Kartini Penyelamat Satwa Liar

Senin, 22 April 2024 BBKSDA Sumatera Utara

Fatimah Sari, S.KH. memeriksa kondisi kesehatan Harimau Sumatera 

Medan, 22 April 2024. Raden Ajeng (RA) Kartini merupakan sosok pahlawan nasional yang sangat getol memperjuangkan emansipasi wanita/ perempuan Indonesia. Kartini mampu memotivasi dan menginspirasi wanita/ perempuan Indonesia sehingga peran/andilnya dalam pembangunan saat ini tidak kalah atau bahkan sejajar dengan kaum pria. Hal ini pun dialami oleh kartini-kartini Balai Besar KSDA Sumatera Utara yang kiprahnya diperhitungkan dalam giat konservasi alam. 

Adalah Fatimah Sari, S.KH., dokter hewan yang mengabdi sebagai Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda pada Balai Besar KSDA Sumatera Utara sejak bulan September 2017. Sebelumnya, lulusan Sarjana Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini menjalani tugas di Balai KSDA DKI Jakarta mulai tahun 2008 (CPNS) sampai dengan Agustus 2017. Kariernya sebagai rimbawan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bermula dari coba-coba mengikuti seleksi penerimaan Dokter Hewan di Kementerian Kehutanan (saat itu), tanpa mengerti secara mendalam korelasi antara dokter hewan dengan Kehutanan. Seiring waktu berjalan, dokter Sari panggilan akrabnya, baru paham bahwa dengan menjadi rimbawan profesi dokter hewan ternyata berperan penting dalam manajemen konservasi terutama kaitannya dengan upaya pelestarian satwa liar.

Sehari-harinya, perempuan yang lahir di Damar Condong, 2 Januari 1978, akrab bergaul dan berinteraksi dengan satwa liar guna melakukan pemeriksaan medis rutin satwa-satwa captive yang ada di lokasi Pusat Latihan Gajah (PLG), Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) dan Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Sibolangit dan menerapkan manajemen kesehatan serta kesejahteraan satwa. Selain itu juga merawat dan merehabilitasi satwa-satwa yang akan dilepasliarkan ke habitat alaminya. 

 

Pekerjaan yang digelutinya bukan hanya berat tetapi juga menanggung resiko terinfeksi penyakit yang berasal dari satwa liar atau sebaliknya (zoonosis), serta ancaman keselamatan (nyawa) pada saat melakukan penanganan interaksi negatif antara warga dengan satwa liar di lapangan yang kondisi medannya berat maupun ancaman dari satwa liar yang akan diselamatkan. Tapi semua itu bisa dilaluinya tentunya dengan berserah dan memohon pertolongan/perlindungan dari Tuhan yang Maha Kuasa. Dia percaya seberat apapun tugas yang diemban, bila dijalankan dengan tulus dan ikhlas akan menjadi amal ibadah dan mendapat ridho dari Yang Maha Kuasa.

“Semua pekerjaan mengesankan, mulai dari menerima satwa-satwa hasil penyerahan warga, hasil tindakan pengamanan TSL, penyitaan maupun korban dari interaksi negatif warga dengan satwa liar, melakukan tindakan nekropsi gajah yang mati di sekitar hutan, serta ikut dalam penanganan interaksi negatif warga dengan satwa liar khususnya Orangutan Sumatera dan Harimau Sumatera. Namun yang sangat berkesan adalah saat melihat satwa yang sudah dirawat atau diselamatkan dapat kembali ke habitat alaminya (dilepasliarkan),” ujar dokter Sari, penerima Satyalancana Karya Satya X Tahun dari Presiden RI.

 

Kegiatan yang hampir sama juga dilakoni Mutiara Fridayanti Pasaribu, Pemelihara Satwa pada Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Sibolangit. Perempuan yang dilahirkan di Sukaramai, 12 April 1977, kesehariannya diisi dengan pekerjaan rutin membersihkan kandang satwa, menyediakan pakan satwa dan memeriksa kesehatan satwa. Butuh kesabaran dan perlakuan khusus dalam merawat satwa. Baginya satwa juga makhluk hidup yang sama seperti manusia membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Tidak jarang Mutiara, yang juga penerima Satyalancana Karya Satya X Tahun dari Presiden RI, berinteraksi melalui percakapan, belaian, dan siulan atau senandung, dan sebaliknya satwa-satwa tersebut meresponnya melalui tingkah-tingkah yang lucu, sehingga menjadi penyemangat dan hiburan tersendiri baginya.  

Kedua sosok Kartini Balai Besar KSDA Sumatera Utara ini, tentunya menjadi contoh/panutan serta sumber inspirasi yang menampilkan wajah Kartini Penyelamat Satwa Liar, seperti yang diungkapkan dokter Sari, “bahwa wanita/perempuan juga bisa melakukan pekerjaan dalam bidang penyelamatan satwa liar yang pada kebanyakan masih dilakukan oleh laki-laki. Perempuan dapat berkembang dan maju tanpa menghilangkan jati diri sebagai perempuan untuk berperan dan mendapatkan kesempatan yang sama dalam beragam bidang pekerjaan”.

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini