Senin, 28 April 2025 BBKSDA Jawa Timur
Pacitan, 25 April 2025. Di sebuah sudut tenang di selatan Jawa Timur, sebuah kisah menyentuh tentang keberpihakan pada alam terungkap. Bukan dari seorang peneliti, bukan pula dari aktivis lingkungan. Tapi dari seorang Kapolres, penjaga hukum yang memilih untuk turut menjaga kehidupan liar.
Pada 15 April 2025, personel Resor Konservasi Wilayah (RKW) 06 Ponorogo menerima kabar tak biasa. Kapolres Pacitan ingin menyerahkan seekor berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus), salah satu spesies yang statusnya belum dilindung namun masuk dalam kategori Appendiks I CITES kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA Jatim). Satwa itu telah ia rawat selama setahun, yang awal ditemukan dalam kondisi terlantar, dan kini dinilai lebih layak berada di tangan mereka yang memang bertugas untuk melindungi kehidupan liar.
Namun, ada permintaan pribadi yang menyentuh hati. Agar berang-berang itu tak langsung dilepasliarkan. Beliau berharap dapat tetap memantau perkembangan proses rehabilitasi satwa yang selama setahun ini menemaninya, seolah sebuah pengikat emosional yang lahir dari rasa sayang, sekaligus kesadaran bahwa alam punya hak untuk tumbuh bebas.
Dua hari berselang, pada 17 April 2025, penyerahan resmi dilakukan. Berkaca dari kisah di atas, ternyata konservasi tidak hanya menjadi tugas institusi lingkungan, tapi bisa menyentuh hati para penjaga hukum yang sadar bahwa hukum alam pun harus dijaga.
Berang-berang cakar kecil, mamalia semi-akuatik dari keluarga Mustelidae, dikenal sebagai indikator kualitas lingkungan perairan. Keberadaannya yang semakin langka di alam liar menjadi alarm yang mengingatkan kita tentang rusaknya ekosistem sungai dan rawa akibat aktivitas manusia. Dengan populasi yang terus terancam oleh perburuan dan degradasi habitat, setiap individu yang selamat memiliki nilai tak terhingga bagi kelangsungan spesies ini.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa konservasi bukan hanya soal pelepasan satwa ke alam. Ini adalah tentang membangun kesadaran lintas sektor, bahwa dari balik seragam cokelat dan lambang negara di dada, ada hati yang mampu peduli, dan tangan yang bersedia menyerahkan kembali apa yang menjadi milik alam. (dna)
Sumber: Bidang KSDA Wilayah 1 Madiun – BBKSDA Jatim
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0