Kamis, 01 Februari 2018
“The Heartland of West Java”, sungguh tepat julukan itu untuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), mengingat situasi, kondisi, potensi, dan posisi serta fungsinya yang sangat penting bagi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dominan Jawa Barat, termasuk daerah DKI Jakarta. Tak salah pula orang mengenalnya sebagai “Pesona Alam di Jantung Jawa Barat”, mengingat kekayaan dan keindahan obyek wisata alamnya yang menganggumkan. Jadi tidaklah mengherankan bila minat masyarakat di daerah penyangga sangat tinggi untuk ikut berkiprah di dunia kepariwisataan. Salah satunya masyarakat di sekitar Resort PTN Cibodas, yaitu masyarakat Kampung Geger Bentang, Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Gerbi Lestari, melalui pembinaan para penyuluh Balai Besar TNGGP, saat ini sedang mengembangkan usaha perikanan dalam bentuk kolam pemancingan yang juga dijadikan salah satu obyek dan daya tarik pengembangan wisata desa.
Efek Alih Fungsi Kawasan
Pada tahun 2003 terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 yang menyatakan kawasan hutan produksi di sekitar kawasan TNGGP yang dikelola Perum Perhutani dialihfungsikan menjadi kawasan konservasi dan dikelola Balai Besar TNGGP. Dari areal alih fungsi seluas 7.655 hektare, 2.707,74 diantaranya dalam kondisi terbuka (terdegradasi) dan masih digarap oleh petani mantan peserta program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Kondisi seperti di atas menimbulkan masalah sekaligus tantangan bagi Balai Besar TNGGP dalam penanganan lahan yang awalnya masyarakat diberikan ijin untuk mengolah lahan tetapi kemudian harus dihentikan. Untuk menjawab tantangan tersebut berbagai upaya telah dilakukan, para pejabat fungsional (baik Penyuluh Kehutanan, Polisi Kehutanan, maupun Pengendali Ekosistem Hutan), Tenaga Pengaman Hutan Lainnya (TPHL), serta berbagai pihak lainya bahu-membahu mengupayakannya.
Upaya penurunan penggarap lebih diintensifkan mulai tahun 2014 hingga tahun 2017, melalui kegiatan sosialisasi terkait batas kawasan dan aturan di TNGGP kepada masyarakat, koordinasi dengan tokoh masyarakat dan aparat desa, pemasangan peringatan melalui spanduk di lahan garapan, serta patroli yang dilakukan secara terus-menerus. Hingga April tahun 2017, semua penggarap (25 KK) pengggarap di Blok Geger Bentang secara keseluruhan telah meninggalkan aktifitasnya di dalam kawasan. Sejak saat itulah fungsional Penyuluh mulai melakukan pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat mantan penggarap hingga terbentuk KTH Gerbi Lestari.
Pengembangan pembinaan KTH, diawali dengan identifikasi potensi sumber daya alam dan ekonomi Desa Cimacan, proses pembentukan KTH, dan pendampingan KTH Gerbi Lestari (anggota kelompok merupakan mantan penggarap) pun dimulai. Tahun 2017, pembinaan Kelompok Tani Hutan Gerbi Lestari mulai diintensifkan, melalui pertemuan-pertemuan rutin, identifikasi tipologi masyarakat, dan pelatihan dalam rangka persiapan pengembangan ekonomi usaha produktif. Pelatihan yang sudah dilaksanakan, antara lain pelatihan pembuatan pupuk organik cair, pengolahan sampah melalui ecobricks, penyusunan business plan, pengembangan ekonomi produktif budidaya ikan mas. Untuk memperkuat dan mengembangan administrasi KTH, selain KTH disahkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa Cimacan, juga ditingkatkan menjadi badan hukum melalui akta notaris.
Menyesuaikan dengan Visi Pengelolaan TNGGP
Berdasarkan hasil identifikasi sumberdaya alam dan ekonomi serta identifikasi tipologi masyarakat yang telah dilaksanakan di KTH Gerbi Lestari telah diketahui bahwa potensi yang ada di Desa Cimacan (KTH Gerbi Lestari) adalah pertanian, perikanan, dan wisata. Dari hasil pertemuan kelompok disepakati bahwa potensi yang akan dikembangkan di KTH Gerbi Lestari pada tahun 2017 – 2018 adalah potensi perikanan yaitu pembesaran ikan mas dan pemancingan.
Dengan posisi Kampung Geger Bentang yang strategis untuk pengembangan wisata, maka semua usaha dilakukan KTH Gerbi Lestari, diupayakan terintegrasi dengan kegiatan wisata dan pendidikan konservasi. Hal ini sesuai dengan visi pengelolaan TNGGP, “Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Pusat Pendidikan Konservasi Kelas Dunia”.
Usaha perikanan yang dimulai pada penghujung tahun 2017, saat ini sudah mulai berproduksi dan menghasilkankan income bagi KTH Gerbi Lestari. Pendapatan ini didapat dari usaha wisata pemancingan yang setiap hari libur ramai dikunjungi para pemancing, baik masyarakat sekitarnya maupun dari luar kota seperti Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, dan Jakarta.
Bukti lain dari keberhasilan KTH Gerbi Lestari adalah kunjungan 300-an orang mahasiswa Program Studi Matematika dan MIPA Fakultas Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, yang melaksanakan praktik lapang dan “Abdimas Pascasarjana” dalam rangka pemberdayaan masyarakat Desa Cimacan melalui kegiatan kolaboratif manajemen kawasan konservasi dan penanaman pohon Multy Purpose Tree Species (MPTS), pada Bulan November 2017. Universitas Indraprasta PGRI memilih Kampung Geger Bentang, sebagai lokasi praktik lapang, karena merupakan desa penyangga TNGGP dengan kondisi masyarakat yang sudah sadar konservasi lingkungan.
Pada kunjungan ini, para mahasiswa dipandu secara professional oleh KTH Gerbi Lestari. Peserta dibagi menjadi 6 (enam) kelompok, sesuai dengan minatnya, dan dipandu oleh anggota KTH Gerbi Lestari yang sudah terspesialisasi, yaitu: Kelompok konservasi dipandu oleh Asep, Kelompok lahan kritis dipandu oleh Rian, Kelompok Daerah Aliran Sungai (DAS) dipandu oleh Muslih, Kelompok ekowisata dipandu oleh Yudi, Kelompok social ekonomi masyarakat dipandu oleh Ayep, dan Kelompok pengolahan sampah dipandu oleh Karso.
Rencana pembinaan yang akan dilaksanakan tahun 2018, yaitu kursus tani dalam rangka pengembangan usaha, pembuatan demplot pemulihan ekosistem (lokasi eks Perum Perhutani), dan penilaian kelas kelompok binaan. Rencana pembinaan ini sudah tertuang dalam Rencana Pembinaan Lima Tahun Desa Binaan Balai Besar TNGGP. Harapannya KTH Gerbi Lestari menjadi KTH yang mandiri dapat membangun ekonomi daerah penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sumber : Poppy Oktadiyani dan Agus Mulyana BBTNGGP
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 1