Corina, Kisah Sang Harimau Sumatera Pulih Dari Jerat Ditengah Pandemi

Minggu, 20 Desember 2020

Pekanbaru, 20 Desember 2020. Corina, seekor harimau sumatera dilepasliarkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA Riau) bersama para pihak ke hutan alam Semenanjung Kampar di Provinsi Riau, Minggu (20/12). Si belang betina ini, sebelumnya terjerat di sebuah kawasan perkebunan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Corina dilepasliarkan setelah melewati delapan bulan menjalani proses perawatan sampai masa penyembuhan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dhamasraya ARSARI.

Setelah melewati waktu delapan bulan, akhirnya satwa dinyatakan sembuh. BBKSDA Riau, bersama-sama melakukan berbagai persiapan sampai pada proses pelepasliarkan satwa di Hutan Alam Semenanjung Kampar yang merupakan habitat Harimau Sumatera.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno, mengatakan pelepasliaran ini merupakan hasil konservasi lintas batas karena kolaborasi Kementerian dengan pihak terkait. Wiratno menyampaikan lokasi pelepasliaran Corina di Semenanjung Kampar dinilai tepat. Karena di sana, merupakan habitat satwa dilindungi dan tersedia makanan di alamnya, tutupan vegetasi yang layak, dan ada harimau liar lainnya. 

"Saya berdoa agar Corina bisa bertahan hidup dan berkembang biak di kawasan tersebut. Kondisi Corina saat dilepasliarkan sudah terlihat sehat, agresif, dan menunjukan sifat liar" kata Wiratno.

Awalnya Corina berada di pusat rehabilitasi di Sumatera Barat lalu dikirim ke Riau menggunakan helikopter PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dari APRIL Group dengan kandangnya. Kandang itu ditempatkan di dalam kabin heli layaknya penumpang manusia. Dengan begitu, harimau tidak stres karena proses pemindahan lintas provinsi itu hanya butuh waktu sekitar satu jam.

"Pihak PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dari APRIL Group juga membantu pelepasliaran Corina di kawasan hutan alam di Riau," tambah Wiratno.

“Ini adalah upaya pemerintah Indonesia untuk selalu menjaga satwa liar kebanggaan Indonesia, dan kebanggaan dunia, salah satunya adalah harimau sumatera," ucapnya.

Wiratno mengimbau kepada masyarakat untuk bahu membahu, melaporkan, membantu, tidak boleh memasang jerat apapun di kawasan hutan.

Sementara itu, pada Webinar Zoom secara virtual yang diberi tema Corina Pulang Kampung, Minggu, 20 Desember 2020, di Kabupaten Pelalawan, Riau, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono mengatakan "Tolong dijaga keamanan dan kelestarian alam dan satwa di Riau. Ini untuk semua pihak, jangan ada lagi jerat liar yang membahayakan kelestarian satwa". 

Corina sebelumnya juga menjalani rehabilitasi perilaku di kandang habituasi, yang didesain hampir sama dengan situasi di alam liar dengan pakan berupa binatang hidup. Tujuannya agar Corina kembali seperti satwa liar dan mampu bertahan hidup dengan berburu.

"Dengan pelepasliaran Corina ini kita harapkan bisa memberikan pembelajaran, bahwa konsep konservasi satwa berupa penyelamatan, rehabilitasi dan pelepasliaran, jadi sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan," jelas Suharyono.

Sebagai informasi, Tim Rescue BBKSDA Riau sebelumnya mengevakuasi satwa bernama latin "panthera tigris sumatrae" itu pada 29 Maret 2020, tepatnya di konsesi hutan tanaman industri di Kabupaten Pelalawan. Mirisnya, kondisi satu kaki depan kanannya terluka parah akibat jerat baja yang dipasang orang tak bertanggung jawab. Harimau betina berusia tiga tahun itu kemudian diberi nama Corina, karena dievakuasi saat dunia sedang sibuk menanggulangi pandemi Covid-19.

 

Sumber : Balai Besar KSDA Riau

 
 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini