Senin, 04 Maret 2024 BTN Taka Bonerate
Makassar, 1 Maret 2024 – Balai Taman Nasional Taka Bonerate sebagai sekretaris Cagar Biosfer Takabonerate – Kepulauan Selayar (CBTBKS) memfasilitasi kegiatan Seminar Nasional Cagar Biosfer Indonesia, pada tanggal 28 Februari 2024 di Hotel Harper Makassar. Berbagai pemangku kepentingan hadir diantaranya para pengelola Cagar Biosfer termasuk perwakilan pemerintah daerah, akademisi, LSM, komunitas masyarakat, dan perwakilan UNESCO. Seminar ini untuk mengeksplorasi potensi, tantangan, dan strategi dalam pengelolaan Cagar Biosfer dengan total 14 Pengelola Cagar Biosfer dari 20 Cagar Biosfer yang ada di Indonesia yang berkesempatan hadir secara langsung. Sementara, yang tidak berkesempatan hadir secara langsung dapat mengikuti secara daring melalui platform digital yang telah disediakan dengan total jumlah peserta yang hadir adalah 877 orang peserta dari berbagai tempat di Indonesia (52 orang peserta dan secara daring oleh 824 orang peserta).
Mengawali seminar, Wakil Bupati Kepulauan Selayar, H.Saiful Arif, SH memberikan kata sambutan bahwa tantangan pengelolaan cagar biosfer semakin besar, oleh karena itu koordinasi dan sinergitas semua pihak dalam pengelolaan menjadi suatu keharusan. Semoga seminar ini bisa menjadi pemicu semangat, mempererat hubungan dan menguatkan jaringan cagar biosfer Indonesia. Melalui seminar ini, diharapkan muncul solusi-solusi terbaik dalam pengelolaan cagar biosfer dalam sklala nasional yang dapat menjadi rujukan untuk berbuat lebih baik lagi kedepannya. Muaranya adalah semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat serta keseimbangan alam dan manusia.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Dr. Itje Chodidjah, M.A juga turut memberikan sambutan secara daring dan menyampaikan hal-hal sebagai berikut: kontribusi dan prestasi Indonesia di kancah dunia, khususnya terkait Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Selain itu dengan terpilihnya Indonesia sebagai salah satu anggota Dewan Eksekutif UNESCO 2023-2027 yang juga menjadi salah satu perwakilan dari regional Asia-Pasifik, Indonesia dapat membawa suara dari nasional dan regional Asia-Pasifik ke UNESCO. KNIU menyadari tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan Cagar Biosfer di Indonesia. Salah satu yang tengah diupayakan oleh KNIU untuk mengatasi hal ini adalah mengajukan rancangan peraturan presiden mengenai KNIU agar menjadi landasan dalam mengatasi tantangan-tantangan, tidak hanya pada pengelolaan cagar biosfer, tapi juga program-program UNESCO lainnya. KNIU berpesan kepada seluruh pengelola Cagar Biosfer di Indonesia bahwa Cagar Biosfer di Indonesia dapat menjadi wadah untuk melaksanakan komitmen Bangsa Indonesia terhadap berbagai konvensi terkait lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim. Lebih dari itu KNIU sangat berharap Cagar Biosfer akan menjadi salah satu pendorong keselarasan antara manusia dan alam, pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan manusia serta penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi perubahan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi, Ir. Jefry Susyafrianto, M.M., menyampaikan sambutan mewakili Direktur Jenderal KSDAE selaku Keynote Speaker seminar bahwa, konsep pengelolaan kawasan konservasi sejatinya sejalan dengan konsep pengelolaan cagar biosfer dimana berusaha menyeimbangkan pembangunan berkelanjutan, kelestarian alam dan upaya penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, kawasan konservasi yang menjadi bagian dari cagar biosfer dapat berperan memberikan manfaat dengan: Menjadi acuan dalam pembangunan berkelanjutan, memadukan konservasi dan pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dan pendekatan bioekoregional/ ekosistem melalui sistem zonasi yang saling mendukung.; Menciptakan peluang melalui pengembangan nilai penting kawasan dan dukungan teknis maupun pendanaan dari berbagai pihak; Memberikan nilai tambah melalui branding dan promosi; Memberikan keuntungan melalui pemanfaatan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Menguatkan positioning baik di tingkat nasional maupun internasional yang sangat strategis untuk membangun citra negara dalam pergaulan dunia dan Penguatan pola kerja eksisting berupa dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi atau logistic support, pengelolaan kolaboratif, kooperatif dan komunikatif melibatkan multistakeholder partnership tanpa merubah status dan fungsi guna penanggulangan konflik kepentingan.
Jeffry menambahkan bahwa pengelolaan cagar biosfer pada dasarnya merupakan pembagian peran antar pihak-pihatk terkait, untuk itu agar pengelolaan cagar biosfer dapat berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: Penetapan desain, one design multiple management; Penetapan peran setiap stakeholder berbasis kekuatan, referensi, bidang kerja dan mandat; Leadership tentunya pada pemerintah; Keterbukaan dan transparansi; Proses partisipasi yang didukung oleh peran fasilitator dan katalisator. Pengelolaan cagar biosfer dianggap berhasil jika mampu membuktikan adanya keseimbangan antara konservasi dengan pembangunan ekonomi yang didukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Dapat menunjukkan cagar biosfer sebagai wahana penerapan dan solusi pembangunan berkelanjutan serta inovasi pengelolaan kawasan. Dapat mewadahi berbagai kepentingan para pihak dan dapat menghilangkan sekat-sekat egoisme kelembagaan serta pandangan egosentris ekologi dan ekonomi.
