Kanguru dan Cenderawasih, Dua Primadona dari Selatan Papua

Jumat, 18 Desember 2020

Jayapura, 18 Desember 2020. Tim  Balai Besar KSDA Papua (BBKSDA Papua) telah melakukan ground check areal kehati tinggi dan studi sosekbud di tiga kabupaten di kawasan selatan Papua, yaitu Merauke, Mappi, dan Boven Digoel. Pihak-pihak yang terlibat dalam ground check adalah tim pakar Universitas Cenderawasih, Pemerintah Daerah Kabupaten Mereauke, Mappi, dan Boven Digoel, serta masyarakat adat setempat. Ground check berlangsung pada 24 Oktober sampai 3 November 2020.

Di antara tujuan ground check adalah mengetahui sebaran spasial satwa kunci untuk rancangan koridor hidupan liar di Papua. Model yang digunakan untuk mengolah data ground check adalah Maximum Entropy (MaxEnt).

Secara sederhana, MaxEnt dapat dijelaskan sebagai suatu metode untuk memprediksi distribusi spesies secara geografis, dengan menggunakan data kehadiran spesies dan variabel lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap kehadiran suatu spesies. Dalam hal ini, satwa yang diteliti adalah kanguru lincah (Macropus agilis) dan cenderawasih kuning besar (Paradisaea apoda).  

Pada Jumat (18/12) tim BBKSDA Papua mempresentasikan hasil ground check, bertempat di Hotel Horison Kotaraja, Kota Jayapura, dalam kegiatan Penyusunan Data dan Informasi Koridor Hidupan Liar di Provinsi Papua. 

Taufik Mubarak, S.Hut., M.Si., salah satu tim ground check BBKSDA Papua memaparkan bahwa hasil ground check telah sesuai dengan teori. Misalnya, perilaku kanguru yang menyukai tanah kering, dalam hal ini adalah area savana. Sementara cenderawasih menyukai habitat pada pohon dengan kerapatan tertentu yang tajuknya agak terbuka.

Mengenai luas areal sebaran satwa, Taufik memaparkan habitat cenderawasih lebih luas dibandingkan kanguru. Hal ini sesuai dengan keadaan di wilayah selatan Papua, yaitu hutan belantara lebih luas dibandingkan savana.

Pada kesempatan tersebut, hadir secara virtual Kepala Balai Taman Nasional Sebangau, Andi M. Kadhafi, S.Hut., M.Si. Ia menyampaikan, bahwa cara satwa liar memilih habitat biasanya mempertimbangkan tiga faktor, yaitu keamanan, kenyamanan, dan ketersediaan makanan. Apabila masyarakat ingin melakukan perlindungan, dan pada saat yang sama mendapatkan manfaat ekonomi, cara yang dapat dipilih adalah membuka wisata minat khusus pada area-area yang menjadi habitat satwa liar tersebut. (djr)    

Sumber : Balai Besar KSDA Papua

Call Center : 0823 9802 9978  

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 3

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini