Jumat, 02 Oktober 2020
Palu, 2 Oktober 2020. Masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) sudah sejak lama mempunyai interaksi dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu terkait pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti rotan, damar, air, bambu dan lainnya. Masyarakat sekitar kawasan memanfatkan rotan untuk keperluan subsiten sehari-hari dan sebagian untuk pemenuhan nafkah. Meskipun pemanfaatannya masih terbatas, namun harus diatur pemanenan secara lestari untuk menghindari kerusakan kawasan.
Selama 2 tahun terakhir, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) melaksanakan kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Potensi HHBK di Zona Tradisionalnya seluas 25.229,6 Ha.
Kegiatan ini merupakan tahapan persiapan dalam mengimplementasikan kemitraan konservasi dalam bentuk perjanjian kerjasama antara TNLL dengan masyarakat Desa sekitar kawasan, yang mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem –Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Perdirjen KSDAE_KLHK) No.:P.6/KSDAE/SET/ Kum.I/6/2018 tentang Petunjuk Teknis Kemitraan Konservasi pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Zona tradional yang dimasud disini terdiri dari lokasi-lokasi yang merupakan hutan sekunder, semak belukar, perkebunan, ataupun lokasi-lokasi yang berbatasan langsung dengan wilayah pemukiman masyarakat dan memiliki potensi pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Oleh karenanya beberapa waktu lalu telah dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan identifikasi potensi HHBK di Zona Tradisional Pilimakujawa_ kawasan Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (BPTNW) I Saluki oleh tim kerja yang dipimpin Dr. Yulianto dkk (13/9). Hasil kegiatan tersebut menemukan 7 (tujuh) jenis rotan, yakni rotan batang (Calamus zollingeri), lambang (Calamus ornatus), togisi (Calamus inops), noko (Daemonorops macroptera), ronti (Calamus leptostachys), binalu (Calamus didymocarpus) dan putih (Calamus minahassae) dimana 4 (empat) jenis rotan pertama yang tersebut diatas diantaranya pemanfaatannya secara komersil. HHBK selain rotan ditemukan sebanyak 8 jenis terdiri dari aren (Arenga pinnata), pangi (Pangium edule), ampuni/pakis (Cycas sp.), umpire, wanga (Pigafetta elata), pandan hutan (Pandanus sarasinorum), pinang kuning (Areca Sp.), dan kasimpo (Apinia sp.).
Dari hasil Inventarisasi potensi HHBK di Zona Tradional TNLL, secara komprehensif akan didapat data-data rinci tentang spesies, sebaran, potensi dan gangguan pada HHBK yang ada dalam Zona Tradisional. Data-data ini selanjutnya akan digunakan untuk menyusun rencana operasional, seperti pemungutan tahunan (kuota pemanenan lestari) dan rencana penanaman. Dengan adanya data potensi dan perhitungan kuota pemanenan lestari, TN Lore Lindu bisa memberikan akses izin pemanfaatan HHBK kepada masyarakat sekitar kawasan (red:DH).
Sumber : Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0