"Kami mengapresisasi Balai TN Taka Bonerate yang telah menyiapkan secara baik pelaksanaan kegiatan ini. Besar harapan kami agar pertemuan ini dapat merumuskan paket rekomendasi sebagai hasil yang dapat memperkuat pengelolan cagar biosfer", tutup Jeffry.
Seminar secara resmi dibuka oleh Pj Gubernur Sulawesi Selatan yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Ir. Andi Hasbi, M.T. dan erharap seminar ini dapat menjadi wadah untuk mempertemukan berbagai pihak dan merumuskan strategi untuk pengelolaan cagar biosfer secara berkelanjutan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan antara lain: Penguatan kerjasama antara berbagai pihak dalam pengelolaan cagar biosfer harus menghasilkan sebuah rumusan yang disepakati oleh para pihak; Pengembangan model pengelolaan cagar biosfer yang berkelanjutan dan sesuai dengan kondisi setempat; Peningkatan kesadaran masyarkaat tentang pentingnya cagar biosfer; Pengembangan ekowisata dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar cagar biosfer. Inilah semua yang menjadi pekerjaan rumah kita. Terakhir, Andi berharap seminar ini dapat memberikan buah pikiran untuk kemajuan Provinsi Sulawesi Selatan.
Seminar Nasional Cagar Biosfer ini mengusung tema “Harmonisasi Pengelolaan Cagar Biosfer Secara Berkelanjutan, untuk Kesejahteraan Rakyat”. Tema tersebut di breakdown menjadi 5 sub-tema, yakni: 1. Mewujudkan Good Governance dalam pengelolaan Cagar Biosfer di Indonesia, 2. Best practice pengelolaan Cagar Biosfer, 3. Role Model Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, 4. Pengelolaan Cagar Biosfer Taka Bonerate – Kepulauan Selayar dan 5. Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate sebagai Core Zone Cagar Biosfer Taka Bonerate - Kepulauan Selayar.
Dengan narasumber 1. Koordinator Nasional Education for Sustainable Development and Associated School Project Network – KNIU, Ir. Ananto Kusuma Seta, M.Sc., Ph.D. dengan materi yang berjudul “Mewujudkan Good Governance Dalam Pengelolaan Cagar Biosfer di Indonesia: Peran KNIU”; 2. Ketua Komite Pelaksana Program MAB-UNESCO, Prof.Dr. Maman Turjaman, D.E.A. yang menyampaikan paparan berjudul “Best Practice Pengelolaan Cagar Biosfer”. 3. Kepala Balai TN Gunung Gede Pangrango (Wakil Ketua Forum Pengelola Cagar Biosfer Cibodas), Sapto Aji Prabowo, S.Hut., M.Si. yang menyampaikan paparan berjudul “Pengelolaan dan Branding Cagar Biosfer Cibodas (CBC); 4. Wakil Bupati Kepulauan Selayar, H. Saiful Arif, SH. Beliau menyampaikan paparan yang berjudul “Pengelolaan Cagar Biosfer Taka Bonerate – Kepulauan Selayar”, dan 5. Kepala Balai TN Taka Bonerate (Sekretaris Forum Pengelola Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar), Ir. Ahmad Yani yang menyampaikan paparan berjudul “Pengelolaan Taman Nasional Taka Bonerate Sebagai Core Zone Cagar Biosfer Taka Bonerate – Kepulauan Selayar (CBTBKS). Adapun yang bertindak sebagai moderator dalam kegiatan seminar ini adalah Amalla Rainita Indra dan Dr. Asrianny, S. Hut., M. Si.
Sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya, Indonesia memiliki peran penting dalam jaringan cagar biosfer global yang diakui UNESCO. Pertemuan para pihak dalam seminar ini menekankan pentingnya sinergi dan koordinasi antar berbagai sektor untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, tekanan penduduk, dan kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan. Melalui diskusi yang konstruktif, seminar ini menghasilkan pemahaman mendalam tentang nilai tambah yang diberikan oleh status Cagar Biosfer terhadap konservasi sumber daya alam, pengembangan ekonomi lokal melalui ekowisata, dan sumber daya alam berkelanjutan. Dengan memperhatikan pentingnya pengakuan internasional, seminar juga menyoroti peran strategis Indonesia dalam memperkuat jaringan cagar biosfer global melalui partisipasi aktif di UNESCO. Ini menandai langkah penting bagi Indonesia dalam meningkatkan kontribusi dan pengaruhnya di panggung internasional dalam hal konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
Hasil diskusi dalam seminar ini dituangkan dalam sebuah rumusan yang diberi judul “Piagam Makassar” dan ditandatangani oleh para pihak yang hadir.
Sumber : Khoirul Anam - PEH Ahli Pertama
Sumber Foto : AsriTo' - Humas Balai TN Taka Bonerate
Sumber Foto : AsriTo' - Humas Balai TN Taka Bonerate
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0