Rabu, 15 April 2020
Banjarbaru, 14 April 2020 – Pagi hari, proses lepasliar empat individu bekantan di Suaka Margasatwa Pulau Kaget berhasil dilaksanakan. SM Pulau Kaget merupakan salah satu kawasan konservasi bertipe ekosistem mangrove yang menjadi site monitoring bekantan dari empat kawasan konservasi di Kalsel sejak Tahun 2015. Kegiatan realese berjalan dengan baik hasil kerjasama tim Balai KSDA Kalimantan Selatan (BKSDA Kalsel) dengan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI). Turut serta pula Bapak Zulfa Asma Zikra Anggota DPRD Kalsel yang peduli terhadap lingkungan hidup dan Polairud Banjarmasin mendampingi dalam pelepasliaran.
Keempat bekantan tersebut merupakan satwa yang diselamatkan dari luar kawasan konservasi akibat konflik satwa maupun dampak kebakaran hutan dan lahan. Sebelum dilakukan lepasliar, satwa yang diberi nama Marry (2 th), Dara (5 th), Julia (10 th), dan Wandi (7 th) tersebut telah melalui proses penyelamatan (rescue), perawatan di SBI, pemeriksaan kesehatan, serta telah dinyatakan tidak mempunyai gejala penyakit tertentu dan masih memiliki perilaku liar (aktif, lincah, agresif).
“SM Pulau Kaget yang masih memiliki ketersediaan pakan cukup memadai dan kepadatan bekantan yang masih cukup rendah merupakan alasan kami memilih lokasi ini” ujar Dr. Ir. Mahrus Aryadi, M,Sc. Kepala Balai KSDA Kalsel. “Upaya ini juga sebagai tindak lanjut atas dampak covid-19 terhadap rehabilitasi bekantan di kandang rehabilitasi SBI terkait persediaan pakan dan obat-obatan yang semakin susah”, tambah Mahrus.
Julia dan Wandi merupakan korban konflik dengan warga karena dianggap hama dan merusak tanaman perkebunan mereka. Sementara Dara merupakan korban kecelakaan akibat kebakaran lahan, dan Marry merupakan bekantan yang diselamatkan warga akibat hanyut di sungai dengan kondisi yang cukup lemah. “Kami telah merehabilitasi 4 ekor bekantan tersebut kurang lebih 4-5 tahun, mulai dari kondisi yang cukup parah hingga saat ini sehat pulih kembali untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya, tentu sesuai pertimbangan medis dan juga sesuai arahan BKSDA Kalsel. Di tengah keterbatasan pandemi corona ini, kita berharap semangat konservasi terus terbangun untuk menyelamatkan maskot kebanggaan banua. Semoga setiap tahun juga semakin berkurang kasus konflik antara bekantan dan manusia akibat alih fungsi lahan, kebakaran hutan, ataupun perburuan liar.” Jelas Amalia Rezeki, Ketua Sahabat Bekantan Indonesia.
Mahrus kembali menyampaikan bahwa edukasi memang masih perlu terus dilakukan khususnya terhadap warga yang hidup berdampingan dengan habitat bekantan untuk tidak menganggap mereka hama dan tidak semakin mempersempit ruang gerak mereka. “Alih fungsi hutan sejauh ini merupakan ancaman terbesar bagi bekantan di Wilayah Kalimantan Selatan. Hilangnya hutan membuat tidak ada lagi cukup ruang bagi bekantan untuk bertahan hidup”, jelasnya. Semoga dengan sinergi multi pihak, kejadian konflik bekantan dengan manusia, maupun kebakaran hutan dan lahan dapat diminimalisir dan kelestarian bekantan di Kalimantan Selatan terus terjaga. (ryn)
Sumber : Titik Sundari, S.Hut - PEH Balai KSDA Kalimantan Selatan
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5