Tumbuhkan Pohon, Tumbuhkan Madu Kehidupan

Rabu, 04 Maret 2020

Rabu, 4 Maret 2020 - Memasuki triwulan pertama tahun 2020, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) bekerjasama dengan PT. Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group) akan melakukan penanaman pohon pada lahan seluas 10 hektar di zona rehabilitasi blok Cikereteg, Resort PTN Tapos, Seksi PTN Wilayah VI Tapos, Bidang PTN Wilayah III Bogor. Hal ini merupakan bentuk komtimen peran serta pelaku usaha dalam mendukung pelestarian kawasan konservasi, yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama pada tahun 2017.

Suatu hal yang cukup berat dalam kegiatan tersebut, adalah masih adanya aktivitas penggarapan lahan. Sampai saat ini, sekitar 31 kepala keluarga masyarakat Desa Bojong Murni, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, masih menggarap lahan hutan, di blok Cikereteg. Hal ini rentan menimbulkan konflik.

Penanaman pohon kali ini, merupakan pendekatan untuk mencari solusi penanganan penggarapan lahan di daerah tangkapan air. Pemulihan ekosistem yang berbasis pemberdayan masyarakat ini, melibatkan para pihak, termasuk masyarakat penggarap dan mitra pelaku usaha. Sebagai langkah awal, Jumat 28 Februari 2020 pihak Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango melaksanakan sosialisasi program ini kepada masyarakat penggarap, bertempat di kediaman Jaka, anggota Kader Konservasi sekaligus Penyuluh Swadaya Masyarakat (PKSM) Desa Bojong Murni. Sosialisasi ini dihadiri berbagai pihak antara lain pihak desa dan tokoh masyarakat, Kepala Cabang Dinas Kehutanan I Provinsi Jawa Barat, KTH “Sadar Tani Muda”, dan masyarakat penggarap.

Dalam kesempatan ini, pihak Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang diwakili oleh Bambang Mulyawan, Kepala Seksi PTN Wilayah VI Tapos menyampaikan bahwa Kegiatan Pemulihan Ekosistem Zona Rehabilitasi blok Cikereteg ini merupkan suatu upaya untuk mengembalikan sepenuhnya integritas ekosistem ke tingkat/ kondisi aslinya yang sesuai dengan tujuan pengelolaan, lokasi yang akan dilaksanakan kegiatan penanaman masuk dalam target lokasi pemulihan ekosistem dengan kategori rusak berat.

 

Pelibatan KTH Sadar Tani Muda sangat diperlukan sebagai motivator dan untuk transfer pengetahuan serta keterampilan terutama dalam budidaya lebah madu. Program budidaya lebah madu ini juga merupakan salah satu solusi dalam penanganan melalui pemberdayaan masyarakat. KTH Sadar Tani Muda, dijuluki “KTH Milenial” karena merupakan kelompok pemuda yang memiliki idealisme dan cita-cita tinggi untuk berkontribusi dalam memajukan desa setempat di tengah-tengah kemajuan teknologi/ informasi yang dapat menjerumuskan kepada hal negatif.

KTH ini dibentuk dengan fasilitasi CDK I Provinsi Jawa Barat dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Salah satu bentuk usaha ekonominya yaitu budidaya lebah madu. Impian besar dari KTH ini dapat memanfaatkan kawasan TNGGP sebagi lokasi budidaya lebah madu yang terintegrasi dengan desa wisata “Kampung Lebah Desa Bojong Murni”.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua KTH Sadar Tani, Iyan Supriyadi menyatakan bahwa pihaknya sanggup dan siap mendukung program pemulihan ekosistem yang dilaksanakan oleh BBTNGGP bersama Mayora Group demi terpeliharanya ekosistem hutan sebagi sumber kehidupan. Kepala CDK I juga menyampaikan akan mendukung program pemberdayaan masyarakat di Desa Bojong Murni dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan-pelatihan budidaya lebah madu.

Sementara dari pihak Desa Bojong Murni yang diwakili oleh Sekretaris Desa dan Ketua BPD menanyakan kelanjutan dari aktivitas penggarapan lahan setelah dilakukan penanaman. Kepala Resort PTN Tapos, Edi Subandi menanggapi hal tersebut. Aktivitas perkebunan masyarakat dapat dihentikan secara perlahan dengan tentatif yang ditentukan dan TNGGP akan memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana salah satu melalui budidaya lebah madu. Kegiatan budidaya lebah madu memiliki banyak keuntungan seperti yang telah dirasakan oleh KTH Sadar Tani Muda. Beberapa diantaranya: ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi, perputaran biaya dan keuntungan cepat, tidak perlu memberikan makan dan perawatan sangat mudah, pemanenan dapat dilakukan dengan teknologi sederhana dan produk madu banyak dibutuhkan untuk kesehatan.

Sementara masyarakat penggarap, pada prinsipnya menyadari bahwa peran taman nasional sebagai tangkapan air dan pencegah bencana longsor itu sangat penting mengingat kondisi topografi wilayah desa tersebut juga tergolong curam sehingga rawan longsor. Kembali pada kejadian longsor pada bulan Februari 2019 telah menyebabkan kerugian sekitar 15 hektar sawah di desa setempat tidak teraliri air. Hal ini cukup menjadi perhatian warga setempat.

Hanya saja, ada hal yang menjadi kendala bagi masyarakat seperti Bapak Rijal, salah satu penggarap di lahan kawasan TNGGP telah menanam 4.000 pohon di dalam kawasan menyampaikan keingginan dapat memanen pohon tersebut. Tetapi setelah mendapat penjelasan dari pihak TNGGP menyadari dan menunggu program pemberdayaan selanjutnya.

“Menebang Satu Pohon Membunuh Dua Orang Manusia Tetapi Menanam Satu Pohon Menghasilkan Madu Bermanfaat bagi Ribuan Manusia”. Salam Konservasi Sahabat Masyarakat.


Sumber: Ratih Mayangsari (Penyuluh Kehutanan) - Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini