BKSDA Jambi Asah Kapasitas MMK Tangani Konflik Manusia-Gajah

Jumat, 25 September 2020

Tebo 23 September 2020. Balai KSDA Jambi peduli lingkungan dan satwa liar/gajah dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam upaya penanggulangan konflik. Melalui pembinaan kelompok masyarakat mitra konservasi (MMK) di 5(lima) desa, masyarakat yang tergabung di kelompok tersebut memiliki tugas untuk menangani konflik antara manusia dan satwa liar khususnya gajah di tingkat tapak. Kelima Desa tersebut adalah Desa Muara Kilis, Muara Sekalo, Suo-Suo, Semambu, dan Pemayungan. Berangkat dari hal tersebut, BKSDA Jambi melakukan upaya peningkatan kapasitas MMK melalui pelatihan dalam penanggulangan awal konflik manusia-gajah melalui SMART Patroli. Kegiatan peningkatan kapasitas ini berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam penggiat lingkungan dana satwa liar, diantaranya Bapak Koesnadi Wira Sapoetra dari anggota gugus tugas multipihak Ditjen KSDAE, Bapak Kuswanda dari Balitbang LHK Aek Nauli, Bapak Nazarudin dari WRU Taman Nasional Way Kambas, dan Ibu Diana dari FZS.

“Kita harus bisa merubah pola pikir masyarakat, yang semula berfikir bahwa gajah adalah hama, menjadi teman yang berharga” Ujar Bapak Kuswanda selaku pakar dan ahli gajah di Balitbang Aek Nauli yang berperan sebagai Narasumber dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas MMK. “Pola habitat dan area jelajah gajah tidak berubah sejak dahulu. Kita sebagai manusia yang diberikan akal pikiran oleh Tuhan, wajib untuk menjaga keseimbangan alam dengan tidak merusak lingkungan dan menjaga hubungan baik dengan seluruh ekosistem beserta  satwa lairnya termasuk gajah”

Selain dibekali pengetahuan tentang gajah, dasar-dasar penanggulangan konflik, dan bagaimana pengaplikasian SMART Patroli melalui Resort Based Management (RBM), kelompok MMK diberikan pengetahuan bagaimana menggali dan mengembangkan potensi desa menjadi sebuah usaha untuk peningkatan ekonomi masyarakat. “Masyarakat tidak melulu harus bergantung dengan pengembangan tanaman dengan lahan dan berperang dengan gajah” Ujar Bapak Koesnadi Wira Sapoetra selaku penggiat lingkungan hidup yang turut menjadi narasumber dalam kegiatan ini. “Pengembangan usaha ekonomi seperti jenis tanaman yang tidak disukai gajah, ataupun pengembangan ekowisata satwa liarsaat ini sangat menjanjikan. Pengembangan ekowisata satwa liar dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat dan merupakan salah satu pemecahan solusi atas konflik yang paling ramah. Diharpkan manusia tidak lagi menanggap gajah dalam perspektif yang negatif” ujarnya.

Melalui kegiatan peningkatan kapasitas MMK ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami bagaimana mitigasi konflik antara manusia-gajah di tingkat tapak, dan mengaplikasikannya melalui kegiatan SMART Patroli, dan mampu merubah pola pikiruntuk menganggap bahwa gajah merupakan asset bersama yang penting untuk dijaga. Pengembangan ekonomi masyarakat tidak harus mengorbankan satwa liar, begitupun sebaliknya. Sehingga dengan adanya kegiatan ini, diharapkan  dapat tercipta harmonisasi antara manusia dengan satwa liar secara bertahap.

Sebagai informasi, konflik antara manusia-gajah yang terjadi di Kabupaten Tebo merupakan akibat dari terjadinya fragmentasi habitat gajah dan satwa liar lainnya. Habitat satwa tersebut berada di luar kawasan konservasi, sehingga pola interaksi dan konflik yang terjadi menimbulkan adanya kerugian baik dari sisi manusia maupun gajah.

Sumber : Balai KSDA Jambi 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini