Merawat Air, Memaknai Kehidupan

Senin, 25 Maret 2024 BBKSDA Sumatera Utara

Air terjun Singgabit (dok. Alamuddin Sahputra)

Medan, 25 Maret 2024. Alamuddin Sahputra, S.Hut., salah satu rimbawan kreatif Balai Besar KSDA Sumatera Utara, mengambil foto air terjun Lae Singgabit, yang terdapat di kawasan Suaka Margasatwa (SM.) Siranggas, tepatnya di Desa Mahala, Kecamatan Tinada, Kabupaten Pakpak Barat. Sekilas air terjun itu terlihat biasa saja, tidak jauh beda dan nyaris sama dengan air terjun yang ada di tempat-tempat lainnya. Dicoba ditatap dan dipandang, seakan ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan dibalik aliran air terjun tersebut.

Dipandang lebih lama lagi, foto air terjun menyentuh relung-relung hati dan pikiran, sampai akhirnya membangun kesadaran imajinasi, ada aliran-aliran inspirasi kehidupan yang ingin disampaikannya. Air itu mengalir tiada hentinya dari atas ke bawah melintasi tebing-tebing curam dan selanjutnya mengalir menuju sungai, menyadarkan saya bahwa kehidupan ini juga mengalir melewati berbagai rintangan dan tantangan yang pada akhirnya bermuara kepada ketentraman dan kebahagiaan, saat kita menjalaninya dengan ikhlas dan tulus.

Aliran air terjun Lae Singgabit yang menuju sungai, kemudian sampai ke Desa Mahala dan oleh masyarakat sekitar desa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kegiatan pengairan/irigasi di sawah. Bahwa kehidupan yang kita lakoni sehari-hari hendaknya juga mengalirkan benih-benih kebaikan dan memberi energi positif serta manfaat bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga, lingkungan maupun masyarakat.

Air terjun yang terlihat jernih dan bening. Sejatinya ingin menyampaikan pesan moral bahwa kehidupan ini juga harus jernih, tenang dan damai. Disaat jernih pemikiran, maka segala permasalahan yang ada  dapat teratasi. Disaat ada ketenangan dan kedamaian, maka kebahagiaan hidup pun akan terasa menjadi sempurna.

Inspirasi kehidupan dari aliran air terjun Lae Singgabit membawa saya kepada mimpi yang penuh dengan angan-angan. Namun sayangnya mimpi itu tidak berlangsung lama, sesaat kemudian keresahan dan kekhawatiran menghinggapi benak pikiran saya. Andaikan suatu hari nanti hutan SM. Siranggas mengalami deforestasi dan beralih fungsi dengan berbagai dalih untuk kebutuhan pembangunan dan peningkatan perekonomian, akankah aliran inspirasi kehidupan ini ikut tergerus dan bahkan mungkin hilang dari pandangan mata ? Sudah pasti kerusakan di sana sini tidak dapat dihindari, masyarakat tidak lagi menikmati air yang dialirkannya, lingkungan menjadi kering dan gersang, pemanasan global dan perubahan iklim menghantui, sampai akhirnya petaka pun datang, yang tersisa tinggal jeritan tangis dan derita.  Gundah gulana meracuni dan merusak pikiran saya membayangkan jika semua itu terjadi……..

Kegalauan ini kemudian membangunkan kesadaran saya. Suara hati berteriak meronta menuntut tindakan nyata. Tidak hanya sekedar menikmati dan berkata-kata tentang keindahan air terjun Lae Singgabit, tetapi juga harus berbuat/bertindak. Ya..., saya harus berbuat, mungkinkah ….. ? Lalu bagaimana caranya ? Bukankah mengamankan, melindungi dan melestarikan kawasan SM. Siranggas tidak semudah membalikkan telapak tangan ? Butuh kekuatan energi dan modal…

Ditengah pergumulan batin, kata hati menyangkalnya, tidak harus menjadi superman  untuk dapat berbuat. Dengan cara-cara sederhana pun sesungguhnya bisa memberi dampak yang tidak kalah bermanfaatnya. Ya…, dengan menulis sejatinya mampu memberi energi yang luar biasa, merubah perilaku dan keinginan dari merusak menjadi merawat, menyadarkan akan arti pentingnya menjaga kelestarian kawasan untuk menyelamatkan air sebagai sumber kehidupan, menegur dan menegakkan aturan terhadap perbuatan-perbuatan illegal dan membangun optimisme merajut harapan.

Lamunan pun terus menerawang, sampai pada kesimpulan saatnya untuk giat menorehkan pesan-pesan konservasi selagi masih diberi waktu dan kesempatan. Kehidupan memang tidak abadi, tetapi rajutan kata dan kalimat membawa pesan-pesan keabadian serta merajut inspirasi memaknai hidup. Selamat Hari Air Sedunia Tahun 2024. Selamatkan kawasan hutan demi keberlanjutan dan ketersediaan air bagi kehidupan dan perdamaian (Water for Peace).

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara 


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini