W I R A : Sang Penerus Penguasa Tahta Langit Gunung Salak

Jumat, 15 Mei 2020

Sukabumi, 15 Mei 2020.  Kembali berita gembira didapatkan dari Rimba Gunung Salak, dimana pada pertengahan bulan April 2020 telah lahir lagi seekor anak elang Jawa (Nisaetus bartelsi) tepatnya  di wilayah Blok Bitung Lega, Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Gunung Salak I, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Bogor.  Kelahiran ini secara rutin dipantau oleh team monitoring Elang Jawa Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

“Wira” kami menamainya anak pasangan dari Beti dan Jalu ini. Wira kami temukan telah lahir pada tanggal 2 Mei 2020 dan diperkirakan telah berumur sekitar 3 (tiga) minggu. Saat ini Wira sudah mulai sering mengepakan sayap dan belajar terbang di sarang. Warna bulu di tubuh dan sayapnya mulai berwarna coklat dan jambul di kepalanya mulai tumbuh. Wira sudah bisa mulai mematuk dan coba mencabik-cabik mangsa pakan yang dibawa induknya, tetapi dalam proses makannya masih disuapi oleh sang induk.

Perawakannya semakin hari semakin terlihat gagah dan tangguh didukung dengan paras wajah yang penuh wibawa dan sorot mata yang tajam menggambarkan sebagai sosok penerus penguasa tahta langit. Kalau tahun 2019 telah lahir penerus penguasa tahta langit di bagian kaki Utara Barat Gunung Salak bernama “SABENI” dan tahun ini telah lahir juga penerus penguasa tahta langit di bagian puncak Utara Timur Gunung Salak bernama “WIRA”. Semoga kelak keduanya dapat menjalankan tugas sebagai penguasa tahta langit Gunung Salak bagian Utara dengan arif dan bijaksana sehingga keseimbangan ekosistem di kawasan ini dapat terjaga dengan baik.

Elang Jawa merupakan salah satu dari 3 (tiga) spesies kunci di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan sebagai satwa endemik Pulau Jawa. IUCN mengkategorikan Elang Jawa sebagai jenis satwa terancam punah dan Pemerintah Indonesia menetapkan Elang Jawa sebagai jenis satwa dilindungi. Elang Jawa hanya mengalami satu kali masa berkembangbiak dalam dua tahun itupun jumlah telurnya hanya 1 (satu) butir sehingga secara alami memiliki populasi yang rendah. Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya.

Di dalam ekosistem, Elang Jawa mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/ berbatasan dengan ecotone. Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini. Tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 telah ditemukan 11 (sebelas) sarang aktif Elang Jawa di kawasan taman nasional ini, yaitu; 8 (delapan) sarang di kawasan Gunung Salak dan 3 (tiga) sarang di kawasan Gunung Halimun.

Dari 11 (sebelas) sarang Elang Jawa yang ditemukan, tercatat hampir di seluruh sarang mengalami success breading kecuali 1 (satu) sarang yang berada di Blok Pasir Ngantuk, Resort PTNW Kawahratu, Seksi PTNW III Sukabumi (di kawasan Gunung Salak). Berdasarkan hasil pengamatan, sarang yang berada di Blok Bitung Lega, Resort PTNW Gunung Salak I, Seksi PTNW II Bogor (di kawasan Gunung Salak) yang paling banyak success breading. Tercatat sebanyak 3 (tiga) kali mulai dari awal tahun 2015, tahun 2016, dan yang terbaru lahir pada pertengahan bulan April 2020. Sebenarnya pada tahun 2018 pasangan Induk Elang Jawa yang kami berinama Beti (untuk Induk Betina) dan Jalu (untuk Induk Jantan) bertelur juga, namun tidak menetas karena terganggu dengan aktifitas pengamatan dan sebagian kegiatan pendakian ke puncak Salak.

 

Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Penulis : Wardi Septiana - PEH Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak; Fotografer : Yovi Suhendar

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini