Senin, 14 September 2020
Senin, 14 September 2020 - Ada yang berbeda pada peringatan puncak HKAN 2020 kali ini. Terkait dengan masa pandemi Covid 19 yang masih terjadi di tanah air, Jambore Kemah Konservasi yang pada tahun-tahun sebelumnya diikuti oleh ratusan perserta dari seluruh penjuru tanah air, maka pada tahun ini peserta dibatasi hanya 50 orang dan berasal dari Kota Bontang. Ke 50 peserta ini berasal dari Kader Konservasi, Saka Wana Bakti, dan beberapa komunitas seperti Komunitas Peduli Sampah, Laska Taman Nasional Kutai, Green Generation serta Bontang Adventure.
Pada hari ini, peserta Kemah Konservasi mendapat pencerahan di bidang jurnalistik yaitu Fotografi Alam Liar, Fotografi Human Interest dan Teknik Menulis. Setiap materi disampaikan oleh preofsional di bidangnya yaitu fotograger satwa liar Riza Marlon yang akrab dipanggil Bang Caca, Andi Gondronk, dan Agus Prijono,kontributor National Geographic Indonesia.
Mini workshop ini diselenggarakan di aula yang berada di area pelaksanaan peringatan HKAN 2020, dan tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain membawa tempat makan dan minum serta alat tulis masing-masing, memakai masker selama workshop, jarak duduk antar peserta juga diatur (jarak duduk antar peserta 1 meter).
Seperti apa suasana mini workshop hari ini?yuk kita simak.
Menurut Bang Caca, memotret alam adalah merekam sejarah alam yang momentnya tidak akan terulang. Apalagi alam Indonesia sangat luas dengan hidupan liarnya yang khas, namun dihadapkan pada situasi yang mengkhawatirkan karena ancaman illegal logging, alih fungsi lahan yang menyebabkan penyempitan habitat satwa dan perdagangan satwa liar itu sendiri. Dalam memotret, Bang Caca berpesan agar kita berlaku bebas dan jujur, menangkap moment dengan cerdas, membuat konsep dan perencanaan sebelum memotret, menguasai alat yang digunakan, memperhatikan komposisi foro, memilih latar belakang foto yang menarik dan sesuai, memperhatikan waktu pemotretan dan sumber sinar karena akan mempengaruhi settingan pada alat yang dipergunakan.
Bang Caca juga menekankan bahwa tehnik, informasi, waktu, kesabaran dan kejelian fotografer merupakan faktor penting dalam menghasilkan suatu karya foto yang baik. Hal ini disampaikan saat peserta bertanya bagaimana menghasilkan mengasilkan foto hidupan liar yang baik. Peserta sangat antusias mengikuti materi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sangat kritis dan dijawab dengan jitu oleh Bang Caca. Seorang peserta yang juga seorang kader konservasi bertanya bagaimana menghasilkan foto hidupan liar yang bagus hingga foto tersebut dapat dimuat di majalah. “ Untuk menghasilkan foto satwa yang baik, modalnya dari dalam diri yaitu kita harus menyukai hidupan liar, menyukai petualangan dan menyukai fotograf. Mengambil foto hidupan liar juga harus sabar, berulang kali mendatangi habitat hidupaN liar itu dan melakukan riset terlebih dahulu terhadap target foto dan lokasi foto. Datang berulang kali ke lokasi penting untuk mendapatkan posisi yang baik dalam mengambil foto,”jelas Bang Caca.
“Kapan waktu waktu yang tepat dalam mengambil foto hidupan liar,”tanya seorang peserta. Bang Caca menjelaskan bahwa waktu yang terbaik untuk memotret hidupan liar di Indonesia adalah antara Bulan Mei-September, umumnya tidak berhujan. Jam pengambilan adalah jam 9 s.d jam 15. Tetapi untuk waktu tentu setiap lokasi punya kekhasan sendiri sehingga kembali sebelumnya diperlukan riset untuk optimalisasi kegiatan. Bang Caca mengingatkan bahwa fotografi hidupan liar di taman nasional harus mengikuti peraturan di taman nasional, diantaranya mempunyai ijin masuk dan tidak boleh sendiri, minimal berdua. Pertimbangan utamanya adalah faktor keselamatan. Bang Caca juga menyebutkan bahwa seorang fotografer harus membranding dirinya sendiri, sehingga fotonya memiliki ciri khas sehingga mudah dikenali khalayak. Terakhir Bang Caca mengingatkan kepada para peserta agar menjadi tuan rumah di wilayah sendiri, buatlah foto-foto khas di lokasi sekitar dan dokumentasi dan publikasikan dalam bentuk buku dan atau media lainnya.
Menurut Bang Andi, untuk membuat foto human interest yang bagus, dibutuhkan karakter yang kuat/menarik, ekspresi yang hidup dan cerita yang menyentuh. Foto human interest biasanya dibuat dengan candid, maka kita harus jeli dalam melihat moment. Selain itu, kita juga harus menguasai pengaturan kamera. Masih kaitannya dengan menangkap momen, Bang Andi mengingatkan agar kita menggunakan foto berturut-turut untuk menangkap momen yang setiap detiknya berubah dengan cepat. Dalam fotografi human interest, komposisi yang baik adalah yang menonjolkan ekspresi atau bahasa tubuh subjek foto dari lingkungan hidupnya.
