BBKSDA Papua Imbau Masyarakat di Sekitar Kawasan CA Cycloop Jeli Membaca Tanda-Tanda Alam

Minggu, 07 Februari 2021

Jayapura, 6 Februari 2021. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS HL) Memberamo, dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Resort Sentani pada Sabtu (6/2) memantau lokasi rawan longsor. Pemantauan terfokus pada empat aliran sungai yang berhulu di kawasan Cagar Alam (CA) Pegunungan Cycloop di Wilayah Kabupaten Jayapura dengan tujuan mengantisipasi terjadinya banjir dan longsor, agar tidak berdampak bagi masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan.

Ini merupakan tindak lanjut dari pemantauan awal, Kamis (4/2). Pada pemantauan kedua ini, tim menerbangkan dua drone, dengan hasil sebagai berikut.

Pertama, Sungai Makanuay di Kampung Doyo Baru. Tim memantau sejauh 700 meter dari batas kawasan. Kondisi air keruh, namun tetap mengalir normal. Tim memastikan tidak terdapat longsoran yang berpotensi menutup sungai.

Kedua, Sungai Taruna di Kelurahan Hinekombe. Tim memantau sejauh 800 meter dari batas kawasan. Kondisi air keruh, namun mengalir normal. Tim memastikan tidak terdapat longsoran yang berpotensi menutup sungai.

Ketiga, Sungai Sereh (Air Terjun Pos Tujuh) di Kampung Sereh. Tim memantau sejauh 800 meter dari batas kawasan. Kondisi air keruh, namun mengalir normal. Sama seperti dua sungai sebelumnya, di sungai ini juga tidak terdapat longsoran yang berpotensi menutup sungai.

Keempat, Sungai Eboy di Kelurahan Toladan. Tim memantau sejauh 300 meter dari luar kawasan. Kondisi air keruh, namun mengalir normal. Pada anak Sungai Eboy yang mengering terdapat sedikit longsoran.

Berdasarkan informasi dari MMP Resort Sentani, longsoran pada anak Sungai Eboy terletak sekitar 2.5 km dari batas kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Selama proses pemantauan ini, kondisi cuaca kurang mendukung. Tim merencakan pemantauan selanjutnya pada Senin (8/2).

Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, menyatakan, “Posisi longsor ini pada ketinggian 300 mdpl, masih di luar kawasan Cagar Alam tetapi bagian dari Pegunungan Cycloop. Jadi ini adalah kawasan penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Longsoran ini sebenarnya terjadi setahun lalu, bukan baru. Namun, berpotensi menutup aliran sungai. Ketika debit air meningkat, curah hujan ekstrim, air akan mengalir melalui jalur ini, selain jalur utama di Sungai Eboy. Ini berpotensi membawa material ke tempat yang lebih rendah, sehingga perlu diwaspadai.”

Edward mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan jeli membaca tanda-tanda alam. Dengan demikian, tidak terjadi lagi dampak kerugian yang besar seperti banjir bandang tahun 2019 silam.

“Kita sama-sama berdoa, semoga tidak akan terjadi lagi banjir bandang. Kalaupun terjadi, kita sudah punya persiapan sehingga bisa meminimalkan dampaknya. Semoga situasi tetap kondusif dan masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa,” pungkas Edward. (djr)

Sumber : Balai Besar KSDA Papua

Call Center    : 0823 9802 9978

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini