Kamis, 10 September 2020
Malang, 10 September 2020. Ada sekitar 100 tukik yang dilepasliarkan pihak Pokmaswas Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) bersama Balai Besar KSDA Jatim di Pantai Bajulmati, 9 September 2020. Tukik-tukik tersebut dari jenis Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dan mulai dilepasliarkan saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat.
Pelepasliaran kali ini juga diikuti belasan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya - Malang yang didampingi oleh Ir. Sukandar, MP. Menurut dosen yang lebih akrab dipanggil Cak Kandar ini, FPIK memiliki program untuk mengenalkan mahasiswa terhadap kegiatan di alam, salah satunya konservasi Penyu di Malang Selatan.
Sebelum dilaksanakan pelepasliaran tukik, di lokasi yang sama juga digelar kegiatan lomba mewarnai bagi anak-anak dengan tema perbedaan antara Penyu dan Kura-kura. Menurut Sutari, Ketua BSTC, lomba tersebut bertujuan untuk meng-edukasi anak-anak agar mengenal penyu.
“Mengapa anak-anak? Karena pada anak-anak lebih mudah ditanamkan mengenai penyu, berbeda jika kepada orang dewasa. Dan edukasi ini dilakukan secara bertahap, contohnya dilanjutkan dengan perbedaan jenis penyu hingga fungsi penyu bagi ekosistem laut”, terang pria yang sering dipanggil Sutar ini.
Menurut Hari Purnomo, SP., M.Si., Kepala Resort Konservasi Wilayah 21 Pulau Sempu, bahwa sepanjang pantai wisata di sekitar Bajulmati merupakan tempat bertelurnya Penyu dari jenis Penyu Sisik dan Lekang.
“Untuk itu perlu dipertahankan proses pelepasliaran di titik lokasi penyu bertelur, artinya dimana telur itu didapat, maka di lokasi itu juga dilakukan pelepasliaran tukik. Agar kelak keturunannya akan kembali bertelur di lokasi yang sama,” tambah Hari.
Ada sekitar 57 indukan penyu yang bertelur di sekitar Pantai Bajul Mati selama satu musim bertelur, dan setiap induk bertelur rata-rata 100 telur. Sejak tahun 2009 kegiatan patroli dan edukasi mengenai penyu terus digencarkan di pantai-pantai Malang Selatan, untuk menekan perburuan terhadap telur-telur penyu. Dan tahun 2012 jumlah perburuan sudah jauh berkurang hingga saat ini.
Sumber: Agus Irwanto, Balai Besar KSDA Jatim
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0