Bang Andi juga menyinggung penggunaan kamera pada smartphone yang saat ini sudah canggih fasilitasnya dan selalu kita bawa kemana-mana. Namun ia mengingatkan bahwa lensa di kamera smartphone biasanya lensa sudut lebar, itulah sebabnya obyek jadi terlihat lebih kecil dibandingkan sebenarnya. Dan kita seringkali tergoda untuk melakukan pinch to zoom saat memotret dengannya. Maka, sebaiknya hindarilah untuk melakukan pinch to zoom, agar hasil foto bagus. “Rawatlah kamera yang kita miliki. Rajin-rajin membersihkan lensa,” demikian pesan Bang Andi.
Pertanyaan menarik berasal dari komunitas sampah, yaitu bagaimana menghindari komentar negatif dari seseorang yang menjadi obyek foto human interest. Bang Andi menjawab bahwa punya banyak foto candid dari orang-orang tetapi belum pernah sekalipun mendapat serangan atau hujatan dari orang yang difoto, karena foto-fotonya tidak melanggar etika umum dan kesusilaan. Yang penting lagi adalah tidak menyentuh privasi si obyek foto. Hal ini juga berlaku bila kita memotret selebriti, etikanya jangan mempublikasikan foto saat mereka ada di properti pribadi. Sementara foto saat mereka ada di tempat umum atau even, tidak akan dituntut oleh selebriti tersebut.
Bang Agus menjelaskan tips untuk menulis yaitu : niat dan konsisten, menulist itu ketrampilan sehingga perlu latihan terus-menerus, berproses sepanjang waktu. Kemudian, buatlah ide atau tema agar tulisan fokus pada suatu ide atau isu. Merancang kerangka tulisan juga wajib dilakukan sebelum menulis agar dapat diketahui apa saja yang harus dikumpulkan untuk tulisan yang akan disusun. Kerangka tulisan menjadi panduan dalam menulis artikel. Bang Agus juga mengingatkan bahwa menulis adalah proses, dimuai dari mengumpulkan materi baik dari pustaka, internet atau wawancara dengan narasumber, melakukan riset untuk hal-hal yang relevean, serta diskusi untuk mengembangkan poin-poin utama yang akan menjadi pokok pikiran paragraf. Menulis sebaiknya ringkas, tidak berpanjang-panjang, menggunakan kalimat kerja aktif, diselingi kalimat sederhana dan kalimat kompleks, serta tanda baca yang tepat. “Jangan malas untuk mengedit setelah tulisan selesai,”tegas Bang Agus. Editing atau penyuntingan diperlukan untuk mengoreksi dan memperbaiki jika ada kesalahan dalam menggunakan huruf besa dan kecil, tanda baca, runtutan kalimat, alur cerita, fakta-fakta yang dipergunaan. “Periksa kembali apakah kalimat sudah enak dibaca, tidak bertele-tele dan alur ceritanya enak untuk diikuti,” tutur Bang Agus.
Arya dari Laskar TN Kutai menyebutkan bahwa Laskar Kutai saat ini memiliki akun istagram yang berperan dalam kampanye konservasi TN Kutai, meminta saran supaya bisa lebih mumpuni menjalankan peran tersebut. Bang Agus menyebutkan bahwa akun istagram memeiliki gaya tersendiri. Bahwa netizen rata2 hanya 10 detik dalam membaca setiap postingan, sehingga buatlah postinganyang ringkas, caption jangan lebih dari 11 kata. Tulisan semakin ringkas semakin berenergi. Materi tulisan bisa bisa diambil dari sumber lain tetapi jangan copy paste, tetapi direwrite sesuai karakter kita. Berdiskusilah dengan orang lain, bukan hanya dengan ahli tetapibisa dari teman yang bisa memperkaya diksi.
Peserta dari Laskar Pelangi lain juga bertanya berapa lama Bang Agus membutuhkan waktu untuk menulis. Bang Agus mencontohkan tilisan mengenai harimau yg menjadi cover story di paparannya. “Pertama kali yang penting adalah ide tulisan. Kemudian mengumpulkan bahan dengan sebelumnya melakukan riset untuk materi tulisan, menemui informan-informan yang relevan, bahkan menjalani prosesi dengan tetua adat. Mengumpulkan bahan bisa dua minggu. Kemudian proses menulis memakan waktu tujuh hari, dengan terus menelaah ulang, memperbanyak diskusi dan jalan kaki,” jelas Bang Agus.
Cara Bang Agus untuk mempengaruhi generasi milienial untuk membaca literasi konservasi, secara yang lebih populer dan menjual adalah literasi fiksi (romantika, futuristis, asmara). Buku selain fiksi yang banyak di Indonesia adalah texbook yaitu buku-buku bahan kuliah/sekolah. Mulailah buat litersi konservasi alam yang mudah dicerna yaitu dengan menggunakan gaya story telling, pergunakan diksi yang sesuai usia, tambahkan dengan tokoh-tokoh yang menarik. Maka pesan-pesan konservasi dapat tersampaikan kepada geberasi muda
Usai mengikuti penjelasan teori fotografi dan menulis, para peserta melakukan praktek di lokasi.
Selamat Hari Konservasi Alam Nasional 2020!
Sumber: Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK)
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0