Menggali Potensi Data Burung Melalui Event Birdwatching Competition

Kamis, 17 Oktober 2019

Boyolali, 17 Oktober 2019. Lomba pengamatan burung yang diberi nama Lawu Birdwatching Competition 2019 (LBC) diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi “BIOSFER” FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS ), kelompok Studi Kepak Sayap UNS dan Balai Tahura KGPAA Mangkunagoro I pada tanggal 11 – 13 Oktober 2019 di kawasan tahura tersebut.

Ada 3 kriteria burung yang dapat dijadikan sebagai objek daya tarik avitourism (birdwatching). Pertama adalah burung endemik yaitu burung yang persebaranya terbatas dalam suatu tempat sehingga kecenderungan wisatawan asing dan luar daerah tertarik untuk melihat burung tersebut. Kedua adalah burung migran (melakukan migrasi antar benua/negara) merupakan ‘satwa milik bersama’ dari wilayah yang dilalui burung selama hidupnya yang merupakan lintas negara. Ketiga adalah burung berstatus konservasi tinggi yaitu yang dilindungi oleh otoritas terkait (Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999, Peraturan Menteri LHK No. 92 Tahun 2018, RedList IUCN dan Appendix CITES). Namun dari segi daya tarik, burung langka terkadang menarik bagi turis untuk mencari tahu, karena jarang ditemukan.

Wisata pengamatan burung memiliki tantangan dan nilai konservasi cukup tinggi bagi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) maupun masyarakat sekitar hutan. Kegiatan birdwatching sangat potensial dilaksanakan di kawasanTNGMb yang didukung oleh potensi satwa burung cukup tinggi (terdiri atas 81 jenis kedalam 27 famili) dan sebagian besar memenuhi 3 kriteria sebagai objek daya tarik avitourism (birdwatching).

Selengkapnya : Menggali Potensi Data Burung Melalui Event Birdwatching

Sumber : Jarot Wahyudi, S.Hut, M.URP - Balai Taman Nasional Gunung Merbabu

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini