Wira dan Rengganis, Merangkai Masa Depan Harimau Sumatera

Rabu, 28 Mei 2025 BBKSDA Jawa Timur

Gresik, 27 Mei 2025. Di tengah bayang-bayang kepunahan yang mengintai, seekor harimau jantan bernama Wira menjadi fokus perhatian para pegiat konservasi di Jawa Timur. Usianya yang telah menyentuh 15 tahun membuatnya berada di batas akhir masa reproduktif. Di sisi lain, seekor betina muda bernama Rengganis, yang kini berada di Maharani Zoo dan Goa Lamongan, menjadi harapan untuk memperpanjang garis keturunan spesies prioritas ini.

Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim) menginisiasi strategi genetik lintas lembaga konservasi untuk mempertemukan keduanya. Dalam skema ini, Rengganis akan ditarik dari Taman Satwa Maharani Zoo dan Goa Lamongan dan menempatkan sementara di Kebun Binatang Surabaya, tempat Wira menanti. 

Pertemuan ini bukan sekedar mempertemukan dua individu, tetapi menggabungkan dua peluang terakhir dari spesies yang makin terjepit ruang hidupnya. Keduanya, jika dipertemukan pada waktu yang tepat melalui skema GSMP, dapat menjadi pasangan kunci bagi kelahiran generasi baru harimau sumatera dalam lembaga konservasi. 

"Wira tidak lagi muda. Jika tidak segera diberi pasangan yang subur, kita bisa kehilangan satu garis keturunan penting," jelas Dr. Ichwan Muslih, Kepala Bidang KSDA Wilayah II. "Rengganis, dengan usia produktifnya, adalah harapan yang tak boleh disia-siakan." 

Rapat koordinasi yang berlangsung di Kantor Bidang KSDA Wilayah II Gresik, 27 Mei 2025, menghasilkan kesepakatan strategis antara BBKSDA Jatim, PDTS Kebun Binatang Surabaya, Taman Satwa Maharani Zoo dan Goa Lamongan. Penempatan Rengganis di Surabaya sebagai langkah mendesak mendukung fresh blood sejalan dengan mekanisme Global Species Management Plan (GSMP). 

Langkah cepat ini diputuskan sebagai bentuk upaya proaktif BBKSDA Jatim dalam menyelamatkan plasma nutfah Harimau Sumatera. Di sisi lain, kedua lembaga konservasi juga didorong untuk segera melengkapi dan mengajukan izin koleksi resmi atas seluruh satwa yang mereka kelola, terutama yang berstatus satwa dilindungi atau titipan negara.

Strategi ini tidak berdiri sendiri. Ia membutuhkan kecepatan, ketelitian, dan kemauan untuk bersinergi. Rapat tersebut juga menyepakati agar pengajuan izin koleksi dapat dilakukan secara bertahap (parsial), memprioritaskan satwa yang telah memenuhi syarat. Hal ini penting agar program pengelolaan genetik di lembaga konservasi dapat sejalan secara  administratif tanpa mengorbankan momentum biologis.

Di titik genting ini, Wira bukan sekadar satwa. Ia adalah simbol bahwa waktu  adalah segalanya. Dan Rengganis, yang masih menyimpan potensi kesuburan tinggi adalah kunci harapan. Jika keduanya berhasil disatukan, mungkin suatu saat kita masih bisa mendengar auman Harimau Sumatera di tanah air. 

Di balik semua proses teknis itu, strategi genetik seperti GSMP berdiri sebagai mercusuar harapan, sebagaimana ada satu pesan mendalam bahwa konservasi bukan tentang menyelamatkan satwa hari ini, tapi tentang memastikan anak cucu kita masih hidup di dunia yang dihuni Raja Rimba Nusantara.

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji - Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda Balai Besar KSDA Jawa Timur


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini