BKSDA NTB Siapkan Jurus Melestarikan Kakatua di Pulau Moyo

Jumat, 31 Mei 2024 BKSDA NTB

Mataram, 31 Mei 2024. Lanskap Moyo Satonda merupakan kawasan penting konservasi keanekaragaman hayati. Menurut Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat (BKSDA NTB) pada tahun 2023, setidaknya 52 spesies burung (Aves) yang terdiri atas 34 famili dapat dijumpai di kawasan ini. Salah satunya adalah kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea occidentalis) yang masuk dalam daftar Appendix I CITES dan dinyatakan berisiko tinggi untuk punah di alam liar dalam daftar merah IUCN. Keberadaan kakatua di bentang alam ini memiliki peranan penting karena ketergantungannya pada keberadaan pohon yang tegap dan kuat untuk bersarang dapat menjadi indikasi tingkat kesehatan ekosistem bentang alam Moyo Satonda. Namun, populasi satwa ini setiap tahunnya terus mengalami penurunan di habitat aslinya. Pun semua jenis kakatua telah dikategorikan sebagai jenis yang dilindungi berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistem; PermenLHK No. 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi menggantikan lampiran PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Penelitian terbaru dengan menyisir seluruh kawasan lanskap Moyo Satonda untuk memperbaiki baseline dan mengumpulkan data secara lebih lengkap mengenai pupulasi, kepadatan, habitat dan potensi ancaman telah dilakukan pada Maret 2024 dengan area sampling seluas 8.961 Ha. Hasilnya, diketahui populasi kakatua di lanskap Moyo Satonda sebanyak 51 individu dengan kepadatan 0,0057 individu/Ha atau 5,7 individu/1000 Ha (CONSERVE, 2024).


Guna memastikan kelestarian kakatua di Pulau Moyo, BKSDA NTB sedang menyusun peta jalan (roadmap) konservasi kakatua lanskap Moyo Satonda pada acara inseption workshop roadmap kakatua kecil jambul kuning yang digelar di Astoria Lombok, Mataram, Rabu (29/05), dengan menghadirkan tiga orang pembicara yaitu perwakilan dari Direktorat KKHSG KSDAE-KLHK, Universitas Mataram, Universitas Teknolgi Samawa serta tim penyusun roadmap dari unsur Perhimpunan Burung Indonesia. Roadmap ini akan menjabarkan secara implementatif target peningkatan populasi, penetapan serta penyepakatan langkah sistematis, spesifik yang terukur dalam jangka waktu 10 tahun mendatang. 

Kepala Bappeda NTB yang diwakili oleh Sri Suparti, SH., ME (Fungsional Perencana Ahli Utama Bappeda NTB) saat memberikan sambutan dan pembukaan kegiatan mengatakan, roadmap ini merupakan bagian penting dalam mengisi substansi dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi NTB 2025-2045. Selain itu, menurut M. Misbah Satria Giri, S.Hut (KKHSG, KSDAE-KLHK) penyusunan roadmap ini sudah sangat tepat dan sejalan dengan rancangan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2025 – 2045 Indonesia. Kegiatan ini diinisiasi oleh BKSDA NTB melalui proyek CONSERVE (Catalyzing Optimum Management of Natural Heritage for Sustainability of Ecosystem, Resources and Viability of Endangered Wildlife Species), dihadiri oleh Kementerian/Lembaga pusat, Polda NTB, Korem 162/Wira Bhakti, perangkat daerah terkait lingkup Pemerintah Provinsi NTB, BAPPEDA Sumbawa, perguruan tinggi, lembaga penelitian serta mitra Pembangunan.


Semoga dengan lahirnya roadmap konservasi kakatua lanskap Moyo Satonda akan menjadi langkah signifikan untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan upaya antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam rangka keberlangsungan pelestarian kakatua dalam setiap proses pengambilan kebijakan pembangunan daerah secara berkelanjutan.

Sumber: Balai KSDA Nusa Tenggara Barat


 


 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini