Pekanbaru, 13 April 2020. “Corina” satwa Harimau Sumatera yang berhasil diselamatkan oleh Tim Balai Besar KSDA Riau dari jerat yang melukai kaki kanan depannya di Teluk Meranti, Kab. Pelalawan telah direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Yayasan Arsari Djojohadikusumo Sumatera Barat. Adapun progres rehabilitasi “Corina” adalah sebagai berikut :
- Tanggal 31 Maret 2020, dilakukan pemeriksaan kesehatan dengan aspek pemeriksaan fisik, termasuk pembersihan luka beserta penanganan lukanya, pemeriksaan darah dan pemeriksaan parasit, dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Pada pemeriksaan fisik diketahui : Jenis kelamin betina, umur ± 3 tahun dan berat 77,8 kg; Selain luka jerat dikaki depan kanan juga ditemukan beberapa luka kecil dibagian tubuh lainnya; Kondisi luka kaki depan kanan cukup dalam dan lebar dengan tendon yang masih utuh; Hasil USG negative terhadap kebuntingan, namun pembesaran putting menunjukkan bahwa diduga Harimau Sumatera sudah pernah melahirkan. Pada pemeriksaan darah diketahui terjadi penurunan kadar kalsium dalam darah dan penurunan kadar phosphor. Indikasi bahwa satwa mengalami defisiensi nutrisi. Pada pemeriksaan parasit diketahui terdapat caplak dan parasit dalam lambung satwa tersebut. Adapun berdasarkan diagnosa pemeriksaan kesehatan dan laboratorium Harimau “Corina” mengalami Anemia Makrositik Normokromik (Non regenerasi) yaitu anemia atau kekurangan darah karena kurangnya asupan nutrisi dan deep laserasi atau luka yang dalam;
- Untuk pemantauan kesehatan satwa Harimau Sumatera, maka mulai tanggal 3 April 2020, “Corina” dipindahkan ke kandang Karantina untuk perawatan intensif 24 jam selama 14 hari ke depan. Kandang tersebut berukuran 6 X 12m dengan fasilitas bak air untuk berendam, batang kayu untuk bermain dan dipan untuk berbaring. Di dalam kandang tersebut juga terdapat lampu penghangat untuk menghangatkan badan apabila “Corina” selesai berendam di bak mandinya. Kebersihan dan keamanan kandang terjaga dengan baik selama 24 jam;
- “Corina” dapat berjalan dengan menggunakan keempat kakinya, karena walaupun luka kaki kanan depannya sangat dalam hingga ke tulang, namun tendon tidak putus. “Corina” bahkan sering terlihat menjilati lukanya sendiri, ini sifat alami satwa untuk mengobati luka ditubuhnya. Tentu saja injeksi melalui tulup dilakukan oleh Tim medis untuk mempercepat proses penyembuhannya selain obat topical yang disemprotkan dengan spray guna membersihkan belatung di lukanya tersebut;
- Kondisi terkini “Corina” terlihat makin membaik pertanggal 13 April 2020, progress kesembuhan luka “Corina” sangat bagus, nafsu makan juga cukup bagus (pakan selalu habis), namun dua hari belakangan “Corina” mengalami gejala flu (pilek) ini terlihat dari adanya cairan bening dari hidung. “Corina” sepertinya masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan site PR-HSD. Kondisi cuaca diarea sekitar sangat cepat berubah-ubah dan hampir setiap hari turun hujan terlebih sore dan malam hari. Pemberian multivitamin tetap diberikan untuk menjaga kondisi “Corina” tetap baik. Tim PR-HSD juga menambah lampu penghangat didekat tempat tidur “Corina” yang sebelumnya hanya 2 buah lampu infrared menjadi 4 buah untuk menjaga kondisi disekitar tempat tidur “Corina” tetap hangat.
Semoga proses penyembuhan dapat berjalan sesuai dengan harapan dan “Corina” dapat segera pulih sehingga dapat dilepasliarkan kembali ke habitatnya.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
Nara Sumber : Kepala Balai Besar KSDA Riau, Suharyono.
Penanggungjawab berita : Kepala Sub Bagian Kehumasan, Dian Indriati.