Hijaukan Mangrove Tingkatkan Kesejahteraan

Jumat, 26 Juli 2024 BBKSDA Sumatera Utara

Medan 26 Juli 2024. International Day for The Conservation of the Mangrove Ecosystem, yang biasanya diperingati setiap tanggal 26 Juli, kembali dirayakan tahun ini dengan mengusung tema “Hijaukan Mangrove Tingkatkan Kesejahteraan”. Mangrove merupakan ekosistem unik dan kompleks. Ekosistem mangrove juga menjadi penghubung ekosistem daratan termasuk manusianya dengan ekosistem laut, dimana melalui koneksi inilah mangrove menyediakan fungsi dan jasa lingkungan berlimpah baik ditingkat lokal, regional maupun global.

Paling tidak ada 3 (tiga) fungsi jasa lingkungan mangrove, pertama habitat dan nursery function. Mangrove merupakan habitat tempat berlindung/ berkembangbiaknya berbagai jenis fauna dan biota laut. Kedua, coastal protection and erosion control, dimana mangrove menjadi buffer zone dalam menstabilisasi sedimen dan purifikasi air, perlindungan garis pantai, erosi, mitigasi bencana seperti tsunami dan badai. 

Dan ketiga, mangrove sebagai nutrient cycling and carbon sequestration. Mangrove dalam banyak penelitian memiliki kemampuan untuk menyimpan huge stocks of carbon, baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan yang jauh lebih besar dibandingkan kemampuan menyimpan karbon di hutan-hutan terrestrial. (https://ppid.menlhk.go.id)

Yang menjadi ciri khas dari hutan mangrove, diantaranya : didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni tumbuhan yang mempunyai akar mencuat ke permukaan, tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran air tawar dan air asin serta sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Selain pengurai limbah organik, hutan mangrove juga dapat membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut, seperti minyak dan diterjen dan merupakan penghalang alami terhadap angin laut yang kencang pada musim tertentu.

Sumatera  Utara patut berbangga, karena memiliki kawasan konservasi hutan mangrove, yaitu Kawasan Suaka Margasatwa (SM) Karanggading dan Langkat Timur Laut yang terletak di 2 (dua) kabupaten dan 4 (empat) kecamatan, masing-masing Kabupaten Deli Serdang (Kecamatan Labuhan Deli dan Kecamatan Hamparan Perak) dan Kabupaten Langkat (Kecamatan Tanjung Pura dan Kecamatan Secanggang). Kawasan yang berada dibawah pengelolaan Balai Besar KSDA Sumatera Utara merupakan satu-satunya hutan konservasi dengan ekosistem mangrove yang berhadapan langsung dengan luasnya selat malaka dimana hutan mangrovenya menjadi benteng pertahanan Sumatera Utara, dan dari sisi timur kawasan ini merupakan habitat dari berbagai satwa yang terancam punah. 

Selain itu juga, SM. Karanggading dan Langkat Timur Laut menjadi tempat tumbuh bagi jenis-jenis bakau endemik, seperti Rhizophora sp., Api-api, Nyiri, Tengar, Buta-buta, Dengganai, Pidada, Rengas, Nipah dan lain sebagainya. Ratusan bahkan ribuan orang dari 14 desa sekitar kawasan SM. Karanggading dan Langkat Timur Laut saat ini pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani yang kehidupannya sangat tergantung kepada keberadaan kawasan tersebut.

Tidak dipungkiri bahwa kawasan ini mengalami ancaman deforestasi diakibatkan oleh aktivitas seperti konversi lahan hutan menjadi kebun sawit, tambak ikan dan udang, pembalakan liar, pemukiman dan penguasaan lahan untuk alasan “kesejahteraan” dan sebagainya.

Berbagai upaya untuk mempertahankan keberadaan kawasan ini terus dirancang dan dilakukan oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara, seperti membangun kemitraan dengan belasan kelompok tani yang ada di sekitar kawasan dan memberikan bantuan. Hal ini sebagai komitmen untuk membangun masyarakat sekaligus membangun hutan. Karena kawasan konservasi ini harus bisa bermanfaat untuk masyarakat serta harus tetap lestari, terjaga dan terlindungi. (https://analisadaily.com ).

Selain itu, Balai Besar KSDA Sumatera Utara dengan dukungan mitra KFW juga mengagas acara Festival Masyarakat Adat dan Agama Desa Sekitar Kawasan SM. Karanggading Langkat Timur Laut, pada Sabtu 21 Oktober 2023 yang lalu, di lapangan alun-alun Tengku Amir Hamzah Stabat. Balai Besar KSDA Sumatera Utara mengangkat isu antara alam dan masyarakat yang dilandasi filosofi dasar bergerak dengan dukungan agama dibangun dengan budaya.  Nilai-nilai agama dan adat istiadat yang masih terpelihara dengan baik sampai saat ini di tengah-tengah masyarakat dari 14 desa, akan sangat efektif apabila dapat mengejawantahkannya menjadi norma kebiasaan masyarakat terhadap pengelolaan SM Karanggading dan Langkat Timur Laut. 

Festival Masyarakat Adat dan Agama Desa Sekitar Kawasan SM. Karanggading Langkat Timur Laut ditandai dengan adanya Maklumat dari Tokoh Kerapatan Adat Kesultananan Negeri Langkat serta  deklarasi dan dukungan perlindungan kawasan SM. Karanggading dan Langkat Timur Laut dari Pemerintahan Kabupaten Langkat, tokoh Kerapatan Adat Kesultananan Negeri Langkat, tokoh agama Tuan Guru Babussalam serta dari kelompok-kelompok tani hutan binaan Balai Besar KSDA Sumatera Utara (Harmonisasi Adat, Agama Merawat Hutan, Evansus Renandi Manalu, Harian Waspada, Jumat 20 Oktober 2023, hal. B3).

Semua upaya akan terus dilakukan oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara untuk merajut seluruh potensi masyarakat agar bergerak bersama, berkolaborasi merawat kawasan konservasi SM. Karanggading dan Langkat Timur Laut, dengan satu tujuan “Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera” sesuai dengan tema Hari Mangrove Sedunia Tahun 2024 “Hijaukan Mangrove Tingkatkan Kesejahteraan”. Selamat Hari Mangrove Sedunia 2024…

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini