Rawat Bumi, Kecil Menanam Dewasa Memanen

Senin, 22 April 2024 BBKSDA Sumatera Utara

Gerakan menanam sedini mungkin 

Medan, 22 April 2024. Hari Bumi atau Earth Day yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 22 April, kembali dirayakan tahun ini. Peringatan Hari Bumi menjadi momen untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat dunia terhadap bumi sebagai tempat tinggal. Hingga kini Hari Bumi telah menjadi sebuah gerakan global yang dirayakan warga dari berbagai negara. Pertanyaannya, apakah yang dapat diperbuat dan digaungkan pada momentum Hari Bumi tahun 2024 ini agar tidak terlewati begitu saja ?

Salah satu yang krusial dan urgen dilakukan saat ini adalah mengedukasi dan mengakrabkan/melibatkan generasi muda sedini mungkin, kepada aksi nyata menanam pohon yang memberi manfaat ganda bukan hanya sekedar untuk pelestarian alam dan lingkungan, tetapi juga yang dapat dipanen dan memberi manfaat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari ataupun peningkatan ekonomi.

Sejatinya konsep pemikiran  ini bukanlah hal yang baru, karena sebelumnya sudah ada program yang dicanangkan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.41/Menhut-II/2005 tanggal 19 Desember 2005 tentang Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM). Dalam peraturan tersebut dirumuskan bahwa KMDM merupakan program penyuluhan kehutanan berupa gerakan moral bagi murid-murid sekolah dalam rangka menumbuhkembangkan minat dan rasa cinta terhadap pohon dan lingkungan sekitarnya, melalui kegiatan pembelajaran penyemaian, penanaman, pemeliharaan sampai dengan pemanenan.

Sasaran dari program ini ditujukan kepada siswa/murid Sekolah Dasar (SD) dengan pertimbangan, masa belajar 6 (enam) tahun menjadi indikator untuk menilai/mengukur tingkat keberhasilan dan manfaat dari tanaman yang ditanam. Bila setiap siswa menanam pada waktu mereka mulai bersekolah, maka diharapkan pohon yang ditanam sudah dirasakan manfaatnya pada saat menyelesaikan pendidikannya.

Namun sayangnya program yang pertama kali dicanangkan oleh Menteri Kehutanan kala itu, M.S. Kaban, SE, M.Si., pada tanggal 24 September 2005 di Sekolah Dasar (SD) Karang Pakuan, Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, setelah 18 tahun berselang sampai saat ini nyaris tidak kedengaran kelanjutannya dan bahkan redup (kalau tidak ingin disebut padam). Ibarat tumbuhan, layu sebelum berkembang. Padahal bila program ini dijalankan/dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh tentunya akan memberi dampak dan kontribusi yang luar biasa bukan hanya bagi siswa/pelajar tetapi juga masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya.

Setidaknya menurut hemat penulis, ada 3 manfaat yang bisa dirasakan : pertama, melalui program KMDM akan tumbuh rasa kecintaan siswa/pelajar sebagai generasi penerus bangsa terhadap keanekaragaman hayati yang ada. Kemudian siswa tersebut dimotivasi dan atau termotivasi untuk menyelamatkan serta melestarikan tanaman termasuk tanaman-tanaman yang terkategori langka melalui kegiatan budidaya.

 

Bukan hanya sekedar menanam, tapi juga merawatnya

Kedua, program KMDM nantinya dengan sendirinya ikut berperan merubah perilaku (karakter) masyarakat dari yang tidak  peduli (bahkan ikut merusak tanaman) menjadi pelaku-pelaku pelestari tanaman, dan ketiga, bibit tanaman saat ini bukan hanya mengandung nilai konservasi semata tapi juga berkembang menjadi nilai estetika dan ekonomis. Hal ini tentunya membuka peluang pengembangan jiwa kewirausahaan dikalangan generasi muda melalui kegiatan budidaya/pembibitan tanaman/tumbuhan khususnya yang mempunyai nilai jual.

Melihat beragamnya manfaat yang bisa didapat dari program KMDM ini, dan berkaitan dengan momentum peringatan Hari Bumi tahun 2024, ada beberapa langkah  yang menurut hemat penulis sangat urgen untuk segera ditindaklanjuti, yaitu  menghidupkan dan menggiatkan kembali program ini dengan mendorong keterlibatan petugas-petugas di lapangan khususnya pejabat fungsional Penyuluh Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Polisi Kehutanan (Polhut) dan Penggerak Swadaya Masyarakat, mengembangkannya di lingkungan kerja masing-masing terutama di sekitar kawasan konservasi.

Selain mendorong terbitnya regulasi dengan memodifikasi program, yang nantinya digunakan menjadi payung hukum program, layak juga dipersiapkan pemberian reward atau apresiasi baik kepada siswa ataupun sekolah yang merealisasikan program maupun kepada petugas yang secara sungguh-sungguh mewujudkan dan memastikan program berjalan dengan baik.

Bila program ini dimulai, tentu hasilnya  bukan instan terlihat dan dirasakan manfaatnya saat ini juga, butuh waktu dan kesabaran. Tapi yakinlah, dampak jangka panjang program ini bisa memberi kontribusi penting dalam membumikan konservasi alam. Mari rawat bumi di  Hari Bumi (Earth Day) 2024.

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) - Balai Besar KSDA Sumatera Utara)


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini