Inilah Sosok Nasir Siregar, Pejuang Orangutan dan Harimau

Selasa, 31 Januari 2023

Nasir Siregar giat selamatkan Orangutan Tapanuli

Medan, 30 Januari 2023. Nama lengkapnya Muhammad Nasir Siregar, tapi dia lebih dikenal dengan panggilan Regar Parmawas, artinya Siregar yang dekat dengan mawas (nama lain dari orangutan). Predikat ini bukan tanpa alasan. Nasir yang merupakan petani biasa, menjadi tidak biasa karena di luar aktivitas kesehariannya sebagai petani, Nasir juga memiliki kebiasaan masuk keluar hutan untuk mengamati dan mempelajari kehidupan satwa-satwa liar, terutama harimau dan orangutan (Regar Parmawas, OCSP, 2010).

Nasir, anak keempat dari tujuh bersaudara, terlahir di Simaninggir, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, 48 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 Januari 1975, dari pasangan orangtua Abdul Rohim Siregar (ayah) dan Rosmina Ritonga (ibu), memiliki pekerjaan iseng masuk keluar hutan sejak usia remaja. Bedanya, kalau dulu ia masuk hutan untuk tujuan berburu, sekarang sebaliknya ia menjelajah rimba belantara hutan Batang Toru yang menjadi habitat dari satwa liar Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) untuk mengawasi kalau-kalau ada tangan jahil yang mencoba merambahnya atau mengusik satwa-satwa liar di dalamnya.

Perubahan perilaku dan sejarah hidupnya dimulai ketika aparat Kehutanan yang mengetahui Nasir memiliki pengalaman memasuki kawasan Hutan Batang Toru, mempertemukannya dengan dua orang periset dari Orangutan Foundation International (OFI), Reny Joyo Astuti dan Christianahot Simanjuntak, yang kebetulan sedang membutuhkan tenaga asisten untuk melakukan riset orangutan di Batang Toru. Nasir diminta untuk membantu melakukan pengamatan perilaku orangutan selama Sembilan bulan di dalam hutan.

Bermodal pendidikan seadanya, ia yang tamat pendidikan SD tahun 1987, SMP tahun 1989 dan SMA tahun 1992, memulai misi tugas pendampingan para peneliti. Pendidikan tidak menjadi halangan, kemauan belajar menjadi modal utama, itu motivasi diri  yang ditanamkannya. Sampai pada akhirnya, dengan semangat yang meluap-luap untuk belajar serta menimba ilmu dari berbagai peneliti yang didampinginya, akhirnya menempatkan posisinya setara dengan para peneliti.

Perlahan namun pasti, dalam proses belajar tiada henti, Nasir dapat memahami dengan baik perilaku Orangutan Tapanuli dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), mampu memonitor populasi dan daerah jelajah Orangutan Tapanuli, memiliki kemampuan meramu obat dari tanaman/herbal untuk alternative pengobatan bagi masyarakat, itupun setelah belajar dan mengamati Orangutan Tapanuli, menguasai landscape Batang Toru terutama di sekitar Cagar Alam (CA) Dolok Sibual-buali, Cagar Alam (CA) Dolok Sipirok dan sekitarnya, serta mampu mendeteksi dan mengenali tanda-tanda keberadaan satwa liar (kaisan, jejak, kotoran, sarang, dan lain-lain).

Atas dedikasinya melakukan monitoring Orangutan di landscape Batang Toru dan membantu resolusi konflik satwa, Nasir diapresiasi oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Ir. Wiratno, M.Sc., saat itu, dengan Piagam Penghargaan Nomor : PI.134/KSDAE/SET/REN.2/10/2019 tanggal 22 Oktober 2019.

Sepak terjangnya di konservasi alam tidak terhenti setelah menerima penghargaan, tetapi terus berkobar. Nasir semakin giat menyuarakan pentingnya melakukan upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup melalui kegiatan edukasi  bagi generasi muda dari kalangan pelajar serta pendampingan mahasiswa untuk penelitian.

Usai edukasi pelajar tentang konservasi alam

Potensi yang  dimilikinya kemudian menjadi modal untuk bergabung sebagai pegawai honor di Balai Besar KSDA Sumatera Utara. Bermula pada tahun 2002, Nasir diangkat sebagai anggota Manggala Agni pada Seksi Konservasi Wilayah IV Sipirok pada Balai KSDA Wilayah II, kemudian berlanjut pada tahun 2007 menjadi anggota Pengamanan Hutan (Pamhut) pada Seksi Konservasi Wilayah IV Sipirok, pada tahun 2010 menjadi anggota Masyarakat Mitra Polhut (MMP) masih pada Seksi Konservasi Wilayah  IV Sipirok, selanjutnya pada tahun 2014 sebagai petugas kebersihan  di Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok dan pada tahun 2017 sampai dengan sekarang ini menjadi Tenaga Pengamanan Hutan Lainnya (TPHL) pada Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok.

Ikut mengevakuasi Harimau Sumatera yang masuk dalam perangkap di Barumun

Sebagai TPHL, Nasir bersama rekan-rekan kerjanya di Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok terkadang harus melakukan tindakan-tindakan ekstrim, seperti penanganan kegiatan illegal loging, evakuasi harimau yang masuk dalam perangkap dan evakuasi satwa liar dilindungi yang dipelihara warga. Sadar bahwa kegiatan-kegiatan ekstrim ini mengandung resiko yang tidak kecil baik dari satwa liar, pelaku perambah maupun dari warga, bahkan menyabung nyawa, namun dengan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya murni untuk menjaga dan melindungi satwa liar maupun habitatnya, Nasir terus melangkah menunaikan tugasnya, sembari berpasrah kepada Yang Maha Kuasa memohon perlindunganNya.

Menangani illegal logging

Nasir sudah dan akan terus berbuat bagi konservasi alam. Semangat dan dedikasinya tentunya menjadi teladan dan inspirasi tidak hanya bagi rimbawan, tetapi juga bagi masyarakat yang sadar akan arti penting menjaga kelestarian alam. Semoga kedepan akan lahir Nasir  Nasir lainnya yang membawa harapan baru kepada membuminya konservasi alam di Sumatera Utara khususnya, dan Indonesia umumnya.

Evakuasi anak rusa peliharaan warga

Sumber : Evansus Renandi Manalu, Analis Data – Balai Besar KSDA Sumatera Utara

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Alharis Ruhidi
Sayapun kenal jugalah dengan adinda Nasir ini, kami berteman di sosmed, dulu bbrp kali beliau mendampingi tim kita di CA Dlk. Sibual-buali, CA Dlk Sipirok, SA Lubuk Raya, penanganan konflik harimau di labusel, dll... Nah yang menjadi konsen kita adalah bagaimana kita bisa menjadikan beliau ini sebagai Mitra Strategis...