Ketika Gletser Memudar, Masa Depan Air Menjadi Taruhan

Senin, 24 Maret 2025 BBKSDA Jawa Timur

Gedangan, 24 Maret 2025. Di puncak gunung-gunung tinggi dan di belahan bumi yang membeku, gletser menyimpan miliaran meter kubik air dalam bentuk es, menjadi cadangan yang selama berabad-abad memastikan ketersediaan air bagi kehidupan di berbagai penjuru dunia. Namun, hari ini, gletser tidak lagi diam dalam kesejukannya. Mereka mencair lebih cepat dari sebelumnya, mengalir ke lautan, menghilang dari peradaban, meninggalkan jejak kekeringan dan ketidakpastian.

Hari Air Sedunia tahun 2025 mengusung tema Glacier Preservation atau “Pelestarian Gletser” sebagai pengingat bahwa krisis air di masa depan sedang terjadi saat ini. Gletser yang mencair bukan hanya peristiwa yang jauh di Kutub Utara atau Pegunungan Himalaya, tetapi alarm bagi semua manusia di planet ini, termasuk kita di Jawa Timur, tempat air adalah sumber kehidupan bagi jutaan jiwa dan penopang ekosistem yang rapuh.

Air dan Peradaban: Hubungan yang Semakin Rapuh

Sejarah mencatat bahwa peradaban besar lahir dan runtuh karena air. Sungai Nil membesarkan Mesir Kuno, peradaban Lembah Indus berkembang berkat Sungai Indus, dan peradaban Majapahit di Nusantara berjaya dengan sistem irigasi yang mengalirkan air ke sawah dan permukiman. Namun, air juga yang menghancurkan. Kekeringan membuat peradaban Maya runtuh, sementara banjir bandang dan naiknya permukaan air laut mengancam kota-kota pesisir di berbagai belahan dunia saat ini.

Jawa Timur bukan pengecualian. Wilayah ini memiliki keanekaragaman ekosistem air yang luar biasa, dari hutan hujan tropis yang menyimpan sumber air, hingga sungai-sungai besar seperti Bengawan Solo dan Brantas yang telah menopang kehidupan sejak zaman kuno. Namun, perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan eksploitasi air yang berlebihan telah membuat hubungan manusia dengan air semakin rapuh.

Di beberapa daerah, banjir menjadi ancaman tahunan, sementara di daerah lain, kekeringan dan krisis air bersih menjadi momok yang menghantui masyarakat. Sungai-sungai yang dulunya jernih kini banyak yang tercemar oleh limbah domestik dan industri. Sumber mata air di pegunungan mulai surut, tak mampu lagi memasok kebutuhan air bagi jutaan penduduk. Ironisnya, di tengah melimpahnya air saat musim hujan, masyarakat masih kekurangan air saat musim kemarau.

Ketika Gletser Menghilang, Apa yang Tersisa?

Gletser adalah menara air dunia, menyimpan sekitar 70% dari seluruh air tawar di planet ini. Mereka adalah penyedia air bagi sungai-sungai besar yang menghidupi milyaran manusia, termasuk Asia yang bergantung pada aliran sungai dari pegunungan Himalaya. Jika gletser terus mencair dengan kecepatan saat ini, dampaknya bukan hanya kenaikan permukaan air laut, tetapi juga hilangnya sumber air tawar yang menopang pertanian, energi, dan kebutuhan sehari-hari manusia.

Di Jawa Timur, dampaknya bisa dirasakan dalam bentuk perubahan pola cuaca yang semakin ekstrim, ketidakstabilan pasokan air bagi pertanian, dan meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Jika kita tidak bertindak sekarang, masa depan air di wilayah ini akan semakin sulit diprediksi.

Tanggung Jawab Rimbawan: Menjaga Hutan, Menjaga Air

Sebagai Rimbawan, peran kita dalam menjaga keseimbangan siklus hidrologi sangatlah penting. Meskipun kita tidak memiliki gletser, hutan-hutan di pegunungan Jawa Timur berfungsi seperti gletser dalam menyimpan dan mendistribusikan air. Pohon-pohon di hutan meresap air hujan, menyimpannya di dalam tanah, dan melepaskannya perlahan ke sungai dan mata air. Ketika hutan hilang, siklus ini terganggu, menyebabkan air hujan langsung mengalir ke hilir, mengikis tanah, dan berakhir di laut tanpa sempat dimanfaatkan.

Restorasi hutan, rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS), dan perlindungan terhadap sumber mata air menjadi tugas utama kita. Bukan hanya untuk menjaga ekosistem, tetapi untuk memastikan bahwa air tetap tersedia bagi masyarakat di masa depan.

Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi air juga harus ditingkatkan. Konsumsi air yang berlebihan, pencemaran sungai, dan eksploitasi sumber daya air tanpa pertimbangan keberlanjutan harus dihentikan. Kita tidak bisa terus berpikir bahwa air adalah sumber daya yang tak terbatas. Setiap tetes air yang kita gunakan hari ini adalah warisan yang seharusnya kita jaga untuk generasi mendatang.

Dari Pegunungan Es ke Pegunungan Tropis: Sebuah Misi Bersama

Hari ini, dunia berbicara tentang menyelamatkan gletser, tetapi bagi kita di Jawa Timur, misi itu bermakna lebih luas: memastikan bahwa air yang turun dari langit dapat terserap, tersimpan, dan digunakan dengan bijak. Tanggung jawab ini ada di tangan kita, bukan hanya sebagai rimbawan, tetapi sebagai manusia yang bergantung pada air untuk bertahan hidup.

Gletser yang mencair mungkin tak bisa kita hentikan secara instan, tetapi kita masih bisa menyelamatkan sumber daya air kita sendiri. Dengan menjaga hutan, melindungi mata air, dan mengelola ekosistem dengan arif, kita tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menikmati air yang kita miliki hari ini.

Karena air bukan sekadar sumber kehidupan, ia adalah warisan yang harus kita lindungi.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda Balai Besar KSDA Jawa Timur


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.8

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini