Saya Bangga (Pernah) Jadi Guru

Senin, 25 November 2024 BBKSDA Sumatera Utara

Interaksi dengan peserta didik memberi kesan menyenangkan dalam membangun komunikasi dan kolaborasi memahami dan menjabarkan materi pembelajaran

Medan, 25 November 2024. Hari Guru Nasional tahun ini kembali diperingati. Pemerintah melalui Keputusan Presiden RI Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Hari guru dirayakan sebagai apresiasi terhadap peran guru atau pendidik dalam membentuk generasi penerus. Sosok guru dipandang tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik, membimbing dan menginspirasi generasi muda.

Peringatan tahun ini menjadi spesial bagi saya, karena membuka kembali lembaran kenangan lama saat menjadi guru pada program Pendidikan dan Penyuluhan KSDA yang merupakan Kerjasama Balai Besar KSDA Sumatera Utara dengan SMP Negeri 2 Sibolangit, pada tahun ajaran (TA) 2017/2018 sampai dengan 2019/2020 yang lalu. Program ini merujuk kepada amanat dari pasal 37 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang mengatur bahwa peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

Dalam mengembangkan peranserta rakyat tersebut Pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan. Selanjutnya, dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi di kalangan rakyat, maka perlu ditanamkan pengertian dan motivasi tentang konservasi sejak dini melalui pendidikan sekolah dan luar sekolah.

Amanat undang-undang inilah yang kemudian menginspirasi saya untuk  menggagas dan melahirkan ide Program Pendidikan dan Penyuluhan KSDA dengan pilot projeknya SMP Negeri 2 Sibolangit. Kenapa SMP Negeri 2 Sibolangit ? Ada beberapa pertimbangan saat itu, yaitu : sekolah ini berada berdampingan langsung dengan kawasan TWA. Sibolangit, dan respon positif datang dari  pihak sekolah melalui kepala sekolah, yang menyatakan kesediaan dan kesiapan untuk merealisasikan program tersebut.

Untuk mewujudkan gagasan ide ini, saya merangkul 2 (dua) tenaga muda energik, tenaga fungsional tertentu pada Balai Besar KSDA Sumatera Utara, yang mempunyai mimpi dan komitmen yang sama, ingin mewujudkan program Pendidikan dan Penyuluhan KSDA. Keduanya adalah  Samuel Siahaan, SP. (Pejabat Fungsional PEH sekaligus Kepala Resort CA./TWA. Sibolangit saat itu) dan Eva Suryani Sembiring, S.Hut (Pejabat Fungsional Penyuluh Kehutanan).


Harmonisasi aransemen musik dan lagu serta koreografi peserta didik berisi edukasi ajakan untuk belajar konservasi alam .

Singkat cerita program pun dijalankan dan jadilah kami sebagai guru, yang bukan hanya mengajar tentang konservasi alam dan lingkungan hidup, tetapi juga menyiapkan 7 topik materi pembelajaran yang dituangkan dalam kurikulum, silabus  dan modul pembelajaran. Tidak cukup sampai disitu, model-model pembelajaran ikut juga diracik dan dibuat semenarik mungkin. Berbeda dengan model pembelajaran yang ada di sekolah, kegiatan belajar selama 3 (tiga) tahun full dilaksanakan di lingkungan Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. Semua dirakit dan diracik secara otodidak, artinya ketiga kreator awalnya tidak punya modal pengetahuan dan hanya bermodalkan semangat juang dan keinginan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi edukasi konservasi alam.

Mulanya yang ada dipikiran, program ini akan berjalan dengan mulus, namun ternyata untuk menjadi guru tidak semudah yang dibayangkan dan tidak cukup hanya bermodalkan semangat. Diperlukan  kreatifitas dan inovasi  agar peserta didik yang berjumlah 30 orang tersebut benar-benar mendapatkan manfaat ilmu pengetahuan, pengalaman serta motivasi diri guna mengembangkan pengetahuannya ke depan. 

Untuk menarik minat belajar dari peserta didik agar lebih menyenangkan, interaktif dan jauh dari membosankan, dikemas paket “Harmonisasi Seni dan Edukasi Konservasi Alam”, yaitu : program yang diharapkan dapat membangun pemahaman dan kesadaran peserta didik tentang arti penting konservasi alam melalui pengembangan kegiatan/aktivitas di bidang seni. Awalnya saya membuatkan 2 lirik lagu “Mari Belajar Konservasi Alam” dan “Konservasi Alam Konservasi Kita”. Tak terbayangkan bahwa kemudian lirik lagu tersebut dikemas secara apik (aransemen) dengan alat musik sederhana (gitar dan botol plastik minuman mineral sebagai gendang) dikombinasikan dengan koreografi (gerakan gestur tubuh) oleh seluruh peserta didik, menjadi sajian yang mengedukasi dan menghibur. 

Klimaks serta akhir dari proses pembelajaran ketika peserta didik menampilkan teatrikal musikal dengan topik “Selamatkan Harimau Sumatera Dari Jerat” secara apik dan sempurna sehingga memukau pengunjung di 9th Indonesia Climate Change Forum & Expo 2019

Tidak cukup sampai disitu, peserta didik pun mendalami serta mengaktualisasikan pengetahuannya tentang konservasi alam melalui teatrikal musikal, dan sudah tampil di even tingkat nasional 9th Indonesia Climate Change Forum & Expo 2019, dirangkai dengan kegiatan Pekan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara di Hotel Santika Dyandra Medan, 5-7 September 2019. Even ini diselenggarakan oleh Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Teatrikal musikal mengusung pesan-pesan konservasi alam dengan topik “Selamatkan Harimau Sumatera Dari Jerat”. Seluruh peserta menampilkan kemampuan terbaiknya masing-masing secara totalitas, dengan baik dan sempurna  di even tersebut.

Banyak lagi sebenarnya catatan yang bisa digoreskan di lembaran tulisan ini, namun biarlah itu menjadi catatan tersendiri bagi saya. Satu hal yang saya rasakan dan  ingin saya sampaikan bahwa guru itu sejatinya sebuah tugas yang mulia. Guru tidak sekedar membagi ilmu pengetahuan tetapi juga bertanggung jawab dalam membangun karakter (caracter building) yang menginspirasi anak didik untuk memiliki jati diri yang kuat, tangguh dan peduli dengan lingkungan sekitar.   Saya bangga bisa menjalankan peran sebagai guru terhadap 30 orang siswa selama 3 tahun pembelajaran. Saya merasakan aura kebahagiaan saat berada di tengah-tengah peserta didik. Kenikmatan hidup yang tidak bisa diuraikan dengan kata-kata, tetapi dirasakan dan menyentuh ke relung hati yang paling mendalam. 

Ketika melihat peserta didik merasakan sukacita dan bahagia menikmati pelajaran, ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri.  Sayangnya, seiring usia dan  di penghujung pengabdian, kenikmatan sebagai guru tak akan pernah lagi dirasakan. Saatnya memang tongkat estafet diwariskan kepada generasi penerus. Dengarlah hai Rimbawan Muda, alam merindukan dan memanggilmu untuk menaburkan benih-benih konservasi alam kepada generasi muda…..  Selamat Hari Guru Nasional 2024 “Guru Hebat Indonesia Kuat”

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini