Selasa, 26 September 2023 BKSDA Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah, 26 September 2023. Minggu (24/09/2023) menjelang tengah malam, Tim Jelajah Sapat Hawung tiba di Palangkaraya dengan membawa kabar menggembirakan. Tim berhasil menemukan 16 spesies yang berpotensi sebagai spesies baru, indikasi keberadaan badak dan puluhan spesies flora dan fauna dari beragam spesies.
Dua pekan sebelumnya, tepatnya pada Sabtu (09/09/2023), Tim Jelajah Sapat Hawung memulai penjelajahan ke kawasan Cagar Alam (CA) Sapat Hawung. Kawasan ini berada di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, tepatnya di Seksi Konservasi Wilayah III di Muara Teweh. Kawasan ini merupakan salah satu blank spot, di mana data dan informasi keanekaragaman hayatinya masih minim dan perlu dieksplorasi untuk menemukan potensi-potensi baru.
“Untuk seluruh Borneo, Kalimantan Tengah itu potensi temuannya paling besar, khususnya Kalimantan Tengah bagian utara. Itu adalah salah satu blank spot data keanekaragaman hayati di Indonesia. Sapat Hawung adalah area paling terpencil di dunia, belum pernah dijelajahi oleh penjelajah manapun,” jelas Kepala Balai BKSDA Kalimantan Tengah, Sadtata Noor Adirahmanta dalam Focus Group Discussion (FGD) “Spesies Baru, Asa Baru Dunia Konservasi” yang dilaksanakan di Gedung Manggala Wanabakti, Senin (21/08/2023) lalu.
Setelah pemaparan dalam FGD tersebut, penjelajahan ke Sapat Hawung terealisasikan. Tujuan dari penjelajahan ini adalah memutakhirkan data dan informasi keanekaragaman hayati serta fenomena alam lainnya di Sapat Hawung, mengidentifikasi spesies flora dan fauna baru, serta mengenali kearifan lokal masyarakat Dayak dalam mengelola hutan.
Selama kurang lebih 10 hari penjelajahan, tim yang dipimpin langsung oleh Kepala BKSDA Kalimantan Tengah ini berhasil menemukan banyak potensi baru. Dengan melibatkan kurang lebih 40 orang yang dibagi ke dalam beberapa tim, kurang lebih 230 spesies berhasil ditemukan. Tim yang tergabung dalam penjelajahan ini berasal dari KLHK, tim dari ahli, dan tim videografi. Tim ahli terdiri dari ahli botani (Randi Agusti), ahli anggrek (Yuda Rehata Yudistira), ahli herpetofauna, ahli avifauna, ahli tumbuhan bawah dan epifit, dan ahli gajak, badak dan mamalia besar.
Sumber foto: BKSDA Kalteng dan Tim
Peneliti dari tim flora menemukan sebanyak 93 spesies dari 14 famili, 16 diantaranya berpotensi sebagai spesies baru, 40 spesies bisa dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias dan sisanya dalam proses identifikasi untuk mengetahui prospek pemanfaatan tumbuhan sebagai obat (bioprospeksi). Dari tim herpetofauna menemukan 40 spesies yang terdiri dari 23 spesies amfibi (6 famili) dan 17 spesies reptil (9 famili), beberapa di antaranya endemik Kalimantan. Ada kemungkinan catatan tambahan dari daftar spesies herpetofauna bila penjelajahan dilanjutkan. Sedangkan dari tim avifauna terindikasi sebanyak 97 spesies dari 37 famili berbeda, dua spesies di antaranya belum teridentifikasi persis. Ada burung dari famili Nectarinidae yang ditemukan pada ketinggian 800 mdpl, dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Tidak hanya puluhan temuan spesies, dalam penjelajahan ini juga ditemukan indikasi keberadaan badak. Indikasi ini berawal dari pernyataan masyarakat desa di sekitar lokasi. Pernyataan ini diperkuat dengan ditemukan indikasi lain seperti ketersediaan tumbuhan pakan badak, sumber air dan kubangan. Sebagai tindak lanjut dari penemuan indikasi keberadaan badak ini, tim sudah memasang camera trap, dan diupayakan untuk menelusuri keberadaan badak dengan mencari jejak, kotoran, pelintiran maupun urine badak.
Temuan ini menjadi kabar yang menggembirakan dan sudah disampaikan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar. Lewat siaran pers dengan nomor SP. 319/HUMAS/PPIP/HMS.3/09/2023, Menteri LHK menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya terhadap tim dan para peneliti yang terlibat dalam penjelajahan Sapat Hawung ini.
“Minggu pagi di tengah agenda kerja di Jawa Timur, saya menerima laporan langsung dari pelosok wilayah Kalteng dari tim penjelajah, para peneliti biodiversity flora dan fauna dipimpin Kepala Balai KSDA Kalimantan Tengah, Sdr. Sadtata. Terima kasih para peneliti, atas perjuangan keras di tengah rimba,” kata Menteri LHK.
Selain itu, hasil-hasil temuan ini akan diidentifikasi lebih lanjut dan akan dilakukan survey dengan metode okupansi. Temuan dari penjelajahan ini menjadi semangat baru bagi para pegiat konservasi di seluruh Indonesia. Kegiatan penjelajahan ini bisa menjadi cara untuk mengeksplorasi kekayaan flora dan fauna di Indonesia yang melimpah.
Sumber: BKSDA Kalteng
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5