Yang Ditunggu KTH Tunas Harapan...

Sabtu, 11 Mei 2019

Caringin, 11 Mei 2019. Hari yang dinanti pun, akhirnya datang juga. Di awal Ramadhan, Kelompok Tani Hutan (KTH) Tunas Harapan bergembira, dengan panen ikan nila yang ke-2 kalinya. Sejak penebaran benih ikan pada November 2018, seluruh anggota KTH bersemangat menjaga dan memelihara ikan dengan harapan bisa panen pada saat harga ikan sedang tinggi. Bahkan sebelum penebaran benih, sudah melaksanakan pertemuan untuk mengatur jadwal dan pembagian tugas pemberian pakan, jaga malam, dan mengurusi perairan. Pemberian pakan dijadwalkan tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore). Petugas jaga terdiri dari dua orang, baik siang maupun malam. Jaga malam memang sangat penting, karena di daerah ini sering terjadi gangguan hama seperti berang-berang.


Roy, Ketua KTH Tunas Harapan, mengungkapkan rasa gembiranya, dengan bantuan usaha perikanan ini. “Sekarang kami punya mata pencaharian sampingan selain sebagai buruh tani atau bangunan”, katanya. “Hanya sayangnya pada pertama kali menebar ikan, banyak yang mati”, lanjutnya. Memang diawal sempat mengalami kegagalan, sampai-sampai banyak anggota KTH yang berputus asa. Namun berkat usaha pendamping yang cukup gigih, semangat juang KTH tumbuh lagi.


Konsultasipun dilakukan dengan berbagai pihak, antara lain dengan Penyuluh Perikanan Wilayah Kerja Caringin dan pelaku usaha dari Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Lestari di Desa Cinagara. Permasalahpun dapat diatasi, pananganan benih harus hati-hati, terutama saat pengangkutan jangan sampai kekurangan oksigen dan harus segera ditanam.


Menginjak bulan ke-3 muncul lagi permasalahan kematian ikan. Hasil konsultasi dengan penyuluh perikanan, ternyata banyak ikan yang terserang jamur. Saran dari Pak Ricky (Penyuluh Perikanan Kecamatan Caringin), kolam ikan harus dikuras dan airnya diganti, kondisi dasar kolam tidak boleh terlalu banyak lumpur, bila terlalu banyak, lumpurnya harus diangkat, supaya dasar kolam terkena sinar matahari. Sebelum kembali diisi air kolam dijemur sampai tanahnya retak-retak (kering), selanjutnya diberi dolomit (batu kapur) dengan dosis 10 gram/meter2. Kolam bisa diisi air paling tidak tiga hari setelah perlakuan.

 

 

Pada musim tanam kali ini berhasil dipanen ikan sebanyak 165 kg (dari benih 83 kg bantuan CII) dan 170 kg (dari benih 30 kg bantuan Pusluh LHK). Keberhasilan panen ikan kali ini tentunya tidak lepas dari usaha keras para pendamping dari dari Resort PTN Bodogol, Penyuluh Seksi PTN V Bodogol, dan CII (mitra TNGGP).


Namun bila dibandingkan antara hasil dengan modal yang dikeluarkan, usaha ikan kelompok KTH Tunas Harapan belum bisa dikatakan untung. Kok bisa begitu, kenapa? “Sedih kalau diceritain mah”, kata seorang pendamping dari Resort PTN Bodogol. Kalau dihitung pakai rumus ilmu ekonomi, dari modal yang dikeluarkan untuk beli benih ikan dan beli pakan saja, hasil yang didapat belum bisa menutupi modal. Sudah dua kali panen hasilnya seperti ini selalu besar pasak daripada tiang kalau menurut peribahasa. Tapi paling tidak panen kali ini bisa menambah semangat anggota KTH agar berusahaa dengan lebih baik sampai mereka mampu mandiri.

Dari hasil pengamatan di lapangan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penghasilan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Faktor tersebut antara lain: pengetahuan kelompok yang masih kurang tentang budidaya ikan, banyak ikan yang mati, pemberian pakan yang belum maksimal, dan harga beli dari tengkulak terlalu rendah karena biaya untuk operasionalnya tinggi, lokasi kolam ikan kelompok yang jauh dari jalan raya.


Harga penawaran dari tengkulak rendah, KTH mempunyai alternatif lain yaitu mereka menjual ikan dengan cara diecer ke para tetangga yang harga jualnya bisa dinaikkan sedikit. Meskipun ikan lama habisnya, tapi hasilnya lumayan. Dari hasil panen yang 170 Kg, 120 Kg dibeli oleh tengkulak dengan harga Rp. 21.000,00/Kg, sedangkan 50 Kg dijual ecer dengan harga Rp. 25.000/Kg. Meskipun hasil yang didapat belum maksimal KTH sudah sangat bersyukur dan dengan hasil panen ini mereka berencana untuk membelikan benih ikan kembali. Setelah panen sementara kolam akan dibiarkan dulu, tanah akan diangkat dan nantinya akan diberi perlakuan sama seperti perawatan sebelum penebaran ikan.


Semoga KTH Tunas Harapan dapat selalu belajar dari pengalaman, jadikan pengalaman sebagai ilmu untuk mencapai kemajuan yang diharapkan khususnya untuk kesejahteraan kelompok, dan jadilah secercah harapan bagi KTH dan masyarakat luas....Semoga.


Sumber: Maria Kurnia Nugrahani – Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini