Rusa Timor Akhirnya Menampakkan Wujudnya di Gunung Tambora

Senin, 29 Juni 2020

Pekat, 29 Juni 2020. Rusa Timor merupakan salah satu satwa yang dilindungi (P.106 Tahun 2018). Keberadaanya saat ini mulai sulit di temukan, hanya pada titik tertentu di kawasan hutan yang tersisa satwa ini masih dapat dijumpai. Jika di beberapa kawasan konservasi satwa ini mudah dijumpai bahkan jinak dan mudah berinteraksi dengan manusia, tidak halnya dengan Rusa di Tambora. Rusa di Tambora sangat sulit dijumpai. Apalagi perjumpaan langsung. Biasanya hanya ditemukan jejak kaki, kotoran/feses, garukan ranggah, atau bekas makanannya saja.

Satwa yang merupakan ikon Taman Nasional Tambora ini terdengar misterius. Padahal dahulu berdasarkan penuturan warga sekitar Tambora, rusa layaknya hewan ternak, yang sangat mudah dijumpai. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk rusa semakin masuk ke dalam hutan dan menjadi sangat sensitif. Bahkan rusa dapat mencium keberadaan manusia dari jarak ratusan meter. Tidak heran jika sangat sulit menjumpainya secara langsung.

Covid-19 merupakan wabah yang menghentikan salah satu aktivitas masyarakat di dalam hutan, terutama aktifitas pendakian. Kawasan Taman Nasional yang ditutup memberikan waktu hutan untuk pulih dan satwa di dalamnya dapat beristirahat. Penutupan kawasan ini mengurangi aktifitas manusia di dalam kawasan. Sehingga satwa dapat beraktifitas tanpa terganggu dengan kehadiran manusia.

Bisa jadi karena tidak adanya manusia, rusa di Tambora menampakkan wujudnya. Meski demikian satwa ini masih tetap sensitif, mereka menampakkan diri jauh di seberang bukit. Dengan jarak ratusan meter dari pengamat. Pengamat harus berjalan malam hari hingga ke titik perjumpaan, dengan suasana tenang pada pagi hari saat matahari masih belum menyentuh lantai hutan. Rusa akan langsung pergi jika menyadari keberadaan manusia. Hal ini terlihat dari pergerakan rusa yang menjauh saat mengetahui keberadaan tim di seberang mereka.

Keberadaan Rusa menandakan bahwa Taman Nasional Tambora masih mampu menyedikan habitat untuk satwa dilindungi ini. Semoga kedepannya penelitian dan pengamatan dapat terus berlanjut angar dapat menjadi pijakan dalam menyusun rencana pengelolaan. Sehingga pembangunan yang dilakukan selaras dengan kelestarian satwa liar di dalamnya.

Sumber : Samsul Maarif - PEH Seksi Pengelolaan Taman Nasional II Pekat, Balai Taman Nasional Tambora 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini