang brontok termasuk satwa yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan.

Walaupun elang brontok tidak termasuk salah satu dari 25 satwa prioritas yang terancam punah, kita selayaknya tetap menaruh perhatian dan menjaga keberadaannya. Karena keberadaan top predator di alam merupakan sebagai pengatur rantai makanan sehingga pada akhirnya keseimbangan ekosistem dapat terjaga.

Sumber: Iyan Sopian – Pengendali Ekosistem Hutan Balai Besar TNGGP

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini