Tersesat dalam Pelukan Kawah Ijen: Sekejap Hilang, Seumur Hidup Jadi Pelajaran

Selasa, 25 Februari 2025 BBKSDA Jawa Timur

Paltuding, 25 Februari 2025. Angin pagi yang dingin menyelimuti Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen pada Minggu, 23 Februari 2025. Saat itu sekelompok pendaki berjumlah 44 orang memulai perjalanan mereka. Salah satunya Hoirud Dian, pemuda berusia 23 tahun yang menjadi pusat perhatian setelah dilaporkan hilang di jalur pendakian yang populer di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara itu.

Kejadian bermula ketika Hoirud memutuskan untuk turun lebih dulu dari rombongannya. Sebuah keputusan yang kemudian membawa pada rangkaian pencarian intensif. Rekan-rekannya mengira ia telah pulang ke rumah.

Namun, kecurigaan berubah menjadi kekhawatiran saat keluarga Hoirud mendatangi pos Paltuding pada dini hari berikutnya. Laporan kehilangan resmi baru diterima pada pukul 02.30 WIB, memicu aksi cepat dari petugas RKW 15 Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim) yang dibantu pelaku wisata setempat.

Pencarian yang dimulai sekitar pukul 03.30 WIB berlangsung menegangkan. Kabut tebal, suhu dingin, dan medan yang menantang menjadi tantangan tersendiri. Hingga akhirnya, sekitar pukul 08.00 WIB, Hoirud ditemukan berjalan keluar dari arah hutan, sekitar satu kilometer dari Paltuding.

Lega dan haru bercampur ketika ia dipertemukan kembali dengan keluarganya. Tanpa mengalami luka serius, ia kemudian diantar pulang ke kediaman saudaranya di Pujer, Bondowoso.

Namun, insiden ini menyisakan pertanyaan penting: Bagaimana seseorang bisa tersesat di jalur yang ramai dan telah ditandai dengan jelas? Jawabannya seringkali sederhana namun fatal, abai dan lengah!


Etika dan Keselamatan di Jalur Pendakian

Kawah Ijen bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah ekosistem yang hidup, dengan keindahan yang memikat sekaligus tantangan yang tak boleh diremehkan. Kasus Hoirud menjadi pengingat bahwa pendakian bukan sekadar soal fisik, tapi juga tentang kesadaran dan tanggung jawab.

Berikut beberapa etika dan tips keselamatan yang harus diperhatikan setiap pengunjung:

  • Jangan Pernah Berpisah dari Rombongan

Apapun alasannya, tetaplah bersama kelompok. Jika terpaksa berpisah, pastikan semua anggota mengetahui rencana dan jalur yang akan diambil.

  • Persiapkan Diri Sebelum Mendaki

Kenakan pakaian dan alas kaki yang sesuai, bawa air minum, makanan ringan, dan peralatan darurat seperti senter, peluit, serta peta jalur.

  • Hormati Alam dan Jalur Resmi

Jangan mencoba membuat jalur sendiri atau mengambil jalan pintas. Jalur pendakian telah dirancang untuk keselamatan pengunjung dan perlindungan ekosistem.

  • Laporkan Setiap Perubahan Rencana

Jika ada perubahan rencana mendadak, beri tahu pemandu atau petugas setempat. Jangan pernah menganggap remeh informasi kecil seperti ini.

  • Pantau Kondisi Cuaca dan Diri Sendiri

Cuaca di kawasan pegunungan dapat berubah drastis. Jika merasa tidak fit atau cuaca memburuk, pertimbangkan untuk menunda pendakian.

  • Jaga Kelengkapan Anggota Sebelum Pulang

Pemimpin rombongan harus memastikan semua anggota terdata dengan baik sebelum, selama, dan setelah pendakian.

  • Alam Mengajarkan Kehati-hatian

Petualangan di alam bebas adalah pengalaman yang memperkaya jiwa, tetapi di balik keindahannya tersembunyi risiko yang tak boleh diabaikan. Kasus di Kawah Ijen ini bukan sekadar cerita tentang orang hilang yang berakhir bahagia, tetapi juga pengingat bahwa di alam kehati-hatian bukanlah pilihan, melainkan kewajiban.

“Jangan remehkan sunyi, jangan abaikan langkah kecil, sebab di alam, pulang adalah anugerah terbesar”

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih waspada dan bertanggung jawab dalam menjelajahi keindahan alam Indonesia.


Sumber: Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Muda pada Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.8

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini